#16

1.3K 44 0
                                    

"Maaf untuk waktu nya lama, karna membuatmu menunggu, membuatmu khawatir, tapi itu semua gue lakukan demi kebaikkanmu Ar, karna gue gak mau membuat semuanya menjadi rumit. Beri gue waktu untuk membuat keputusan, dan gue akan kembali disaat yang tepat"


Satu bulan kemudian...

Gue mengambil handphone gue yang berada dimeja belajar putih dengan vas bekas mawar putih yang sekarang sudah layu dan tentunya sudah dibuang. Sudah satu bulan berlalu sejak mawar itu tiba didepan pintu rumah gue, sama seperti sang mawar, Kabar Fandy pun hingga sekarang tak ada. Gue gak tahu sekarang dia kemana? Dan Kenapa pergi gitu aja?

"Kalo Fandy ada, hari-hari gue disekolah bakalan tambah seru, yahh walaupun dulu suka bikin bad mood tapi kalo gak ada dia rasanya ada yang kurang" kata gue sembari menatap pesan Line gue yang gak pernah terbalas apalagi diRead.

"Semoga lo baik-baik aja" batin gue.

"Dean udah pergi bi?" Kata gue menuruni tangga dan menghampiri Bibi yang sedang mencuci piring didapur.

"Iya"

"Emm.. Gue berangkat yah bi"

Gue menuju mobil putih gue yang sudah terparkir dihalaman, karna supir Dean yang membantu mengeluarkan mobil gue.

Gue melewati foto keluarga gue, yang terpajang rapi dengan ukuran cukup besar. disana ada papi, mami, dan gue yang masih berumur 6 tahun. Terlihat kami semua mengukir senyum seakan menandakan sosok keluarga yang lengkap dan bahagia. Tapi itu semua sudah hancur sekarang, senjak Papi sudah tiada dan Mami yang selalu sibuk. Sedangkan Foto Dean juga terpajang disamping. Dean yang hanya menunjukkan wajah datarnya dan setelan jas diumurnya yang menginjak 5 tahun. Melihatnya seperti itu tentu saja dia sudah merasakan kurangnya kasih sayang, Hanya foto Papi lah yang bisa dia Liat dan Mami yang tak selalu berada disampingnya.

Seminggu lalu Mami sempat pulang walau hanya dua hari disini, tapi gue sudah bisa melihat senyum Dean saat memeluk Mami sebelum kesekolah. Dia seperti anak berumur 5 tahun yang pamit pergi main. Keadaan Mami juga selalu sama saat dia pulang, selalu bertambah kurus, dan lingkaran matanya bertambah hitam. Gue harap Mami selalu sehat-sehat saja, hanya dia dan Dean yang gue punya sekarang.

Gak kerasa gue sudah sampai tepat didepan gerbang sekolah, perasaan gugup gue rasakan sekarang. Tak lain itu karna kumis sang satpam sekolah gue, dia sudah berdiri disamping mobil gue dengan tatapan sinisnya.

"Tatapanmu membuat ku meleleh" kata gue membuka kaca mobil lalu tersenyum saat pak kumis sama sekali tak tersentuh.

"Gak usah merayu kamu Archy!" Katanya menaik turunkan kumis tebalnya setebal buku kimia gue.

"Buset dah, gue bakalan nyuci Wc lagi. Mih tolong Archy" mohon gue dalam hati.

"Yaelah pak, tatapan bapak emang membuatku terpanah"

"Sumpah!" Lanjut gue menyakinkan pak kumis.

"Kamu nih! Kamukan janji sama bapak gak bakalan telat lagi!"

"Gara-gara mikirin Fandy dirumah gue jadi telat" batin Gue.

"Telat dikit kok pak"

"Gak ada! Mumpung Wc udah gak pernah kamu cuci, cuci sekarang!"

"Lagi dapet nih orang" kata gue pelan.

"Bilang apa? Bapak dengar tahu!"

"Gak ada kok pak!" Gue langsung menggas mobil masuk kesekolah tapi berhenti tak jauh dari gerbang dan mengeluarkan kepala gue ke jendela.

1 menit 20 detikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang