.Limabelas.

23.3K 1.3K 39
                                    

Happy Reading

"Hallo Pak?" sapa wanita di seberang sana kepada Adrian

"Halo ada apa, saya kan sudah bilang biarkan saya tenang menikmati waktu weekend saya" Jawab Adrian dingin kepada wanita di seberang sana yang sedang menelponya.

"Aduh gimana ya pak, saya juga maunya gak ganggu tapi ini, ada Mr.Sam client kita yang dari Manila."

Adrian menghembukan nafasnya berat, Ini yang Adrian pertimbangkan sewaktu Papanya menawarkannya untuk menjadi CEO kemarin, Adrian benci dengan hal mendadak seperti ini, Ia tidak suka waktu Istirahatnya di ganggu seperti ini terlebih ketika Ia sedang menikmati waktu dengan Nadira, Namun demi Profesionalitas  kerja Adrian harus menjalankannya.

"Oke, Saya kesana sekarang."

"Kenapa Yan?" tanya Nadira

"Mr.Sam client ku dari Roma dateng lebih awal, aku harus kesana ini proyek besar sayang banget kalo di lewatin, kita ke kantor aku dulu ya ?"

" Oh, Yaudah kita kekantor kamu aja sekalian mau liat kantor kamu aku." Jawab Nadira.

***

Ini hal  yang sangat tidak biasa bagi para Pegawai kantor terutama bagi pegawai perempuan, melihat Adrian CEO muda di peusahaan ini datang dengan pakaian yang tidak ada formalnya sama sekali yaitu hanya dengan menggunakan kaos oblong putih dipadukan dengan celana hitam jens pendek kesukaan nya, dan Adrian datang tidak sendiri saat ini Ia datang bersama Wanita muda dengan perut buncit yang terlihat seperti sedang mengandung.

"Siang Pa."

"Siang Pa Adrian."

"Selamat siang Pa."

Begitulah beberapa sapaan yang dilontarkan para pegawai saat Adrian memasuki dan Nadira memasuki Gedung Kantor, Adrian hanya mengaggapi semua itu dengan senyum tipis nya, dan Nadira hanya mengikuti Adrian sajs

"Itu siapa nya si bos ya?" kata salah seorang pegawai pria yang sedang bercengkrama di meja receptionist.

"Mana gue tau, lu kira gue ema nya pak Adrian." Ujar pegawai perempuan yang satunya lagi.

"Gue mau kedalem aja dah buat cari info." Pamit sang pegawai pria tadi

"Bentukan nya aja cowo, jiwa kek ema-ema pingin tahu terus urusan orang."

***

Nadira tahu Wanita yang sedang berbicara dengan Adrian ini sesekali melirik nya di sela-sela pembiaraan nya dengan Adrian, Nadira tidak tahu siapa sebenarnya wanita yang berbicara dengan Adrian ini,  tapi sedikit mendengar pembicaraan mereka berdua ini Nadira dapat menarik kesimpulan bahwa wanita ini Sekertaris Adrian.

"Mereka sudah di ruang meeting Pak."

"Ok, Kamu siapkan semuanya sekarang saya ingin kedalam dulu." Lalu Adrian menarik Nadira masuk kedalam ruangan nya.

Nadira mengerdarkan pandangan nya ke ruangan Adrian sangat rapi disini, hanya Ada beberapa lukisan berukuran kecil dan besar disini dan satu Ac yang menempel di dekat pintu, lalu Nadira beralih pada meja kerja milik suaminya ini, dijatuhkan nya bokongnya di kursi yang tersedia disitu, Ada dua bingkai foto yang terdapat disana satu foto selfie Adrian dengan nya waktu mereka bersama memakan es krim di dekat sekolah, Nadira ingat saat itu ia sedang marah dengan Adrian karna Adrian membolos bersama Angga dan Rama untuk main warnet dan membiarkan Nadira menunggu hampir 2 jam lama nya di depan minimarket, lalu untuk membujuknya Adrian membeli dua buah es krim, Nadira tidak menolak es krim itu namu tetap saja ia merengut saat itu hingga Adrian mengeluarkan handphone nya untuk mengambil gambar Nadira yang sedang cemberut itu, Nadira tidak suka kalau ada seseorang mengambil foto dirinya yang sedang aib, "Ngga mau aib lagi kan, makanya senyum dong." begitulah kira-kira yang Adrian ucapkan hingga di foto selfie itu Nadira tersenyum lebar. Mengingat hal-hal kecil seperti itu dapat membuat Nadira menarik senyum di bibirnya, Adrian laki-laki itu sudah mengisi seluruh kekosongan hatinya hingga tidak ada celah untuk yang lain bisa masuk, Adrian menjalankan tugas nya dengan baik sebagai suami nya dan sebagai ayah dari anak-anaknya, Adrian mungkin bukan sosok romantis yang di mimpi-mimpikan Nadira ketika sekolah dulu, Adrian hanya laki-laki biasa dengan sejuta mimpi agar keluarga kecilnya selalu bahagia, dan Nadira sangat bangga memiliki Adrian saat ini.

Di bingkai kedua, bingkai ini jauh lebih kecil dari pada bingkai sebelumnya tadi, itu foto anak-anaknya, foto USG anak-anaknya, Nadira tahu kenpa beberapa minggu yang lalu foto yang tempel di dekat memo di dinding kulkas itu hilang, ternyata Adrian lah pelaku utama nya yang mengambil foto ini lalu menaruhnya diruangan nya.

"Kamu tunggu disini ya, aku mau ganti baju dulu seberntar."

"Oh oke." jawab Nadira singkat

Tidak perlu sampai 10 menit bagi Adrian untuk menggati pakaian nya, Ia tidak mau membuat Mr.Sam menunggu lebih lama lagi, terlebih ini proyek besar Adrian tidak mungkin melewatkan ini.

"Yaudah, aku ke ruang meeting dulu ya, kamu tunggu disini, kalau ada perlu panggil aja ob atau og disini, kalau cafe kamu tidur aja di sofa itu, kalau kamu bosen kelamaan nunggu nyalain aja tv remotenya ada di laci."

Nadira mengagguk "Iya iya bawel udah sana, kaya ibu-ibu tau ngga kamu."

"Ngga boleh loh ngusir suami sendiri."

"Ngga ngusir kok, Yaudah deh Adrian sayang ayo cepet, client kamu nanti batalin proyek nya sayang, cari uang yang banyak ya sayang."

Adrian hanya tertawa renyah menanggapi itu. Saat sudah berada di depan pintu Adrian teringat sesuatu yang ia lupakan di tanganya yaitu dasi nya.

"Kenapa balik lagi?" Tanya Nadira saat Adrian berada di depan nya

Adrian lalu menunjukan dasi ditangannya "Pakein."

Nadira mengambil dasi itu dari genggaman tangan Adrian "Aku tau sekarang kenapa kamu waktu di sekolah ga pernah pake dasi."

Nadira mulai mengalungkan dasi itu pada leher Adrian.

"Aku pernah coba buat pasang sendiri, malah keinget ga jelas, makanya aku ngga suka pake dasi."

"Trus kalo ngga suka kenapa sekarang mau makai dasi?" Tanya Nadira disela-sela kegiatan nya mengalungkan dasi itu di leher Adrian

"Karna kan yang pasangin Bidadari."

Nadira tersenyum saat dasi itu telah tertata rapi di leher Adrian. "Gombal."

"Dih siapa gombal, mana pernah aku gombal, emang bener emang kamu ngga mau dibilang bidadari?" Tanya Adrian membela dirinya sendiri

"Udah deh, kamu gausah mancing-mancing, cepet sana ntar itu Mr marah loh."

"Iya deh iya." Lalu Adrian mulai meninggalkan ruanganya.

"Dad," Adrian berbalik saat kaki nya hampi meninggalkan ruangan nya

"Good Luck."

Adrian mengacungkan Ibu jari nya sejajar dengan bahunya. "Oke Bun."

****
Happy satnight all
Maafkan author yang selalu lama mengupdate, author kmaren-kmaren fokus buat Uasbn jadi maafkaanlah



Young ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang