.Duabelas.

23.7K 1.4K 36
                                    

Amarah Adrian sudah tak tertahankan lagi, laki-laki ini menaiki lift dengan sangat tergesa-gesa hatinya tak karuan sekarang.

Setelah melewati beberapa lantai sampailah sekarang ia di depan pintu, lalu ia mebuka pintu apartement  yang terkunci itu dengan kunci serep yang tergantung bersama kunci mobilnya.

Pemandangan di parkiran tadi membuat Adrian sangat panas.
Ia meneguk satu botol air putih yang berada di dalam kulkas. Adrian sangat membutuhkan apapun yang dingin sekarang, hatinya tidak henti-hentinya mengumpat sekarang.

Zidani Akbar sialan lo emang.

Kenapasih Nadira mau-mau aja di peluk ama dia.

Gantengan juga gue kemana-kemana.

Muka kaya gembel aja belagu banget tuh anak ga tau apa bini orang.

"Adrian ko udah pulang?"

Suara Nadira menghentikan umpatan-umpatan di dalam hati Adrian.

"Ke mall sama siapa tadi?"

"Sama Sasa lah kan gue udah bilang."

"izin ke mall ama Sasa tapi pulang nya sama Zidan." balas Adrian penuh penekanan saat mengucapkan nama Zidan

"Lo tau Zidan ?" tanya Nadira

"Gue liat semua kejadian di parkiranI tadi." jawab Adrian tegas, Adrian melihat semuanya di parkiran tadi, tadinya Adrian ingin mengajak makan malam diluar karna hari ini Ia menerima gajih pertamanya setelah satu bulan bekerja.

"Gue pulang cepet supaya bisa ngajak lo makan di luar buat ngerasain uang  yang pertama kali gue kumpulin pake titik peluh gue sendiri," Adrian menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya sebelum akhirnya melanjutkan ucapan nya yang belum sepenuhnya selesai "Tapi gue malah liat drama yang gak penting
gini."

"Gue sama dia cuma sebetas temen lama yang baru ketemu jadi gak salah kita kaya gitu." Nadira membalas jawaban Adrian dengan tajam

"Lo bilang baru ketemu?," lalu Adrian membuka laci di salah satu nakas yang ada di apartement, "gue ngga pernah tau kalau ternyata lo pandai boong." Adrian berkata-kata sambil menggeleng dan meletakan coklat dan surat yang ia temukan di depan pintu beberapa waktu lalu.

Nadira mulai membaca surat yang Adrian berikan,

Dan Nadira tahu sekarang mengapa Zidan membicarakan tentang coklat dan surat di parkiran tadi. Dan ini adalah jawabanya.

"Kalo surat ini bener kenapa emang ?" Nadira dengan nada lantang. Tak bisa Nadira pungkiri ia tak bisa jauh dari Adrian namun ia juga menginginkan Zidan. Nadira tahu ini salah bahkan sangat salah tapi bagaimana? separuh hatinya masih berada di Zidan. "Marah lo?"

Adrian menggeleng-geleng kan kepalanya tidak mengerti dengan bagaimana jalan pikiran wanita itu, dan sekarang Adrian yakin Zidan telah mempropokasi pikiran Nadira. "Lo tuh bego, tolol, atau gimana sih, ya jelas gue marah lah, lo tuh punya gue, lo tuh istri gue, di perut lo lagi ada anak gue anak kita. dan lo malah pelukan ala teletubies disana lo pikir dong Ra gimana gue ngga marah."

Nadira diam.

Hanya diam.

Telinga nya menangkap semua yang Adrian bicarakan.

"Gue cuma ngga mau apa yang gue punya direbut orang lain itu aja." Adrian kembali membuka suara diantara hening beberapa saat yang mereka ciptkan.

Dulu orang tuanya direbut orang lain,  Dan sekarang salah satu orang tua anaknya yang direbut orang lain, dan Adrian tidak akan membiarkan itu terjadi lagi dikehidupan nya.

"Gue pernah ngarasain rasanya kehilangan seseorang yang gue yakin bakalan kasih gue cinta, dan orang itu adalah orang tua gue, dan sekarang saat orangtua gue udah ga nganggap gue, gue nemuin lo seseorang yang  gue ingin gue bahagiin ditambah lagi dengan dia, anak gue, anak kita Ra." Hingga terdengar lirih dari nada bicara Adrian, Mata nya memang tak mengeluarkan air mata. tapi,  hatinya berkecamuk di dalam sana jika mengingat betapa suram nya hidupnya sebelum ini, tentang betapa sunyi nya hidup nya sebelum membangun sebuah keluarga bersama Nadira.

"Gue harap tadi adalah pertemuan lo terakhir sama dia." sambung Adrian sebelum akhirnya membalikan tubuhnya  Nadira yang masih mematung dengan segala pikiran yang tak tentu arah.

"Lo cemburu?"

Suara itu, suara Nadira membuat langkah  Adrian yang ingin pergi menjauh terhenti, badannya berbalik menatap Nadira yang sedang berdiri bergetar disana.

"Gue cemburu?, kalau iya kenapa, lo kira apa yang udah kita lakuin bersama ngga numbuhin rasa nyaman di hati gue, tiap hari rasa gue ke lo itu selalu bertambah Ra, gue emang ga pernah ngungkapin ke lo secara langsung, karna kadang perasaan itu ngga perlu diungkapin cukup dirasakan bagi mereka yang sedang menjalaninya." Jelas Adrian
"Gue cuma mau lo ngerasain juga apa yang gue rasain Ra, hingga pada saatnya nanti perasaan ini, perasan yang kita punya bakal bawa kita ke suatu titik, yaitu titik kebahagiaan." Adrian tidak tahu kapan tepatnya rasa nyaman itu hadir diantara mereka, yang Adrian tahu hanyalah bahwa rasa itu bertambah setiap harinya, "Gue emang bukan orang yang tepat buat ngasih kata-kata beginian, tapi gue tetap berharap lo bisa ngerti apa yang gue bilang sekarang."

Badan Adrian berbalik melanjutkan langkah yang sempat terhenti karna pertanyaan Nadira tadi.

Nadira tidak tinggal diam ia tidak akan membiarkan Adrian meninggalkan nya dengan keadaan penuh rasa sesal seperti sekarang ini, dengan sigap Nadira berlari, tidak kencang sebenarnya tapi lari akan tetap disebut lari kan? Mengejar Adrian memeluk pinggang Adrian dari arah belakang. "Maafin gue." Air mata Nadira yang sedari tadi ia tahan, akhirnya jatuh juga tetesan-demi tetesan nya membasahi hodie berwarna abu yang dikenakan Adrian "Gue janji yan, ini yang terakhir."

Adrian diam beberapa saat, tak tega sebenarnya membiarkan Nadira menagis sesegukan seperti ini tapi apa dayanya tubuhnya sedang dikuasi setan cemburu sekarang.

Adrian berbalik, setan cemburu dalam tubuh nya menyerah, hingga menyisakan seorang Adrian yang penuh rasa sayang pada Nadira, ditankup nya wajah Nadira, hingga membuat Nadira mendongak, menatap wajah Adrian karna postur badan Adrian lebih Tinggi dari Nadira.

Adrian menyelipkan anak rambut  yang menutup sebagian wajah gadis itu, yang membuat Adrian tidak bisa mengamati sepenuhnya wajah gadis yang beberapa bulan ini mengisi harinya, seusai menyelipkan anak rambut, tangan nya kembali tergerak mengusap cairan bening yang keluar dari kelopak mata Nadira. "Lo tau kan gue gini kenapa, gue cuma ngga mau sama dia Ra, gue cuma mau lo ama gue, gue ngga mau kita berakhir sampai sini aja masih banyak impian-impian kecil yang belum gue wujud-in terhadap lo, jadi gue mohon Ra, tetap disini."

***

Aku tahu ini sangat tidak ngefeel tapi nikmati sajalah.

Gue ucapin terima kasih buat kalian yang udah setia nunggu part demi part nya, ya walaupun gue lama banget update nya sekali lagi gue ucapin terima kasih sebesar-besarnya.

Young ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang