24.

576 58 4
                                    

Pada ketukan ketiga pada pintu kamarnya, Ezra akhirnya menyerah. Ia bangkit dari kasur dengan langkah ogah-ogahan.

"Apa?" Ia menggaruk kepalanya. Kesadarannya masih belum pulih.

"Aku mau berpamitan denganmu."

Ezra mengucek matanya, dan barulah dengan jelas ia melihat sosok Jon di hadapan dirinya. Pria itu sudah rapi dan ganteng, lain dengan Ezra yang belum mandi sore.

"Pamit?" Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah lima sore. Pikirannya mulai terbuka. "Oh iya. Sorry. Nyawa gue belum kumpul."

Keduanya tersenyum.

Aku baru tahu kalau lelaki ini siluman kucing bernyawa sembilan. - Jon

"Boleh aku masuk?"

"Hah?" Ezra melotot. Tumben sekali Jon meminta masuk ke kamarnya. Pikirannya mulai ngeres.

Kalau dia minta ena-ena, kayaknya gue gak nolak deh. - Ezra

Ezra menyingkir dari pintu dan membiarkan Jon masuk. Pria itu menarik kursi di meja belajar dan duduk di sana, sementara Ezra duduk senyaman mungkin di atas kasurnya.

Ia perhatikan wajah pria kulit putih itu. Matanya yang tajam berwarna biru, hidung mancung, bibir yang so kissable, garis rahang yang kuat, kulit wajah yang halus tanpa noda... Aaah. Tiba-tiba Ezra asyik sendiri dengan khayalannya bergumul mesra dengan Jon di atas kasur, merasakan bagaimana dominasi pria tampan di hadapannya.

Mata Jon mengerjap berkali-kali saat melihat Ezra tersenyum penuh kepuasan, senyum yang sama saat Widi selesai masturbasi.

"Halo." Jon menggerakkan tangannya di depan wajah Ezra. Cowok berkulit eksotis itu mengerjap berkali-kali, ia terlihat malu. "Kau bawa ke mana pikiranmu?"

"Hm..." Ezra diam. Ia mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian Jon. "Lo ke sini mau ngapain?"

"Aku lihat Widi menangis setelah keluar dari sini. Apa yang terjadi?"

Mata Jon kuat mengintrogasi dirinya. Ah! Jon terlalu laki! Dia jelas bertanya kenapa kekasihnya menangis sedih. Ezra gentar. Ia tahu itu ulahnya lagi.

"Tak ada." Ezra menggeleng.

"Kalian kompak sekali ya. Sampai saat aku bertanya hal yang sama, kalian berdua menjawab tidak ada." Jon menopang dagunya. Ia terlihat sedih dan merasa ada yang tak beres disini. "Apa kalian bertengkar?"

Ezra terpaksa menggeleng lagi.

"Baiklah." Jon pasrah. "Aku harap tak terjadi sesuatu yang buruk pada Widi dan kamu."

Pintu kamar terbuka dan kepala Widi muncul.

"Jon, ayo. Waktunya berangkat," kata Widi. Jon mengangguk padanya dan kembali menatap Ezra.

"Aku pergi dulu, Zra. Jaga dirimu, buddy. See ya." Jon memeluk Ezra dan berbisik. "Tolong jaga si pendek, ya."

Ezra hampir tertawa. Ia tak menyangka Jon akan menyebut Widi dengan si pendek. Setelah itu mereka keluar menuju carport. Widi sudah duduk di kursi pengemudi. Sekali lagi Jon melambaikan tangan pada Ezra sebelum memasuki mobil.

"Hati-hati di jalan, Jon." Teriak Ezra saat mobil itu mulai melaju. Ia segera menutup pagar dan mulai menari tak jelas karena penjaga Widi sudah pergi. Dan semua rencana yang ia susun akan segera dilaksanakan.

*****

Widi diam saja sepanjang perjalanan, ia cemburu dengan Jon yang tiba-tiba menghampiri Ezra di kamarnya. Di tengah kecemburuannya, Jon malah asyik memutar lagu dari ponselnya. Pria tampan itu bersenandung kecil mengikuti lagunya.

His Love 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang