46.

627 66 39
                                    

Widi pindah ke Hyde Park saat akhir pekan dan dia diantar oleh Jon. Selama perjalanan suasana hati Jon semakin tak tenang saat mengetahui kalau Widi telah bertemu dengan Vladimir. Sosok Vladimir yang flamboyan tentu saja memiliki seribu cara untuk menarik perhatian Widi. Apalagi Widi yang kekanak-kanakan sangat mudah untuk direbut perhatiannya.

Tak terbayang kalau mereka berdua diam-diam bertemu di belakangnya.

"Jon mau cokelat?" tanya Widi sambil menyodorkan sebatang cokelat yang baru dia buka. Namun Jon tak menjawab. "Jon..."

"Tidak."

"Kamu kenapa?"

"Tak apa-apa."

Kalau Jon sedang dalam mode misterius, susah bagi Widi mengorek informasi darinya. Akhirnya Widi duduk diam saja di kursi penumpang. Menikmati perjalanan baru dalam hidupnya.

Seharian ini Jon membantu Widi di apartemen barunya. Menata barang, bersih-bersih, Jon juga mengajarkan cara bepergian memakai kendaraan umum.

Malam menjelang. Jon bersikeras menginap di tempat Widi.

"Nanti Ally sendirian lho."

"Jangan pikirkan dia!" Jon melipat kedua tangannya di depan dada. Ia mengambil kaos putih dan pakaian dalam kemudian masuk ke kamar mandi.

"Aku yang masak, ya," kata Widi sambil menyisir rambutnya. Setelah itu ia menuju dapur untuk memasak makan malam. Sebuah sajian ayam dan nasi yang baru pertama kali ia coba resepnya. Sambil memasak Widi berpikir kalau Jon mulai overprotektif padanya. Tidak menyenangkan sama sekali.

Kalau dia cinta padaku, kenapa kita gak balikan aja sih? - Widi

Woy! Pendek! Semua itu kan salahmu juga, siapa suruh menghancurkan perasaan Jon yang selembut tahu Jepang?

Masakan Widi sudah matang saat Jon keluar dari kamarnya. Pria itu terlihat sangat sederhana. Sebuah kaos putih polos dan celana pendek melekat di tubuhnya. Celananya itu memamerkan kakinya yang kokoh. Widi sampai harus menyingkirkan banyak pikiran kotor dari kepalanya. Mereka makan malam dalam diam. Tak ada yang bicara sampai waktu makan selesai.

Jon duduk memangku laptopnya. Sama seperti dahulu, pria ini sering sibuk di hari Sabtu. Biasanya Widi akan merengek supaya Jon menurunkan laptopnya dan membiarkan dirinya yang duduk di pangkuannya. Bahkan laptop pun tak boleh lama-lama mencuri perhatian Jon. Sekarang sih lain. Widi sudah tak bisa meminta hal itu walaupun ia menginginkannya.

"Jon... Aku tidur duluan, ya." Widi mengusap matanya. Ia berjalan menuju kamarnya. Kasurnya lumayan besar, bisa untuk tidur dua orang. Widi yakin Jon takkan membiarkan Widi berbagi kasur dengan orang lain selain dirinya. Hahaha!

Jon baru masuk ke kamar dua jam kemudian. Kamar itu temaram dengan sedikit cahaya. Ia lihat Widi tengah tertidur. Senyumnya terkembang. Ia bergabung di atas kasur dan memeluk Widi dari belakang, ia juga menempelkan wajahnya di tengkuk Widi. Menghirup aroma yang selama ini menenangkan dirinya. Aroma yang paling ia suka. Rasanya kembali pada saat Jon tidur sambil memeluk Widi pertama kali. Saat itu mereka sama-sama ketakutan bila ada yang tahu tentang hubungan mereka, tapi mereka menikmatinya. Apalagi Jon yang terus memandang wajah polos Widi dalam pelukannya.

"It's affection always," bisik Jon mengutip salah satu lirik lagu Affection. "Aku sayang sekali padamu."

Tangannya mencari tangan Widi dan menautkan jemarinya. Perasaan itu muncul lagi. Perasaan memiliki dan tak mau kehilangan. Jon mulai memejamkan matanya, tertidur sambil memeluk lelaki kesayangannya.

*****

Bulan September di Semarang. Dalam gudang Ezra membongkar kardus berisi barang-barangnya sejak tinggal bersama Widi. Ia belum pernah membukanya kembali sampai hari ini.

His Love 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang