25.

608 48 14
                                    

Sepulang dari bandara, Widi tak bisa tidur walaupun ia sangat lelah. Aroma tubuh Jon yang masih melekat di kamar membuatnya selalu menantikan pria itu masuk melalui pintunya.

Ia masih menggalau sampai menjelang Subuh. Dan di saat inilah setan sedang semangat menyuruhnya untuk tidur.

"Sembahyang dulu, Widi," ucapnya pada diri sendiri. Ia segera bangun dan menuju kamar mandi, telat sedikit saja pasti sudah rebutan dengan Ezra. Tapi ia tak melihat tanda-tanda Ezra di sana.

Selesai membersihkan diri, ia mengganti bajunya dengan sarung, peci dan baju koko dan langsung pergi ke masjid komplek.

Ezra yang sudah duduk di shaf belakang terkejut melihat Widi ada di sana. Tidak biasanya Widi pergi ke masjid untuk shalat berjamaah.

"Tumben," kata Ezra nyengir. "Biasanya kayak perempuan sholehah tiap shalat fardhu di rumah."

"Sekali-kali ikut shalat berjamaah gak apa-apa, kan?" tanya Widi sambil membetulkan pecinya.

Keduanya pun dengan khidmat mendengarkan adzan yang dilantunkan oleh sang muadzin.

*****

Langit masih biru gelap saat Widi dan Ezra pulang. Keduanya berjalan bersebelahan namun tak saling bicara. Ezra menduga Widi masih kesal dengan ulahnya, sebenarnya bukan itu. Widi hanya sedang merasa hampa.

"Mau langsung pulang?"

Widi mengangguk.

"Sarapan dulu, yuk. Keluar komplek. Ada warung jual lontong sayur sama nasi uduk yang enak di dekat portal."

Perut Widi memang mulai agak perih karena lapar. Tapi rasanya ia harus ganti baju sebelum pergi ke sana. "Ganti baju dulu."

"Gak usah. Yuk ah." Ezra memimpin jalan di depan Widi.

Warung itu sangat sederhana. Cuma warung tenda beratap terpal plastik dengan bangku-bangku panjang yang bisa muat enam orang. Ezra memesan dua porsi lontong sayur lengkap. Dan setelah pesanan di dapat, mereka makan bersama.

Melihat Widi makan begitu lahap membuat Ezra tidak fokus pada makanannya. Ia senang melihat Widi makan banyak, dan berharap kalau cowok manis itu bisa sedikit lebih gemuk. Pastinya nanti lebih mantap kalau dipeluk.

"Ngapain liatin aku makan?" tanya Widi yang mendadak risih dengan sikap Ezra.

"Senang aja. Kamu kan jarang makan selahap itu."

"Oh..."

"O bunder," celetuk Ezra. Widi tersenyum. "Kantong mata kamu gede, Wid. Belum tidur?"

"Gak bisa tidur. Baunya Jon kentara banget di kamar."

"Di kamar gue mau?" tawar Ezra setengah berbisik. Widi langsung hilang selera makan, ia mendorong piring makanannya menjauh dan segera meminum teh manis hangat miliknya. Wajahnya cemberut. Menyadari itu Ezra langsung menyela. "Cuma penawaran aja kok."

"Ya." Widi mengangguk mengerti atau pura-pura mengerti. Ia segera bangkit dari duduknya. "Ini kamu yang bayar kan? Nanti uangnya aku ganti di rumah."

"Ini masih setengah mau ditinggal? Sayang lho. Jangan buang-buang makanan."

"Aku hilang selera."

Setelah berkata begitu, cowok manis itu langsung pergi. Tuh kan! Widi ngambek! Rasanya Ezra ingin menghantamkan kepalanya ke meja. Dia heran kenapa dia gak bisa basa-basi sok perhatian dengan kondisi Widi, malah langsung tembak.

*****

Masih pukul sepuluh pagi dan hari ini si Unyil belum tidur juga. Dia menyerah dan akhirnya memilih tiduran sambil nonton TV di ruang tamu. Sebuah bantal mengganjal kepalanya, segelas es susu cokelat dan banyak cemilan tersedia di atas meja. Kurang asoy apa?

His Love 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang