24

2.9K 185 3
                                    


Rafif POV

"Iya anjir haha ngakak gue liat si tejo ikutan kesini" Ucap Devan ketika keluar dari gedung club bersama dengan Bianca.

"By the way makasih loh Bi, lo udah ngajak kita kesini. Gue gak nyesel" Ucap Rafif sambil merangkul Bianca diikuti dengan Devan

"Yaelah sans aje sih, yakin nih Dara gak bakal marah kalo gue ngajak kalian kesini?" Tanya Bianca

"Kayaknya sih bakalan enggak kalo dia udah tau semuanya" Kata Rafif enteng.

"Lah itu Dara?" Tanya Devan sambil menunjuk ke arah seorang gadis berdiri tidak jauh dari posisi mereka dengan menggunakan cardigan, celana tidur, rambut yang dicepol asal dan handphone digenggamannya.

"Dara?" Panggil Rafif untuk memastikan. Yang dipanggil malah berlari menjauh, dengan cepat Rafif ingin mengejarnya tetapi ditahan oleh Bianca.

"Biarin dia sendiri dulu, gue cewek. Gue tau perasaannya. Dia pasti salah paham. Mending lo berdua ikutin aja pelan pelan dari belakang, jangan sampe katauan" Saran Bianca

"Gitu ya? Terus lu gimana?" Rafif memang belum mengerti main cinta cintaan.

"Gue mah gampang balik sendiri, udah itu lo berdua buruan kejar. Tau sendiri kan Dara anaknya ceroboh" Suruh Bianca lagi sambil menepuk pundak Rafif. "Gue cabut. Goodluck"

Tanpa berpikir panjang, Rafif dan Devan mengintili Dara.

"Tadi lewat sini bukan si?" Tanya Rafif

"Iya deh keknya, coba tanya sama orang orang disana aja siapa tau mereka liat" Saran Devan sambil berjalan ke arah gerumbulan orang orang.

"Ada apaansi tengah malem gini rame rame" Batin Rafif.

Setelah sampai di tengah tengah mereka, Rafif bertanya. "Misi pak, liat cewek jalan lewat sini gak? Orangnya tingginya sebahu saya, pake cardigan sama celana tidur terus rambutnya dicepol gitu. Masih SMA" Interupsi Rafif

"Sama dia megang handphone gitu" Sambung Devan.

Bapak tersebut tampak berpikir dahulu, "Gak ada sih kayaknya anak SMA yang lewat disini setelah ada kecelakaan tabrak lari disini. Ya terakhir lewat cuma si neng ini" Ucap bapak tetsebut sambil menyodorkan handphone dengan lockscreen foto Rafif sedang berdiri diatas meja sekolah.

"Oohh gak ada ya pak, yaudah deh makasih pak" Ucap Rafif lalu mengajak Devan pergi, "Yuk ah Dev, kita ntar keburu kehilangan jejak"

Yang diajak hanya diam mematung.

"Pak, pak, bisa saya liat sekali lagi handphone nya?" Tanya Devan tiba tiba. Rafif hanya menyerngit bingung, menurutnya Devan ngapain melihat wallpaper handphone orang. Membuang waktu saja. Mending lanjut nyari Dara.

Bapak tersebut memberikan handphoe itu pada Devan. Membiarkan pemuda tersebut memegang handphone itu.

"Pip kode hp Dara berapa" Tanya Devan sambil men-slide lockscreen.

"Ah ngapain nanya yang gak penting sih sekarang? Enam sembilan enam sembilan"

Devan mencoba membuka kode tersebut sesuai yang disebutkan Rafif.

Damn! Kebuka!.

"Dih kok bisa? Kek nya lu cocok jadi peramal" Kata Rafif asal, pasalnya Rafif masih belum mengerti maksud dari tindakan Devan sedari tadi.

Devan kaget kan maen. "PIP ITU DARA" Teriak Devan

"Mana Dara?"

"PIP LO BISA MIKIR GAK SIH?! ITU DARA YANG KECELAKAAN!!" Devan memberikan handphone Dara ke Rafif. "Pak maaf korbannya dilarikan kerumah sakit mana?" Tanya Devan.

"Rumah sakit Husada dek, kalian kenal?" Bingung Bapak tadi.

"Iya cewek itu yang lagi kami cari. Makasih banyak yah pak" Cemas Devan.

Loh loh kok ini yang cemas malah Devan?

Rafif kok sedikit cemasnya?.

Karna sedikit cemas banyak rindunya~ .2

Rafif sedari tadi mematung sambil menatap layar handphone yang dipegangnya.

"Pip ayo buruan ke Husada!" Ajak Devan sambil mencari kontak nomor supir taksi.

Author POV

"VAN? DARA KECELAKAAN VAN!! AYO CEPETAN" Teriak Rafif.

Dari tadi woi.

Baru nyambung ni anak.

*****

Kini mereka berdua sedang menunggu Dara di depan pintu operasi. Ketika sampai di rumah sakit, Rafif langsung bertanya kepada semua suster maupun pengunjung lain apakah melihat seorang pasien yang baru masuk akibat kecelakaan.

Setelah diberi tahu oleh salah seorang nenek bahwa pasien tersebut dilarikan ke ruang operasi, Rafif dan Devan secepat kilat menuju ruang operasi tersebut.

"Lo balik aja Van, ntar nyokap bokap lo nyariin. Gue bisa sendiri. Nanti pagi tolong kabarin nyokap bokapnya Dara yah? Hp gue low" Ucap Rafif frustasi.

Untuk keadaan seperti ini, yang bisa Devan lakukan hanya mengangguk pasrah.

Dan untuk kedua kalinya, juga Rafif dan Dara berjuang di ruang operasi.

"Dan lihat, siapa yang kali ini ninggalin gue Dar?" Gumam Rafif sambil tersenyum.

Entah apa yang dilakukan para dokter didalam, mengapa lama sekali? Akhirnya Rafif memilih untuk tidur di ruang tunggu operasi. Sendirian. Sepi. Hening. Mungkin ini yang dulu Dara rasakan saat menunggu Rafif selesai operasi.

Karna sepi, Rafif memberanikan diri untuk menangis sekuat kuatnya.

Tangisan untuk Dara.

Kekasihnya.

"Gue tau lo kuat Dar, gue disini nungguin lo. Coba aja gue gak keluyuran malem tadi. Lo gak bakalan gegabah buat dateng tengah malem ke club. Lo salah paham. Gue rindu lo Dara yang gegabah. Dara yang ceroboh."

*****

A/N

bentar lagi tamat.



Darafif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang