#28

1K 36 0
                                    

"Melupakanmu bukan pilihan untukku, tapi jika terus bersamamu akan membuat sebuah luka. Maka aku akan melakukan segalanya agar kamu tetap bahagia"




Untuk pertama kalinya setelah Archy pulih dari kecelakaannya dia memasuki sekolahnya seperti seorang murid baru, hari pertamanya ditemani Maminya. Dia belum dibolehkan untuk bawa mobil kesekolah, karna kepalanya yang masih sering sakit.

"Selamat pagi Archy!" Sapa Pak kumisnya ramah tak seperi biasa.

"Emm pagi pak" balas senyum Archy tanpa menggoda pak kumis seperti biasa.

"Bagaimana keadaanmu Archy?"

"Udah lumayan pak!"

"ARCHY!" Teriak seseorang yang sudah lebih dulu melewati pagar.

"Hai Erinda" Erinda lah orang yang saat ini dia kenal, juga Rara dan fandy yang habis mengunjunginya. Tak jauh dari Erinda berdiri Michel sedang menatapnya sekejap lalu pergi.

"Kekelas yuk! Bye pak!" Erinda menarik tangan Archy menuju kelas meninggalkan pak kumis sedang melambai.

"Wah jadi ini kelas gue" Archy bahagia bisa kembali bersekolah, teman-temannya yang berada dikelas langsung menghampirinya dan memberikannya ucapan selamat atas kesembuhannya.

"Ar gue kangen!"

"Gue juga!"

"Lo gak apa-apakan?"

"Guys.. Saat ini Archy mengalami amnesia, so tolong bantu dia yah!" Seru Erinda menggandeng tangan Archy.

"Hai semua" senyum Archy lalu ketempat duduknya.

"Wah gimana kabarmu Archy?" Tanya Bu siska memasuki ruangan, diliatnya Archy sudah duduk ditempatnya seperti biasa.

"Lumayan Bu"

"Baguslah, kita mulai pelajaran yah!" Lanjut Bu siska melanjutkan tugas mengajarnya.


"Kayaknya gue ingat tempat ini!" Archy berjalan mengelilingi rooftops sekolahnya yang terlihat sepi, pikiran berusaha mengingat apa yang pernah terjadi disini.

"Segarnya!" Archy berbaring sembari memejamkan matanya, lelah karna pelajaran yang baru dia mulai setelah pulih membuatnya ingin tiduran sebentar.

"Tut" tangan seseorang mencoel jidat Archy yang sedang tertidur, dia lalu ikut berbaring disamping Archy.

"Eh hai!" Sapa Archy melihat orang yang dia tunggu, namun tadi tak masuk kelas.

"Kemana aja?"

"Biasalah, telat gue"

"Ihh makanya datang cepat!"

"Haa? Apa gak salah denger gue. Biasanya kan lo yang sering telat!" Fandy terduduk lalu menatap Archy yang masih berbaring namun membuka matanya.

"Gue gitu yah dulu?" Kekeh Archy ikut duduk.

"Iyalah, sampai pak kumis udah nyerah sama lo!" Fandy membaringkan kepalanya dipangkuan Archy.

"Gue tobat deh"

"Lo cantik Ar!" Fandy menatap wajah Archy dari bawah.

"Makasih" senyum Archy dengan pipi yang sedikit memerah.

Dalam beberapa menit mereka hanya terdiam dalam posisi itu sembari menghirup udara segar, Fandy sedikit tertidur karna rasa nyamannya.

"Rin ikut gue!" Michel menarik tangan Erinda yang baru saja akan masuk kelas.

"Apaan sih chel?"

"Semua ini ada hubungannya dengan Mhelan!"

"Ha? Lo ngomong apa sih? Gue gak ngerti" Bingung Erinda mendengar Michel.

"Kecelakaan Archy!" Tegas Michel, Erinda kaget sembari mengerutkan keningnya.

"Jangan asal bicara deh Chel"

"Dengar gue Rin, gue curiga Fandy yang buat Archy celaka, dan Mhelan membuat Archy menyukai Fandy"

"Gak mungkin Chel, kecelakaan itu hanya insiden, dan Archy dekat dengan Fandy karna Fandy datang disaat yang tepat"

"Dia gak datang terlambat, gak kayak lo chel! Lo sibuk sama kesedihan lo, dan melupakan apa yang benar-benar lo harus lakukan!" Erinda meninggalkan Michel yang terdiam tanpa kata. Michel menyandarkan tubuhnya ditembok putih sekolah, perasaan kacau dan penyesalaan dia rasakan.

Michel menyusuri koridor sekolahnya dengan perasaan kacaunya, lalu didepannya juga berjalan Fandy dan Archy yang bergandengan tangan. Langkahnya terhenti, matanya menatap, mulutnya yang tak bisa berkata apa-apa.

Seperti orang asing, Archy melewati Michel tanpa menatapnya sedikit pun dan tetap fokus ke obrolannya dengan Fandy. Michel menoleh ke mereka yang berada dibelakangnya, melihat senyum devil Fandy yang tertujuh kearahnya. Dengan kesalnya Michel menahan langkahnya untuk memukul Fandy.

"Archy" katanya pelan masih menatap mereka pergi.

......

"Emm hai" sapa Archy yang duduk disamping Michel disebuah kursi halte, setelah pulang sekolah Archy menolak ikut pulang dengan Fandy karna menunggu Maminya. Dilihatnya Michel juga duduk dibangku halte. Tanpa balasan Michel hanya terus menatap Archy yang duduk disampinya dengan jaket dan sepatunya yang agak basah, karna sekarang sedang hujan namun tak deras.

"Chel gue tahu lo orang baik, tapi bisa gak untuk saat ini jangan ganggu gue, sumpah rasanya gak nyaman banget. Maaf sudah melupakan lo , gue ngerti- "

"Apa yang kamu mengerti? Rasa sakit ku? Penderitaan? Selama ini semuanya ku tahan, tapi rasanya sulit melihat orang yang kita sayang sekarang sudah menjadi orang asing. Pliss Ar jangan berkata apapun karna semua itu akan membuatnya bertambah sakit, satu-satunya yang aku ingin kamu mengerti adalah mengingatku" perkataan Michel membuat Archy terdiam sembari menjatuhkah air matanya, dia tidak mengerti mengapa rasanya sangat sesak melihat Michel mengatakan hal itu.

"Jika memang itu yang lo ingin, maaf gue gak bisa. Memang iya, gue gak ngerti tapi gue minta maaf atas apa yang udah gue lakuin. Bicaralah, tapi jangan berbuat. Karna itu akan sangat sulit buat gue" tangis Archy, tangannya yang akan meraih tangan Michel tidak sampai, karna Michel yang langsung bangkit dan pergi tanpa menoleh sedikitpun.

"Hallo Rin, jemput gue, kita perlu bicara" Archy menelpon Erinda dengan singkat lalu menutupnya, dia menghapus air matanya dan menenangkan dirinya.

Tak lama Erinda menjemputnya dengan mobil merahnya yang selalu malas dia cuci.

"Yuk!"

"So, lo mau bicara apa?" Erinda memulai pembicaraannya setelah Archy yang baru masuk dimobilnya.

"Lo habis nangis?" Erinda melihat mata Archy yang sedikit memerah. Sembari menggas mobilnya menuju rumahnya, Archy sangat tenang hingga.

"Siapa Michel?"

1 menit 20 detikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang