21.

610 54 12
                                    

Ezra tahu Widi marah padanya. Sejak di rumah cowok manis itu mendiamkan dirinya. Mereka tak bicara sama sekali. Hal ini membuatnya gelisah, bagaimana kalau Widi meninggalkan dirinya?

Dia memang bersalah dan sangat menyadarinya. Ezra mulai menyusun rencana untuk minta maaf pada Widi. Hari ini dia akan memburu Widi di kampus.

Awalnya ia berpikir memburu Widi itu mudah, ternyata sangat susah. Cowok kecil itu selalu mampu menghindari Ezra. Gerakannya begitu cepat dan ia mampu bersembunyi dengan baik.

"Lama-lama kayak Tom and Jerry nih," keluh Ezra sambil memegang lututnya yang sakit. Tadi dia mengejar Widi dan kehilangan jejak.

Ketika di kantin ia curhat dengan Tommy dan Ivan, kedua cowok ini dengan kompak menyebutnya bego.

"Lo bego sih!"

Ezra semakin membenamkan wajahnya di antara halaman buku. Bukan ini yang ingin dia dengar.

"Lo gak bisa bujuk dia buat temui gue Tom?"

"Kan lo satu rumah sama dia."

"Dia ngerem bae di kamar. Menghindar. Waktu makan pun begitu."

"Wajar sih. Kalau gue jadi dia, gue juga ngamuk diperlakukan begitu." Tommy menggaruk sisi wajahnya. Ia menatap Ezra yang tampak menyesal.

"Mungkin lo harus menjauh dari hidupnya, Zra," saran Ivan. Ezra langsung mengangkat wajahnya.

"Gue gak bisa. Gue suka sama dia."

"Lo jangan masuk ke hubungan orang lain, Zra. Gue kasian sama lo." Kali ini Ivan terdengar tulus. "Kejar si Arin lagi. Atau cari orang lain."

Kalimat terakhir Ivan terngiang di kepalanya. Hatinya terasa sakit disuruh berbuat demikian. Duh Widi kenapa sih setelah semua hal romantis itu kamu masih gak mau sama Ezra? Begitu pikirnya. Tiba-tiba setetes air keluar dari sudut mata Ezra.

"Lha mewek!" seru Tommy panik.

"Ya Allah, Ezra! Kenapa lo jadi baper begini?"

Dan tetesan itu makin deras. Tommy dan Ivan terlihat makin panik.

"Buset dah! Ezra! Woy ini kampus!" Ivan tak tahu harus bagaimana, jarang sekali ia melihat Ezra begitu. "Ndul, isin..."

Ivan memberikan tisu makan untuk mengelap air mata Ezra tapi langsung ditepis.

"Mbuh," sahutnya sedih. Ia hapus air matanya sendiri. Kedua temannya tak pernah menyangka Ezra akan menangis demi seorang cowok.

Di perpustakaan Widi sengaja bersembunyi dari Ezra. Ia sibuk membaca buku di pojok perpustakaan. Dia juga lelah dikejar Ezra seharian. Tapi ia masih benci dengan kelakuan Ezra padanya, menghindar jauh lebih baik.

Widi semakin tidak konsentrasi pada bukunya ketika ia menyadari saat menghindari Ezra, perasaannya sama seperti saat ia menghindari Jon. Ia ingin dikejar. Kalau Jon sudah tahu saat Widi menghindarinya, ia harus segera mengejar cowok itu lebih keras, dan membujuknya untuk duduk bersama.

Tapi kalau Ezra...

Entahlah.

"Widi..."

Cowok itu menelengkan kepalanya ke asal suara, ia langsung menelan ludah.

Predator yang lain. - Widi

"Hai Arin..."

"Boleh duduk di sini?" Tanpa menunggu jawaban, cewek itu langsung duduk. "Kamu baca apa--"

"Aduh sorry, Arin."  Wajah Widi berubah cemas dan ia rapikan bukunya. "Widi pengen kencing banget. Duluan ya. Bye."

"Ta-tapi..."

His Love 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang