Hidupku Bukan Hidupmu-11

637 36 2
                                    

Terdengar suara desahan angin yang seakan akan membisikkan sesuatu

Buliran-buliran debu yan beterbangan seolah-olah menyatu dengan angin

ingin mengatakan sesuatu

Malam tak terlihat jahat

Bintang berjatuhan bak harapan yang tak mungkin ku miliki

Rembulan yang tenang meratapi kesendirian

Kata demi kata nya tulis sebagai saksi malam ini, "hmm.. percuma ya punya keluarga tapi kayak nggak punya keluarga" kata Ditto sambil menutup buku dairy, tiba- tiba aku datang dari arah belakangnya "Emang keluarga kamu kemana", dia pun menoleh kearahku, aku lalu mendektinya dan duduk disebelahnya "eh... Kamu kagetin aja, kamu kenapa sih selalu muncul tiba-tiba, kamu ngikutin aku ya? Kaya jalangkung aja, datang nggak diundang pulang nggak diantar ,Btw kamu kepo banget tentang keluarga aku?"

"eh, santai dong aku nggak ngikutin kamu, aku juga bukan jalagkung, aku aja nggak tau kalo kamu ada disini! "

"munkin kita Jodoh"

"apaan sih" kata Ditto yang awkward membuat kita geli lalu tertawa.

"kalo kamu nggak mau jawab pertanyaan ku juga nggakpapa kok, aku nggak rugi!" Kataku, padahal aku sebenarnya sangat kepo akan apapun perihalnya.

"Omongan kamu bilang kalau kamu nggak mau tau, tapi cara ngomong kamu itu bilang kalau kamu sebenernya kepo kan?"

Skak

'bener banget' batinku

"Mama papa jadi pisah, aku udah cukup ngerti masalah ini, tapi bagaimana sama adekku." Raut muka kesal membaluti pikiranya "kenapa harus aku dan adekku yang harus mengalami ini semua, emangnya aku dan adekku salah apa coba" lanjutnya "orang tuaku itu egois, mereka hanya mikirin diri mereka tanpa mereka mikirin kami anaknya. Seharusnya dulu kalau sudah komitmen punya anak, membina rumah tangga, ngapain harus pisah, untuk apa yang dulu-dulu bisa kejadian. Sama sekali tidak masuk akal, dua insan yang dulunya mengaku saling mencintai, ternyata sekarang mereka sadar kalau yang mereka ucapkan itu bohong," ucapnya sambil mengeluarkan air mata. Jujur aku baru pertama kali lihat Ditto menangis.

"Kamu boleh pinjem bahuku, " dia lalu menatapku dan perlahan menaruh kepalanya di bahuku

"Semua orang itu udah ditentukan takdirnya sama Tuhan, dan mungkin ini yang terbaik buat kamu, ini salah satu jalan dihidupmu, Tuhan sedang memberikan challenge hidupNya untukmu, tinggal bagaimana kamu menyikapinya. Anggap aja ini bumbu kehidupan supaya hidup kamu itu ada rasanya, ada susah, sedih, bahagia, cemas. Kamu harus bisa terima, mungkin ini jalan yang terbaik untuk Mama Papa kamu"

**

Setelah kejadian semalam aku dan Dito jadi deket. Sampai akhirnya Dito ngajak Aku, Icik, Aca dan Fino (best friendnya Dito) untuk main kerumanya. Dirumah Dito kita berencana bermalam disana, karena besok libur dan kebetulan Dito dirumah Cuma berdua dengan adekknya karena Mama papanya sedang sibuk dengan urusanya sendiri.

Aku, Icik dan Aca yang sudah sampai didepan rumah Ditto lalu mengetuk pintu rumahnya. Jujur aku sangat gugup, karena ini pertama kalinya aku bermain bersama sahabatku kerumah doi.

Tok tok tok

Tak lama Ditto membukakan pintu rumahnya untuk kita. Setelah Ditto mempersilahkan masuk, disana sudah ada sahabat Ditto, ya itu Fino. Aku sudah tau karena ia sudah chat aku sebelumnya.

"Hai," Sapa Aca dengan senyum manisnya sambil mengulurkan tangannya kepada Fino.

"Hai," jawab Fino

Kami bertiga berkenalan dengan sahabat Ditto yang bernama Fino itu.
Setelah kami berkenalan suasana ruang keluarga Ditto sunyi.

"Adek kamu namanya siapa to?" ujar Fino mengawali percakapan

"Tanya aja sendiri" jawab dito sambil sibuk dengan ponselnya.

"sok sibuk , punya pacar juga enggak" ledek Fino "Namanya siapa dek?" ucap Fino sambil mengulurkan tangannya

"Michel Angelina kak, panggil aja Michel"

" Waaa lucu bangettt siii namanya, utututuu," sahut Icik dengan agak lebay.

"eh enaknya kita ngapain ya?" Sahut Aca

"Gimana kalau kita bakar ayam aja" saranku ketika melihat ikan yang Ada di kulkas Ditto karena disuruh untuk membuat jus buah.

"setuju" jawab mereka serempak

"Mantap, kebetulan aku juga laper ni," kata Fino sangat bahagia.

Kita lalu menuju ke belakang rumahnya Ditto dan ada pula yang menyiapkan bahan bahan nya, Fino dan Dito bertugas membuat api unggun dan untuk perempuan bertugas untuk memasak

"Ca tolong ambilin kecap dong didapur." Perintah Icik

" Biar aku aja." selaku

"oke siap," sahut Aca

Aku berjalan menuju dapur untuk mengambil kecap di sela-sela aku berjalan, aku melihat dinding-dinding banyak sekali foto keluarga Dito. Tanpa sadar aku lalu memandanginya satu-persatu, disana juga ada foto Dito waktu dia kecil lucu banget pas kecil udah ganteng pantesan pas gedenya tambah ganteng aja. Tapi aku lebih terpanah pada salah satu fotonya yaitu foto keluarga yang terlihat sangat bahagia sekali, aku mengambil foto itu dan mengamatinya.

"ngapain kamu disini," ucap Dito sontak mengagetkanku

"eh kamu, tadi aku mau ngambil kecap , trus kebetulan lihat foto ini."

"Balikin foto itu ketempatnya!"

"ih sensi banget sih," lanjutku " ini foto kapan?"

"Itu foto nya dibuat waktu aku duduk dibangku SD kelas 6, aku rindu banget masa itu." Ucapnya sambil mengambil foto keluarganya tadi

"lha itu orang tua kamu keliatan rukun-rukun aja tu"

"Mama papa mulai berantem pada saat aku duduk di bangku SMP, Coba aja waktu bisa terulang kembali"

Aku butuh banget saran sama vote kalian biar kedepanya lebih baik
Terimakasih:) untuk pembaca setia Hidupku Bukan Hidupmu

Hidupku Bukan HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang