#32

1K 35 0
                                    

"Gue lupa kata sandi Semua aplikasi chat dihandphone gue" ucap Archy berbicara ke Mhelan yang duduk disampingnya masih dibangku halte.

"Mungkin tanggal lahir?"

"Gue udah coba semua tanggal, dan nomor yang gue ingat. Tapi gak ada satu pun yang berhasil"

"Yaudah lah, nanti juga lo bakalan ingat. Erinda dimana?"

"Gak tahu, setelah pertengkaran itu gak ada kontak sama sekali, kenapa lo menghindar dari gue?"

"Gue gak pernah menghindar dari lo, gue hanya menghindar dari Fandy"

"Fandy?"

PIPpp...

"Sayang! Ayo masuk" seru Mami Archy didalam mobil.

"Gue deluan yah?" Pamit Archy ke Mhelan yang mengangguk sembari tersenyum.

"Mami hanya antar kamu pulang, dan mami akan terus kebandara" kata Mami Archy yang akan terbang menuju malaysia untuk urusan kerja, Archy hanya menggangguk.

"Dean!" Panggil Archy setelah membuka pintu coklat rumahnya.

Archy menaiki tangga menuju kamar Dean yang terbuka.

"Dean?" Archy melihat kamar Dean yang kosong, dan kamar mandinya yang bising.

"Kakak dikamar yah?" Kata Dean dari kamar mandi kamarnya.

"Iya!"

Dean keluar dari kamar mandinya dengan handuk dan rambut basahnya.

"Wahh adik gue sudah besar yah, kamu ganteng lagi" kekeh Archy memberantakan rambut Dean yang masih basah.

"Apaan sih, gue kan emang ganteng dari lahir"

"Dean, gue bukannya gak mau tahu kenapa Michel sama-sama lo kemarin. Gue hanya ingin cari tahu sendiri dengan begitu pikiran gue akan lebih terbuka" kata Archy duduk diranjang Dean yang rapi dengan beberapa baju Dean diatasnya.

"Bagus deh, tapi ingat kak. Bahwa Michel adalah hal yang utama" senyum Dean melihat kakaknya, tangannya meraih baju diatas ranjangnya.

"Mau kemana?"

"Mau les"

"Oh, gue gak ingat jadwal lo. Gue balik kamar yah, bye" Archy bangkit dan meninggalkan kamar Dean yang menutup pintunya untuk berganti baju.

Baru saja Archy akan memasuki kamarnya suara dari pintu depan membuatnya menuruni tangga untuk membukakan pintu rumahnya.

"Siapa?"

"Hey!" Sapa Erinda dengan senyum kaku.

"He-hei, masuk yuk" terasa canggung Archy dan Erinda duduk diruang tamu.

"Gue gak tahu harus mulai dari mana Ar, tapi gue minta maaf" kata Erinda senduh, matanya menatap Archy serius. Erinda yang seperti biasa hanya bercanda dan makan, baru kali ini dia terlihat sangat kaku.

"Maaf untuk apa Rin? Lo tahu gak setiap hal yang gua gak tahu, dan gue bertanya mereka hanya tahu menjawab "maaf", memang untuk apa kata itu HAH?!" Archy bangkit dari duduknya.

"Dengar Ar, gue gak tahu akan berapa lama ingatan lo balik tapi-"

"Tapi apa Rin? Kalian semua akan nyembunyiin hal itu dari gue?" Dengan Kesalnya Archy berlari menuju bagasi mobilnya.

" AR! Lo mau kemana? Dengerin gue!" Teriak Erinda melihat Archy yang mengambil mobil putihnya yang sudah lama dia tidak gunakan, memberanikan dirinya untuk menaiki mobilnya kembali.

"Gue gak tahan lagi!" Kata Archy langsung menggas mobilnya meninggalkan Erinda yang berusaha mengejarnya dari belakang.

Dengan kecepatan tinggi Archy menyusuri jalan menuju rumah Michel, sebelumnya dia menanyakan alamat pada Mhelan.

"Hallo Mhelan, Archy pergi dengan mobilnya" Erinda langsung menelpon Mhelan.

"Apa?! Tadi dia sempat telpon dan nanya alamat Michel ke gue!"

Erinda menutup telpon dan menggas mobilnya menuju rumah Michel begitu juga Mhelan.

"Mau apa kamu Ar?" Seseorang didekat Rumah Archy melihat kejadian tadi, Fandy yang mengamati pertengkaran Archy dan Erinda juga langsung menggas mobilnya menuju rumah Michel.

"MICHEL!!!" Teriak Archy didepan rumah Michel yang terlihat sepi, tangan Archy memencet tombol rumahnya beberapa kali tapi tak ada jawaban.

"Ar!" Teriak Erinda keluar dari mobilnya.

"Apa yang akan lo lakuin, orang-orang bakalan dengar!" Erinda berusaha menarik Archy.

"Lepas Rin! Michel buka pintunya!"

"Ada apa ini?" Michel yang baru datang dari super market kaget melihat Archy yang berteriak didepan pintu rumahnya.

"Ayo Chel, bilang semua hal yang lo tahu!" Archy mendekati Michel sembari menangis, rambutnya sudah acak-acakkan dan bajunya basah karna air matanya.

"Ar lo kenapa sih? Apa yang harus gue bilang?"

"Chel udah lah, gue akan bawa Archy pergi" kata Erinda memegang bahu Archy.

"Kenapa kalo gue ingin tahu Hah? Kenapa lo nyembunyiin nya Chel? Kalo memang lo adalah hal utama! Dimana lo saat gue butuh? Lo dimana saat gue membuka mata gue untuk pertama kalinya?" Suara Archy meninggi dengan kesalnya, disaksikan Mhelan yang baru saja datang, dan Fandy yang melihatnya dari balik kaca mobilnya.

"Aku disini ar, aku selalu disini, disamping lo, gue ingin banget bilang hal itu" batin Michel.

"Kenapa gak bisa jawab? Lo takut? Fandy benar, seharusnya gue gak perlu untuk selalu melihat kebelakang" Archy pergi meninggalkan Rumah Michel dengan tangisannya.

"Maaf Ar!"

"Maaf, karna aku begini!" Michel menjatuhkan belanjaannya, dan tertunduk kaku.

"Gue pergi Chel" pamit Erinda menepuk pundak Michel.

Mhelan berbalik dan melihat mobil Fandy yang sedang mengamati, wajahnya berubah sangat kesal.

"Gue bodoh banget!!" Archy memukul stir mobilnya, dan melaju dengan kencangnya, wajahnya masih memerah karna kesal, air matanya masih mengalir membasahi bajunya.

"Good bye Michel!" Kata Archy menghapus air matanya.

1 menit 20 detikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang