Hidupku Bukan Hidupmu-14

692 36 6
                                    

"Yess, akhirnya selesai juga dekor basecamp kita ini," kata Aca sembari menghela nafasnya.

"Iya, bagus juga kalau ditata seperti Korean room gini," sambung Fino

"Ide siapa dulu," Ucap Aca.

"Gimana pun bentuknya yang terpenting itu nyaman," ucapku menengahi

Entah kenapa Icik tertawa lalu berkata "Curhat buk?"

"Apa sih, nggak maksud curhat juga," ucapku sambil duduk dan mengambil majalah yang ada di meja.

Saat kami sedang istirahat setelah membersihkan ruangan ini.

"Tapi nggak enak nih kalau nggak ada cemilan. Leen, kamu sama Dito beli cemilan sana," perintah Icik

"Ih bener banget tu sayang, kamu bener banget deh, aa' kebetulan laper capek juga habis bersih bersih semua ini, kamu perhatian banget deh sayang" kembalilah Raihan dengan kata kata jijik nya itu berlaga sok manja kepada Icik.

"Apa Cik? Harus kita ya?"keluhku

"Iya Cik masa kita," sambung Dito

"Itu biar kalian itu nggak berantem lagi, biar lebih akrab," jawab Icik

"Bener banget itu, telingaku suka berapi kalo dengerin kalian berantem," ledek Fino

"Apaan sih, pada lebay. Nggak segitunya kali," bantahku ilfil

" Kita kan mau jadi sahabat, jadi kita itu harus saling ngerti dan saling sayang." Ujar Aca sambil mendorongku dan Dito keluar dari base camp. Pernyataan Aca membuat terkejut perihal sahabat harus saling sayang. Terkejut sekaligus takut karena dari rasa benci menjadi sayang dan akhirnya memutuskan untuk saling cinta itu sangat mungkin sekali. Tetapi aku tak ingin berharap banyak perihal rasaku kepada Dito, karena berharap terlalu tinggi kepada manusia itu ujung-ujungnya terlalu tinggi rasa sakitnya.

"Yaudah aku sama dia beli cemilan dulu." kata Dito yang sedang berjalan menuju motornya.

"Jangan lupa sama minum Dit nanti seret," Ujar Raihan

"Oke bro" teriaknya yang sudah menaiki motornya

"Hati-hati ya kalian!" teriak Aca dari dalam saat aku sudah menaiki motor.

"Siap" kita menjawab nya secara bersamaan

"Ini pakai helm dulu," pinta Dito yang menyodorkan helm cadangannya kepadaku.

"Iya bawel." Jawabku singkat

"Pegangan!"

"NGGAK!"

"Pegangan!"

"NGGAK AKAN!"

Seketika Dito meraih tanganku dan melingkarkannya di perutnya.

"Sudah jangan bergerak atau aku jatuhin," pinta Dito dengan amat paksaan. Aku yang duduk dibelakanya hanya bisa terdiam dan diam-diam tersenyum kegirangan, pipiku mulai memerah, seluruh badanku bergetar, jantungku berdebar dan saat itu aku mendengar alunan gitar romantis yang sedang terngiang dikepalaku.
'Sadar Leen ini hanya sesaat' batinku yang berusaha menguatkan mentalku sendiri.

Sesampainya kami di minimarket dekat base camp, kami lalu membeli beberapa snack beserta minumannya, setelah selesai membeli, kami langsung menuju ke parkiran dimana motor Dito diparkirkan, disaat Dito menyuruhku untuk menaiki motornya, aku melihat anak kecil yang akan tertabrak motor. Tanpa pikir panjang aku langsung pergi untuk menyelamatkan anak kecil itu

"Aileen kamu mau kemana?" teriak Dito saat melihatku lari tiba-tiba.

"Sebentar," jawabku

Beberapa detik kemudian

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidupku Bukan HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang