.Tujuhbelas.

25.4K 1.2K 128
                                    

HAPPY READING MAA READERSS.

"Anjirr ya, gue kira si bos gaada yang punya taunya udah ada istrinya, mana lagi bunting pula." Kesal Priska ketika dirinya memasuki dapur kantor.

"Oi, Pris kenapa lo? Ayo gabung sini."

Priska melirik kearah meja yang sedang diduduki teman- teman satu kantornya, masih ada satu kursi disana bagi Priska untuk duduk.

Setelah mengambil tempat diantara teman kantornya Priska langsung membenamkan kepala di antara kedua lipatan tangan nya.

"Ngapa lo Pris tumben banget suntuk begitu?"

Priska mulai mendongak ketika teman nya yang bernama Irma tadi berbica dengan nya, menampkan wajah masam nya kepada Irma dan teman-teman nya yang lain.

"Gue ga nyaka taiii, si bos udah punya bini,"

"Iya emang iya, gue tadi ketemu ama dia di sini sebelum jam istirahat, mana dia kek nya lagi bunting deh."

"Mampus dah lo Pris, si bos udah ada yang punya gabisa di embat lagi." kata karyawan laki-laki yang berada di sana.

Karyawan dikantor Adrian memang hampir semua tahu bahwa Priska menyukai Adrian, sebab Priska selalu menceritakan tentang Adrian, sehingga banyak karyawan yang menebak bahwa Priska menyukai Adrian, Priska tidak mengelak jika di tanya ia ditanya apakah ia menyukai Adrian, Ia akan menjawab; iya dengan senang hati, malah Priska akan meminta saran bagaimana agar ia bisa mendapatkan Adrian, namun satu fakta menyeruak sekarang Adrian tidak sendiri, Adrian sudah memiliki istri, bahkan ingin memiliki anak. tapi Priska, ia tidak menyerah begitu saja apa yang ia inginkan harus ia dapatkan, bagaimanapun cara dan jalan nya Priska harus mendapatkan apa yang ia inginkan meskipun dengan cara yang bisa dibilang sadis.

"Sapa bilang, gue bakal dapetin Adrian gimanapun caranya, mungkin Si bos punya istrinya sekarang tapi gue bakal mililikin di bos besok dan selamanya."

***

Sudah sekitar tiga puluh menit Adrian berkutat dengan beberapa proposal yang diajukan beberapa client nya, berarti sudah sekitar 30 menit juga Nadira meninggalkan kantor Adrian, perempuan lebih memilih naik taksi sendiri dari pada diantarkan oleh supir kantor Adrian, alasan nya sederhana karena Nadira tidak mau menyuruh orang. Jika saja Nadira belum pulang Adrian pasti tidak akan sepusing ini karena perempuan itu akan bersedia memberikan tenaga nya untuk membantu Adrian dalam memilah- ?milah proposal yang diajukan beberapa client nya.
Ditengah kepusingan Adrian tentang beberapa proposal itu, Handphone nya bergetar, menandakan bahwa ada pesan masuk dimana.

Istri : Cepet pulanggggg yah.

Adrian mengabaikan pesan Nadira lalu, jari tangan nya bergerak untuk menelpon Nadira.

Hanya tunggu beberapa detik bagi Adrian menunggu jawaban Nadira, "Assalamualikum."

"Waalaikumussalam"

"Kenapa, Baru aja ketemu tadi udah kangen ya?"

Decihan kuat dari Nadira terdengar pada sambungan telepon ini. "Ngapain juga kangen kamu, malesin banget."

Adrian tertawa, Nadira memang seperti itu lain di mulut lain dihati, jika Adrian sampai rumah pun, pasti Nadira akan bermanja-manja ria dengan nya. "Boong dosa loh, trus juga kalo kata nenekku dulu kalau boong lidah nya dipotong ama malaikat, mau kamu punya lidah pendek?."

"Enggak lah amit-amit deh, Yaudah iya ngaku aku kangenMakanya cepet pulang dad."

"Iya ini aku mau pulang tapi tunggu selese ini Beberapa berkas lagi,  jadi semangat aku pingin pulang kalau ada yang terang - tegangan gini."

***

Nadira dan Adrian sudah bersiap untuk memasuki kamar bernuansa putih yang berada di balik tembok yang mereka sadari sekarang ketika mereka mendengar nama Nadira di panggil oleh salah seorang perawat wanita di dipen pintu ruangan tersebut.

Ketika mereka sudah mengambil tempat dihadapan dokter dimana seorang pasien biasanya berkonsultasi, Dokter Rina yang  membuka pembicaraan untuk pertemuan kali ini.

"Jadi begini, Adrian, Nadira ini merupakan jadwal check up terakhir kita, karena untuk bulan depan sudah diperkirakan Nadira sudah melahirkan bayi kalian."

Ahh,, satu bulan  yaa, Adrian merupan salah salah satu yang paling tidak sabar menantikan kehadiran si kembar. Bukan hanya tentang penambahan anggota keluarga dalam keluarga kecil yang Adrian bangun bersama Nadira, Tapi ini juga tentang tanggung jawab nya yang akan bertambah dari menjadi seorang suami bagi Nadira dan juga menjadi Ayah untuk dua anak kembarnya nanti. Menjadi pemimpin dalam keluarga menurut Adrian adalah tugas yang tidak dapat di remehkan, karena dalam hidup Adrian ini untuk pertama kalinya ia menjadi pemimpin, ketika masih di bangku sekolah dulu pun jika diminta untuk mencalonkan diri menjadi ketua kelas, akan di tolak mentah-mentah oleh Adrian, Menurut nya mengatur 30 lebih manusia dengan berbagai macam karakter itu sulit terlebih ketika salah satu dari mereka tidak ingin di atur, contohnya saja Adrian sendiri pun tidak mau di atur oleh siapapun. Sudah lah kita jadi membahas ketua kelas, disini tidak ada ketua kelas, yang ada hanya Adrian yang sekarang  menjadi seorang pemimpin dalam keluarganya.

"Lalu bagaimana dengan tempat kelahiran nya?, Apakah kalian sudah menentukan?" Dokter Rina bersuara diantara hening yang tercipta di antara mereka.

Nadira dan Adrian hanya bertatapan satu sama lain, kedua nya belum memikirkan tentang tempat dimana Nadira akan melahirkan, Di Bidan, di Rumah sakit, ataupun di klinik mereka belum memikirkan itu.

Lalu tatapan Adrian beralih pada dokter Rina yang juga sedang menatap mereka "Kami belum menentukan dok, kalau boleh kami meminta saran dari dokter."

"Kalau saya sendiri lebih menyarankan untuk di Rumah sakit saja, karna Nadira ini kan masih dalam usia yang bisa dibilang masih sangat muda untuk melahirkan, dan itu mungkin sangat beresiko dan Nadira akan melahirkan dua anak kan, nah itu mungkin resiko untuk Nadira lebih besar, jadi jika nanti Nadira mengalami sesuatu yang tidak diinginkan dalam proses melahirkan, Nadira bisa langsung diambil tindakan oleh pihak Rumah Sakit."

Yap. Jauh dari dalam hati yang paling dalam Nadira lebih memilih untuk melahirkan anaknya di Rumah Bidan saja, karna selain lebih nyaman menurutnya dan juga tidak terlalu banyak orang yang berada di Rumah Bidan sehingga sunyi karna dulu Nadira pernah menjenguk salah seorang sepupu dari pihak keluarga Ayah nya melahirkan di rumah Bidan, sehingga munculah saat itu kehendak dalam hati Nadira jika ia sudah menikah dan hamil ia akan melahirkan anaknya di Bidan seperti sepupu nya itu. jadi anaknya nanti tidak akan terganggu,  paling tidak hanya dengan orang yang melahirkan bersamaan waktu dengan nya.  Tapi Nadira juga tidak mau menantang apa yang disarankan oleh dokter Rina karna melahirkan di usia muda itu terlalu beresiko, ia pernah mengikuti salah satu seminar di ballroom hotel dekat kantor Adrian beberapa minggu lalu dan jika nanti ia tetap teguh pada keinginan nya untuk melahirkan di Rumah Bidan itu akan menambah problem saja, karna jika nanti ia mengalami hal-hal yang tidak diinginkan nya, Bidan pasti akan juga merujuk ke salah satu rumah sakit, dan itu akan mempersulit keadaan saja.

*****************************************

Kangen kangen kangen ya Allah, mana suara nya buat yang nunggu Adrian 3 bulan lebih. Kalo diitung 3 bulan dari update terakhir mungkin Nadira udah melahirkan yakk. Oke maafin author untuk segala kekosongan atau kehiatusan ini.

Untuk chapther berikutnya kemungkinan si kembar udah lahir ke dunia dan aku sampai saat ini masih berperang dengan pemikiran Nama buat mereka . Kalau kalian ada rekomen buat aku yakk, kembar cowo cewe.

Young ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang