Manik gue tidak lepas dari kalung silver yang menggantung di leher gue.
Ten dan Winwinpun menatap gue heran setelah menanyakan hal tersebut.
"J, itu ya inisial elo lah. Jingga." Jawab Ten enteng.
Iya juga sih, kenapa gue gak kepikiran ini inisial gue?
Tapi entah kenapa gue yakin huruf J ini bukan merujuk ke nama gue. Mungkin ini petunjuk ke sesuatu yang lebih besar.
Ceklek.
"Permisi, pasien harus terapi berjalan sekarang." Kata seorang suster yang masuk ke kamar perawatan gue.
Ah, gue koma selama setahun dan selama itu pula gue tidak bergerak dari tempat tidur.
Otot-otot gue kaku dan harus dilatih kembali dengan terapi.
"Ye si Winwin malah bengong. Bantuin gue angkatin Jingga!" Tegur Ten sambil menggeplak kepala Winwin dari belakang.
Plak!
Bagaimana Winwin bisa pintar kalau kepalanya dipukul Ten melulu? Otaknya bisa geser lama-lama.
"Aw! Iya sabar kenapa sih? Ini Jingganya mau di gimanain?"
Ten mengusap wajahnya frustasi mendengar pertanyaan Winwin.
"BANTUIN ANGKAT KE KURSI RODA WINWIN. NGELAMUN MULU LO AH!"
Winwin hanya bisa menggaruk kepalanya mendengar omelan Ten.
"Hehe abis perawatnya cantik Ten."
"Secantik apapun perawatnya kagak bakal mau sama cowok dongo kayak lo, buruan angkat."
🌟🌟🌟
Ternyata terapi jalan, gak semudah yang ada di benak gue.
Ini berat.
Dan ini sakit.
Kehadiran Ten dan Winwin sedikit banyaknya membantu gue secara mental. Gue merasa sedikit terhibur. Winwin senantiasa menopang gue dan Ten yang sudah ada di depan sambil berteriak-teriak.
"AYO ANAK PAPA BICA JALAN, AYO SINI KE PAPA NAK"
Mending gue tinggal di panti dari pada punya bapak kayak lo Ten.
"Ck ck jalan aja elo gak bisa Jing,"
"Kan abis kecelakaan Winwin!"
"Gue abis jatoh dari sepeda besoknya bisa jalan kayak biasanya."
HHHHHH BODO WIN BODO.
Lagian mana ada orang yang jatoh dari sepeda besoknya koma?
Kecuali habis jatoh dari sepeda teros ke lindes truk. Hehe.
🌟🌟🌟
Gue kembali mencoba mengaktifkan ponsel gue. Tapi kayaknya ini benar-benar sudah rusak.
Padahal pasti banyak informasi di dalam benda berbentuk persegi panjang ini.
"Ahhhh hp gue rusak!" Keluh gue frustasi.
"Elah ini mah udah gak bisa di perbaikin, mending lo beli baru aja," Saran Ten.
"Tapi kan,"
"Beli sama kokoh Winwin,"
Wah Ten bener-bener S3 Marketing kalau begini ceritanya.
"Lah bukannya keluarga Winwin jualan emas?" Heran gue.
"Sekarang merambah ke dunia perponselan."
"Gila, warisan nyokap bokap lo gak bakal abis kayaknya Win. Hp kayak punya gue berapaan sekarang koh?"
Gue penasaran. Karena tentu saja gue harus punya ponsel kalau keluar dari rumah sakit nanti untuk komunikasi dan informasi.
"Empat jutaan," Winwin enteng.
"Mahal amat Koh, harga temen Koh." Goda gue.
"Mending lo beli di buka lapak ngga'. Buka lapak emang cincai~ ,di nego aja say~ di nego sampai okay~" Dan Ten pun meniru ibu-ibu buka lapak kayak yang ada di iklan TV.
SATPAM, TOLONG USIR DIA. 😭
"Apa ini low aja kali baterainya? Ada yang bawa charger gak?"
Ten langsung mengambil charger dari tasnya dan menyambungkannya dengan ponsel gue.
Ajaibnya, ponsel gue menyala.
Gue langsung membuka semua inbox, dari e-mail, line, dan semua sosmed.