Rafif segera dilarikan ke ruang IGD untuk ditindaklanjuti,
"Siapkan ruang IGD!" Teriak seorang Dokter kepada salah satu suster.
Dara membantu mendorong ranjang yang ditempati Rafif dengan air mata yang masih terus mengalir.
Setelah sampai di ruang IGD, dokter berusaha membangunkan Rafif terlebih dahulu. Dara yang melihat Rafif terbaring lemah dari balik pintu kaca itu pun merasa takut. Takut karna ia disini sendirian, dan takut untuk mendengar hasil pemeriksaan dari dokter.
Seorang dokter keluar dari ruang IGD, di nametag tertulis bahwa dokter ini bernama dr. Valent.
"Keadaan pasien sudah mulai membaik, detak jantungnya sudah mulai kembali normal untuk sementara waktu. Kita tinggal tunggu pasien bangun dari koma saja" Jelas dr. Valent
"Allhamdulillah syukurlah, terimakasih dok, lalu setelah itu apa yang terjadi?"
"Setelah kami cek, kemungkinan Rafif mengalami cedera patah tulang lengan dan retak pada bagian pelipis. Maka dari itu, setelah bangun, kami akan melakukan operasi untuk memastikan organ organ lainnya. Jadi dimohon untuk wali dari pasien untuk menemani dan menyemangati pasien saat operasi berlangsung" Jelas dr. Valen.
Dara mana ngerti urusan beginian.
"Jangankan nemenin operasi, ngeliat lu kayak gini aja gue udah kejer. Gue gak sanggup Pip ngeliat lo dioperasi..hiks" Batin Dara menangis dalam hati. Jujur ia memang tidak kuat untuk menemani Rafif selama operasi.
"Saya tunggu di ruang tunggu bawah aja gapapa kan dok?"
"Saya ngerti gimana rasanya diposisi anda, tetapi seenggaknya jangan terus menerus menangis, karna itu tidak akan menghasilkan apapun. Lebih baik anda menyemangatinya dengan memberikan doa." Saran dr. Valen saat ini sangatlah berguna bagi Dara untuk menyemangati dirinya supaya dapat menyemangati Rafif.
"Baiklah dok, boleh saya masuk?"
*****
Dara duduk disamping ranjang Rafuf sambil menggenggam tangan Rafif.
Tidak lama kemudian Rafif menggerakkan jarinya, Dara tersentak dengan sesegera ia menghapus air matanya.
"Pip lo bangun? AAArgh lo nakutin gue aja tau ngga! Hiks hiks.. sebel gue sama lu," Teriak Dara sambil menangis tak lupa masih digenggam erat tangan kanan Rafif.
Rafif hanya tersenyum simpul.
"Gue benci lo! Lo udah bikin gue panik setengah mampus tau gak?!" Ucap Dara lagi sambil mengalihkan hadapannya berlawanan dengan Rafif
Tak lama, Dara membalikkan tubuhnya kembali menghadap Rafif. "Aaakkhh Apiiip gue kangen lo..." Ucap Dara sambil memeluk Rafif
Dara melepaskan pelukannya, "Gara gara lo gue hampir gila!!"
"Udah Pip, gak usah nemenin gue, gue bisa sendiri buat jaga lo" Ucap Dara lagi dengan muka emosi sambil memukul pelan bahu Rafif.Hening.
"Udah marahnya?" Ucap Rafif pelan sambil tersenyum
"Aaakhh kok lu gini sih?! Di keadaan kayak gini lo masih bisa senyum? Pokoknya gue marah sama lo"
Rafif menyelipkan anak anak rambut Dara ke belakang telinga, "lo ngapain nangis?" Ucap Rafif mengganti topik.
"Gue? Nangis? Idih ogah banget gue nangisin lo"
"Hm? Yakin gak nangis? Dar, lo bukan pembohong yang handal" Ucap Rafif sambil menekan hidung Dara menggunakan telunjuknya
"Terus? Lo nyuruh gue buat jadi handal dalam berbohong?"
"Ya gak gitu juga. Intinya lo gabakalan bisa bohong didepan gue" Rafif menarik kedua pipi Dara gemas.
"Awh" Pekik Rafif saat ingin bangun dari tidurnya sambil memegangi lengannya.
"Iihh lo diem aja tiduran,"
"Tapi gue pengen duduk liat lo nya"
"Kalo dibilangin tambeng banget,"
"Ohya kata dokter gue kenapa?"
"Tulang lengan lo sedikit kegeser sama retak di tulang pelipis. Makanya jangan banyak gerak" Ancam Dara
"Butuh dioperasi?"
"Hm" Dara memalingkan wajahnya,
"Lo temenin gue kan? Lo semangatin gue didepan ruang operasi kan?" Pinta Rafif dengan raut muka yang senang
Jleb. Dara mati kutu dengan permintaan Rafif. Mau nolak, tapi gaenak. Yatuhaannn...
Dara tersenyum simpul.
*****
Operasi sudah berjalan kurang lebih 20 menit dari 45 menit. Dara sendiri menunggu didepan ruang operasi dengan gelisah.
"Ya Allah lupa ngabarin tante Rina" Batin Dara. Dengan sesegera ia menelpon tante Rina.
Tidak lebih dari 10 menit, Rina datang sendirian.
"Masih didalem?" Tanya Rina dengan sedikit cemas.
Lah kok ini cemasnya dikit?
Karna sedikit cemas banyak rindunya~
'"Masih tan" Dara mempersilahkan Rina duduk disampingnya "tan, maafin aku, aku gak bisa jagain rafif" Ucap Dara sambil berhadapan dengan Rina
"Ini bukan salah kamu kok, emang si Rafif nya aja ini yang gaya gayaan kebut kebutan. Udaah yang penting sekarang kita doain aja semoga semuanya lancar" Ucap Rina menenangkan Dara
"Iya amin makasih tan, aku jadi makin tenang"
"Kamu dari tadi kan disini? Udah hubungin mamah kamu?"
"Tadi udah aku wa kok tan, katanya salam juga buat tante sama Rafif. Nanti malem mamah kesini"
Pintu ruang operasi terbuka, keluar dokter Valen dengan muka datar. beserta beberapa assisten nya.
"Bagaimana dok keadaan anak saya?"
*****
Tbc
A/N
Gantung ni wkwkkw
![](https://img.wattpad.com/cover/94081262-288-k207890.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Darafif
Roman pour AdolescentsRafif. Aneh, Bad Boy, tapi kayak ayam yang kalo dimajuin Dara selalu ciut. "Dihina tak tumbang, dipuji pun tak terbang" -itu sih prinsip gue, Rafif. ©2016 Tidak menggunakan EYD