#33

1.1K 38 3
                                    



"Dia perlahan menghilang seperti air mata yang telah ku hapus setahun yang lalu, aku bersyukur karna itu. Tapi entah kenapa rasa sesak juga selalu datang dikala malam tiba, aku selalu terpojok disudut kamarku yang gelap dan Menangis tanpa tahu apa sebabnya"

1 tahun kemudian.....

"Archy masih mengalaminya, tante hanya bisa mendengar tangisnya dari luar kamarnya" kata Mami Archy yang sedang duduk ditaman dekat kompleks rumahnya dengan pakaian santai dan sendal coklatnya.

"Padahal sudah setahu berlalu, tapi ingatan menyakitkan itu masih menghantui Archy" kata Erinda yang duduk disebelah Mami Archy yang menatap anak-anak yang bermain tak jauh dari hadapannya.

"Tante gak tahu harus gimana Rin, Archy sudah melalui begitu banyak kesulihatan, ditengah-tengah kebingungannya" suara Mami Archy terdengar senduh.

"Gak lama lagi tante, semua akan berakhir baik-baik saja" kata Erinda tersenyum menatap Mami Archy yang juga membalas senyumannya.

"Sore" sapa seseorang dari belakang mereka.

"Hai Rin, hai Tante" sapa Fandy dengan senyum ramahnya dan berjalan menghadap mereka berdua.

"Hai Fandy" balas Erinda.

"Mau kerumah yah?" Tanya Mami Archy dengan senyumnya.

"Iya tante, Archy ada?"

"Iya, kerumah aja"

Fandy berlalu dengan senyumnya, dengan menaikki mobilnya dia melanjutkan perjalanannya menuju rumah Archy yang sudah tak jauh lagi.

Fandy memarkir mobilnya didepan rumah Archy dengan pagarnya yang terbuka.

Tok Tok

"Pesanan!!" Teriak Fandy sedikit terkekeh.

"IYA!" Jawab Archy dari dalam.

"Tapi saya gak pe-" Kata Archy terhenti melihat Fandy didepan pintu rumahnya yang baru dia buka.

"Apaan sih! Aku gak pesan kamu!"

"Terus pesannya apa?" Tanya Fandy sembari mengangkat keningnya.

"Emmmmm... hati mu" tawa Archy lalu langsung masuk.

"Hei! Udah bikin baper malah pergi!" Senyum Fandy lalu ikut masuk.

"Sepi amet, Dean mana?" Fandy melihat sekeliling rumah Archy yang sepi.

"Les"

"Gimana daftar kuliah yah?" Tanya Fandy mengikuti Archy hingga dapur.

"Masih berusaha, kamu gimana?"

"Belum ada niat, aku harus ngomongin hal ini ke Papa"

"Kenapa?"

"Kamu tahu sendiri, setiap jalan yang ku ambil harus lah jalan yang dibuat oleh kedua orang tua ku" kata Fandy membuka kulkas.

"Emm" Archy mendekati Fandy yang membuka kulkasnya.

"Lapar yah?"

"Gak kok" Fandy menutup kulkas, tanganya merangkul pinggang Archy dan menariknya mendekat.

"Ehem!" Suara Mami Archy membuat Fandy melepas rangkulannya, dan bersikap kaku sembari tersenyum.

"Ahhh mami, dari mana Mi?" Senyum Archy mengalihkan perhatian.

1 menit 20 detikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang