#9

2.1K 124 5
                                    

Aku pernah jatuh cinta seperti gadis-gadis lain. Aku pernah mencintai seseorang dengan tulus dan tanpa syarat. Meski ia orang biasa sekalipun. Seorang cowok biasa, berpenampilan biasa, dari latar belakang keluarga biasa, dan tidak kaya. Aku mencintainya dengan sepenuh hatiku dan sempat melambungkan harapan untuk menikah dan memiliki keluarga kecil yang bahagia dengannya. Dan cowok itu adalah Viko!

Aku jatuh cinta pada Viko pada pandangan pertama. Apa adanya Viko. Semua yang ada pada dirinya, aku menyukainya. Dan itulah yang kusebut cinta. Aku pernah, sekali lagi pernah mencintai seseorang dengan segenap hati dan jiwaku. Dulu.

Tapi tidak semua realita sesuai dengan ekspektasi bukan?

Viko, yang semula kupikir hanya mencintaiku seorang, nyatanya mencampakkanku dan memilih gadis lain. Huh. Disaat aku merasa telah menemukan pasangan jiwaku, nyatanya Viko membuangku seperti sampah ke jalanan. Membiarkanku terbuang sia-sia terhempas angin dan berselimut debu. Ia mengangkatku ke awan dalam sekejap lalu menghempaskanku ke tanah dalam satu hentakan. Brengsek bukan?

Aku marah. Aku kecewa. Aku patah hati. Aku sempat berpikir jika dunia memperlakukanku dengan tidak adil. Tapi aku tidak pernah meneteskan air mataku yang berharga ini untuk cowok seperti Viko. Air mataku terlalu mahal untuk menangisi cowok brengsek macam dia!

Aku tidak pernah jatuh cinta lagi setelahnya. Untuk apa? Toh, jatuh cinta dan patah hati hanyalah sebuah awal dan akhir. Aku tidak mau. Aku membunuh hati dan perasaanku untuk sebuah kata 'cinta'. Aku memilih untuk tidak mencintai orang lain dan hanya mencintai diriku sendiri. Egois? Ya, aku memang egois dan  sedikit angkuh. Kenapa? Karena aku tidak mau terluka!

Tapi takdir mempertemukanku dengan seorang malaikat bernama Julian. Ia memungutku dari jalanan yang kotor dan berdebu. Memperbaiki hati dan perasaanku dengan segenap kemampuannya. Aku merasa tersanjung dan berharga untuk pertama kalinya dalam hidup. Apa aku mencintai Julian? Tidak. Mungkin belum. Hatiku masih mati dan belum bangkit dari kematiannya...

Sebuah tangan lebar dan sedikit kasar menyentuh pipiku  perlahan. Memaksaku untuk membuka mata dan menatap wajah Julian yang sedemikian dekat denganku. Sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Juga aroma tubuhnya. Aroma parfum Bulgari Extreme kesukaanku, menyentuh hidungku dan membius pusat syarafku.

"Apa aku membangunkanmu?"ia bertanya selembut mungkin. Dan aku menggeleng.

"Jam berapa ini? Apa aku tidur terlalu lama?"aku bangkit dan duduk bersandar pada tumpukan bantal. Menghadap Julian yang masih mengenakan kemeja putihnya.

"Ini sudah jam 7,"balas Julian sambil tersenyum. "kamu pasti kecapekan, Mei." Tangan Julian mengusap kepalaku perlahan. Dan aku menghindari tatapannya yang terus mengawasi mataku.

"Aku ketiduran tadi,"aku melontarkan alasan. Sebenarnya aku tadi menelan dua butir obat sakit kepala setelah sampai di rumah. Dan aku tertidur setelahnya. Untunglah aku baik-baik saja dan bisa bangun kembali. Viko telah berhasil mengacaukan pikiranku hari ini. Aku sempat dilanda ketakutan dan kecemasan berlebihan tadi. Kepalaku sedikit berdenyut, itulah sebabnya aku menelan obat sakit kepala dua butir sekaligus. 

"Aku mandi dulu, Mei. Gerah,"Julian pamit dari hadapanku usai mendaratkan sebuah kecupan lembut di keningku. Lalu melangkah ke kamar mandi.

Aku mengangguk dan tak lagi menatap ke arah Julian. Aku sempat berpikir akan menceritakan soal Viko pada Julian tapi urung. Julian baru saja sampai dan aku tidak tega membebaninya dengan persoalan masa laluku.

Viko, si brengsek itu mendadak muncul dan mengusik kehidupanku yang tentram dan nyaman. Saat aku memiliki segalanya ia datang seolah ingin menghancurkan semua yang telah kubangun sampai aku menjadi seperti sekarang ini. Apa yang ia inginkan dariku? Kembali dan ingin merampas semua yang kini menjadi milikku? Tidak akan pernah! Tapi setidaknya ia telah berhasil membuatku ketakutan hari ini. Aku hanya takut ia akan menyakitiku atau Julian.

Ah, Julian, malaikatku. Baik dan punya segalanya. Lalu apa kekurangan Julian? Tidak ada. Ia memberiku cinta bahkan dengan kadar yang berlebihan. Ia terlalu mencintaiku dan memanjakanku sampai kadang membuatku muak. Ia terlalu possesive. Over protective. Aku tidak suka diperlakukan seperti itu. Tapi aku tidak mau Viko atau siapapun menyakiti Julianku.

SANDIWARA CINTA #Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang