Day 3 : Americano☕

115 14 2
                                    

-Kedai kopi-

Dirimu kini tengah duduk di salah satu kursi di sebuah kedai kopi. Duduk di kursi samping jendela.
Kau bisa melihat bagaimana ramainya kota Jeonju saat malam yang hanya disinari rembulan.

1 Pesan masuk

Jaemin

Hari ini 06.13
Yak!!, eodiga?

Hari ini 06.13
Mianhae, tapi bisakah americanonya kita tunda?

Hari ini 06.14
Geurae. Hari ini aku bisa menghemat 3.500 won:v

Saat kamu tengah sibuk dengan pesan Jaemin, tak disadari kini Jeno sudah ada di depanmu. Ia membawa 2 buah kopi.

“Kau suka americano kan? Ini untukmu” tanya Jeno seraya memberikan satu kopi untukmu.

“Oh gumawo

Mian, aku mendadak mengajakmu”

“Tidak apa-apa. Aku juga sedang ingin kopi sekarang”

Kamu memasukkan sedotan ke dalam mulutmu dan mulai menyedotnya. Menikmati americano  dengan pemandangan malam dipadu dengan wajah tampan Jeno yang duduk di depanmu.

Jeno tersenyum melihatmu yang terlihat seperti bayi saat menyedot americano. Matamu membulat sempurna setelah Jeno mengelus-elus rambutmu.

Jantungmu juga berdetak dengan tempo yang tak biasanya. Tanganmu mulai terasa dingin.

Saat kau pandang wajah Jeno, tak bisa langsung kau lepas. Menyia-nyiakan kesempatan emas tidak semudah itu.

Eyesmilenya terbentuk sempurna. Dua ujung bibirnya naik. Senyuman lebar terlukis di wajah tampannya.

“A-apa yang kau lakukan?” tanyamu gugup.

“Kau mengingatkanku dengan temanku di Seoul” jawabnya sambil terus menunjukkan eyesmilenya.

“Aku?”

🎶🎶

Handphonemu berdering. Sebuah panggilan dari Jaemin membuatmu harus melepas pandang dari Jeno.

“Oh Jaemin, wae?”

“Kau dimana saja?! Gawat, cepat pulang”

Yak, ada apa?”

“Cepat pulanglah, sungguh ini gawat”

Arraseo, tunggu aku 5 menit”

~

“Ada apa?” tanya Jeno dengan raut muka penasarannya.

“Aku juga tidak rahu, tapi ini gawat, cepat”

Kamu dan Jeno bergegas keluar dari toko. Berlari di gelapnya malam menuju ke rumah.

***

-Ma Sung Woon-

Malam itu, di rumah hanya ada Jaemin dan ahjumma. Semua barang-barang yang ada di atas meja makan kini tergeletak di lantai.

Bahkan nasi yang baru saja dimasaknya kini tumpah. Tampilan rumah malam itu sangat berantakan.

Ahjumma! Ahjumma!

Ia terus menggoyang-goyangkan tubuh wanita paruh baya itu. Usahanya sia-sia. Tak ada respons sedikitpun.

Rasa gelisah Jaemin reda setelah melihat 2 temannya datang. Kamu yang baru saja datang langsung berlari menuju ke ahjumma yang tergeletak tak berdaya.

On The 16 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang