Hujan,
Mengapa kau menangis ketika aku sedang bahagia?
Apa benar kau mengingatkanku tentang luka?
Kalau memang benar, tak usah khawatir.
bahagiaku ini hanya bersifat sementara.Hujan,
Mengapa tiba-tiba kau berhenti berjatuhan?
Apa benar kau marah padaku?
Kalau memang benar, hentikanlah.
Aku akan tetap menikmati tiap rintikmu yang jatuh.Hujan,
Janganlah segan mengingatkanku lagi.
Mungkin jika kau tak turun, aku akan melupakan luka lama.
Tetaplah setia menemani sepiku.
Agar di tengah sepiku, aku tak merasa kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kajian Perasaan
PoetryKau benar, mulutku memang lemah. Ia tak bisa menyuarakan perasaannya sendiri. Tapi tenang saja, jemariku murah hati. Ia rela menuliskan perasaan yang selama ini tak sanggup disuarakan.