15.

689 66 1
                                    

Ezra's POV

Gue gak pernah tahu masalah apa yang lagi dihadapi Widi dan Jon. Tapi ngeliat dari keadaan mereka yang saling diam selama hampir satu bulan, gue yakin masalah mereka lumayan berat.

Gak ada yang cerita apapun sama gue. Bahkan Widi pun cuma diam, walau gue tahu batin dan pikirannya sama-sama capek. Semua bisa kelihatan dari wajahnya yang suram. Wajah Widi yang biasanya cerah dan ceria sekarang sudah hilang. Matanya yang imut dan selalu berbinar kini seolah mati, tatapannya sering kosong. Kadang gue bingung, ke mana sih perginya bintang-bintang di matanya yang dulu gue kagumi.

Dan tiba-tiba gue ngerasa ketakutan.

Mereka gak cerita masalahnya ke gue.

Apa mungkin karena gue yang jadi sumber masalah mereka?

Apa mungkin Jon tahu kalau gue pernah mencium Widi?

Kok gue jadi ngeri sendiri, ya?

Gue khawatir dengan kondisi Widi di kamar seberang. Jon bukan orang yang bisa ditebak isi pikirannya. Dia memang lembut, tapi ...

*****

"Kamu gak jelasin apa-apa ke aku selama sebulan ini."

Jon melirik sebentar pada Widi yang wajahnya sangat sedih.

"Kalau cuma masalah Arin, aku pun gak bisa berbuat apa-apa. Kan kamu tahu dia datang tiba-tiba."

Pria itu tak memberi balasan. Ia sibuk mengetik pekerjaan dalam laptop di pangkuannya.

"Jon, please," kata Widi hampir menangis sambil memegang tangan pria itu. Kali ini Jon menoleh dan tersenyum tipis.

"Tidur sana. Sudah malam." Jon merapikan poni Widi yang menghalangi matanya. "Pekerjaanku banyak. Aku butuh konsentrasi."

"Tau gak, tidur sama kamu itu seperti tidur sama es balok. Dingin!" ujar Widi, ia menyeka matanya yang basah dan turun dari kasur. "Mending aku tidur di sofa!"

Si kecil Widi pun segera menuju pintu kamar. Baru saja kenop pintu ia pegang, Jon sudah berkata, "Jangan pergi."

Tapi Widi malah membuka pintu dan segera keluar. Jon meletakkan laptopnya, kemudian menyusul Widi keluar. Di ruang tamu mereka bertengkar lagi, Jon menarik lengan Widi agar ikut dia masuk ke kamar, tetapi cowok itu memberontak.

"Jon! Sakit!"

"Ayo masuk!"

"Gak mau!"

"Ayo!" Jon terus memaksanya.

"Nggak!" Widi memekik, ia melepaskan diri dari Jon dan langsung melayangkan tinjunya ke wajah Jon, membuat pria itu sedikit hilang keseimbangan. Jantung Widi berdetak cepat, ia sungguh tak sengaja melakukannya. "Jon, sorry..."

Hidung Jon mengeluarkan darah. Dadanya bergemuruh, amarah yang ia tahan selama ini mencapai puncaknya. Matanya yang kebiruan terlihat lebih gelap dan menatap tajam ke arah Widi seperti serigala siap menyerang mangsanya. Jon mendorong Widi dengan kasar sampai terjatuh, kepalanya membentur sandaran sofa. Seolah mendapat kesempatan Jon langsung memukuli Widi. Ezra yang mendengar keributan segera keluar kamar dan terkejut melihat Widi dan Jon yang sedang bergulat.

"Jon! Stop!" teriak Ezra sambil menarik bagian belakang kaos Jon agar pria itu menyingkir dari Widi yang sudah meringkuk dan mengerang kesakitan. Ezra berdiri di depan Jon dan ia menunjuk Widi, "Look at him, Jon! Who is he?!".

Nafas Jon masih terengah-engah. Amarahnya mulai mereda, sekarang rasa bersalahnya yang muncul. Widi terlihat kesakitan.

"I'm sorry," ucap Jon lirih. Matanya mendadak layu. "Widi, I really didn't mean to hurt you." ia mencoba mendekati Widi tetapi dihalangi oleh Ezra. "Ezra, please."

His Love 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang