Pacar Jennie

5.1K 990 64
                                    

Jennie?

Jentu gue inget nama ini, dia temen gue dari waktu masih culun-culunya jadi maba sampai sekarang udah mau sarjana.

Wait, Ten sama Jennie yang sudah mau sarjana. Gue sama Winwin harus mengulang setahun lagi. Hhhhhhhh.

Gue sih ada alasan mengulang karena abis kecelakaan. Lah si Winwin? Bener-bener nih anak otaknya cuman 1/4!

Oke back to Jennie, hmm dia sosok perempuan sempurna, dengan backing orang tua yang berada, cantik, pinter. perfect.

Dia masuk dalam kategori temen baik gue. Karena di piramida hubungan sosial gue ada tiga tingkatan.

1. Temen doang ; tau nama, saling say hi, udah.

2. Temen baik ; gue sering interaksi, makan bareng, punya contactnya, kadang curhat.

3. Temen yang pengen gue depak dari kehidupan gue saking akrabnya dan saking bosennya gue ngeliat mukanya read ; Ten dan Winwin.

Hari ini, hari pertama gue akan kembali menginjakkan kaki ke kampus gue yang tercinta.

Gak bohong, dulu pas gue sehat i hate this place, but why i miss this place so much when i'm sick? Huh? Tanda tanya besar bukan?

"Gue bimbingan dulu, kelas lo sama Winwin di mulai 15 menit lagi di lantai dua ruangan E. Jangan ampe telat!" Ten sudah mirip manajer artis yang sibuk dengan tabletnya untuk mengceki jadwal kuliah gue dan Winwin.

Iya Ten manajernya, gue artisnya, Win-win asistennya. Hahahaha! *diludahin sefakultas*

"Iya, buruan sana!" Usir gue.

Baru akan beranjak tapi tiba-tiba Ten membatu di tempat, dia fokus dengan satu objek yang ada di belakang gue, otomatis gue dan Winwin berbalik mengikuti kemana arah Ten memandang.

DAMN! Gue kasi tahu ya. Ten tuh huh tukang gombal number wahid di fakultas sastra, tapi cuma ada satu alasan kenapa Ten jadi batu di depan cewek.

"HAI LISA!" Teriak Gue dan Winwin berbarengan.

Yap karena adek tingkat yang bernama Lalisa.

Ten masih dalam mode 'pause' saat Lisa berjalan melalui kami bertiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ten masih dalam mode 'pause' saat Lisa berjalan melalui kami bertiga.

"Hai kak Jingga, hai kak Winwin," Lisa memutar pandangannya pada Ten, dan Ten hanya bisa menyengir kaku kayak fangirl ketemu bias.

Anying banget nih orang cuma diem. Gombal coba kalo berani Ten. cih!

"Hai kak Ten."

Ten mengangkat tangannya satu dengan kaku, Winwinpun membantu dengan menggerakan tangan Ten seperti gerakan melambai.

"Ha..haii Li..liss."

Lisa tersenyum kecil.
"Duluan ya kak, ada kelas."

"Iya Lis. Belajar yang rajin ya." Balas gue dan Winwin bersamaan.

"Anjir, anjir si Ten mukanya kayak abis cuci muka pake air dari puncak. Kaku!" Setelah Lisa berlalu Tenpun jadi bulan-bulan gue dan Winwin.

"Haha, gombalin kalo berani." Goda gue.

Sedangkan si kampret, oknum bernama Ten itu cuman memasang ekspresi 'ini mimpi bukan ya?'

Elah buset, baru di sapa. Ck ck ck Jones!

"Hai Ji.'" Tepukan dari bahu gue membuat gue tersentak kaget, apalagi saat mengetahui Jennielah yang melakukannya.

Entah kenapa gue otomatis mundur dan bersembunyi di balik badan Ten, gue merasa jiwa tidak ingin bertemu dengan temen gue yang satu ini.

"Loh, Ji ini gue Jennie,"

"Oh, hai Jen." Gue tersenyum canggung m masih dengan posisi bersembunyi di balik punggung Ten.

"Gue ke rumah sakit hari itu tapi elo udah keluar, elo udah baik-baik aja kan?" Jennie mengeluarkan nada kekhawatirannya.

"Iya, udah baik. Ada kelas?" tanya gue mencoba sesantai mungkin meskipun keringat sudah membasahi telapak tangan gue.

"Gue udah bimbingan tugas akhir sih."

"Oh iya." Gue cuman bisa ber 'oh' ria.

Sementara Ten dan Winwin menatap gue heran karena bertingkah aneh.

Jennie menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena tingkah gue yang 'mungkin' tidak biasa, dan membuat dia canggung.

Tapi sumpah, ini reflex, gue tidak ada maksud benar-benar menghindari dia. Gue sangat ingat betapa baik dan ramahnya Jennie sama gue.

"Hm ya udah deh, gue duluan. pacar gue udah jemput soalnya." Pamit Jennie.

"Ya udah Jen hati-hati."

"Hati-hati Jennie." Tambah Winwin sambil melambai polos.

🌟🌟🌟

"Hei udah dateng, nih helmnya," Johnny menyambut Jennie dengan ceria, meskipun gadisnya itu datang dengan mood yang sepertinya buruk.

"Loh kok cemberut sih Yang? hm?"

"Enggak, itu temen aku yang gak jadi kita jenguk hari itu,"

"Hm? Kenapa dia?"

"Dia udah masuk kampus."

"Syukurlah, berarti udah sehat."

"Tapi John, dia kok kayak ngehindarin aku? Kesannya takut gitu sama aku ya?"

Johnny menarik pipi Jennie gemas.

"Mungkin dia masih kaget, atau shock. Soalnya ada bidadari abis bimbingan skripsi."

"Cih gombal!"

Interaksi manis pasangan itu menarik perhatian Jingga, Ten dan Winwin yang berada tak jauh dari Jennie dan Johnny.

"Dia siapa?" Tanya Jingga penasaran.

"Cowoknya Jennie kali." Jawab Ten.

"Atau gojek?" Sambung Winwin.

Gue dan Ten hanya bisa menatap kesal Winwin.

MANA ADA GOJEK YANG MOTORNYA SEHARGA MOBIL?

MANA ADA GOJEK YANG NARIK PIPI PENUMPANGNYA GEMES?

HHHHHH WIN...WIN...!

"Tapi kok, gue kayak kenal yah sama tuh cowok?"

"Kenal gimana? gue tahu ye pergaulan lo. Lo gak kenal cowok lain selain temen SD, SMP, SMA, sama temen kampus, dan tuh cowok tidak termasuk beberapa kategori yang gue sebutkan tadi."

"Iya juga yah."

Jingga menatap kepergian Jennie dan pacarnya dari kejauhan, sambil bertanya dalam hati.

Lo siapa? Kenapa gue ngerasa deket banget sama lo?

-To be continued -

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟) 

OH MY 'J'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang