Bel istirahat berbunyi.
Guru Bahasa Indonesia sudah keluar.
Baru saja Pink ingin bangkit dari tempat duduknya menuju kantin, meja Pink sudah menjadi lautan manusia. Lalu terlemparlah ribuan pertanyaan yang sudah sering Pink dengar ketika menjadi murid baru dan Pink selalu menjawab dengan jawaban yang sama.
Rysa yang kala itu melihat Pink sempat kebingungan dan merasa pengap lalu dia mengusir semua temannya untuk tidak lagi memberikan pertanyaan kepada Pink. 15 menit sudah berlalu dengan banyaknya pertanyaan mulai dari 'dari sekolah mana?', 'berasal dari mana?', 'apa yang membuat kamu pindah?', 'sudah punya pacar belum?', dan lain sebagainya.
Rysa bangkit dari tempat duduknya, "kantin yuk!" ucap Rysa kepada dua orang cewek yang duduk di depan Rysa dan Pink.
"Yuk lah!" ucap salah satu cewek cantik berambut cokelat yang sepertinya bukan warna rambut aslinya.
"Mau ikut?" ucap cewek yang duduk bersebelahan dengan cewek berambut cokelat, dengan baju sangat ketat yang sepertinya sengaja dikecilkan yang tadi diajak Rysa dan tiba-tiba sekarang sudah berada di samping Pink, mengajak Pink.
"Boleh" ucap Pink ramah sambil tersenyum.
"Lo sama kita-kita aja temenannya, dan kalau ada apa-apa jangan malu untuk bilang ke kita. Lo tuh anak baru dan lo cantik, cowok-cowok disini nih kebanyakan liat cewek dari tampangnya. Jadi lo tau kan maksud gue? Apalagi kalau sampai cowok yang naksir sama lo itu udah punya pacar disini. Lo ngerti kan?" ucap cewek berambut coklat to the point.
"Hmm... mungkin" ucap Pink sambil mengangkat bahu menandakan antara Pink mengerti atau tidak.
"Ck." cewek berbaju ketat berdecak sebal.
"Sudahlah. Dia terlalu polos. Mungkin dia akan ngerti nanti. Mungkin." ucap Rysa sambil merangkul bahu Pink dengan akrab.
"Ayo. Keburu bel masuk." ucap cewek berbaju ketat sambil berjalan mendahului ketiga cewek.
Pink dan teman-temannya sudah berada di kantin dan memesan makanan serta minuman.
"Oh iya, kita belum kenalan. Nama gue Rain. Itu loh yang di film Magic Hour. BWAHAHA." ucap cewek berambut coklat sambil tertawa ngakak. Namun receh. Disela-sela mereka sedang makan.
Pink tersenyum dan tertawa pelan. Yang sepertinya tertawa maksa karena menurut Pink itu tidak lucu.
"Apasih lo Rain. Receh. Nama gue Talitha." ucap cewek berbaju ketat.
"Panggil aja dia Tali. BWAHAHA." ucap Rain yang kembali tertawa ngakak.
Kali ini semua ikut tertawa. Kecuali Talitha yang tersenyum sinis.
"Udah udah, makan dulu yah. Keselek nanti gua Rain." ucap Rysa ketika makanan dan minuman yang mereka pesan baru saja datang.
"Udah pada selesaikan makannya?" ucap Rain bersemangat ketika melihat semuanya sudah selesai makan.
Semua mengangguk.
Rain tersenyum menyeringai. "Rysa, Tali lo ga lupa kan adat istiadat kita? Selesai makan gosip. BWAHAHA."
Pink melebarkan matanya. Ebuset, selama gue sekolah gue nggak pernah temenan sama cewek-cewek kayak gini. Tapi katanya temen cewek yang kaya gini nih temen cewek yang seru karena nggak pernah jaim dan saling terbuka. Yah mungkin mulai dari sekarang inilah saatnya gue untuk berbaur.
"Huh, Rain. Plis deh ada anak baru. Udah mau lo ajak dosa aja." ucap Talitha sambil menghela nafasnya.
"Ayolah sekalian biar Pink bisa berbaur sama kita. Sekalian. Hehehe." ucap Rain tanpa dosa.
"Ya udah lah terserah elu Rain. Tapi kali ini gua nggak ada bahan gosip." ucap Rysa.
"Gue juga" ucap Talitha.
"Kalo gue yang pasti ada" ucap Rain bersemangat.
"Eh tunggu-tunggu. Gue mau beli minum dulu yah" kata Pink tiba-tiba yang sepertinya kehausan karena segelas lemon tea nya sudah habis.
"Ya udah buru. Lo ga boleh kudet disini Pink." ucap Rain.
"Iya iya" ucap Pink lalu pergi.
--
"Bu ini uangnya" ucap Pink kepada ibu kantin setelah membeli minum.Bu kantin mengangguk.
"Hai anak baru" ucap seorang cowok yang berada di pojok kantin tiba-tiba ketika Pink berniat pergi.
"Hai" ucap Pink sambil tersenyum lalu buru-buru meninggalkan tempat itu. Karena Pink tidak bisa lama-lama mencium bau rokok yang dihisap oleh sekumpulan anak cowok yang ada di pojok kantin, tepat disebelah penjual minuman.
Semua cowok disitu terkekeh pelan. Kecuali satu orang yang berada disamping cowok yang tadi menyapa Pink.
"Manisnya" ucap seorang cowok yang masih sama ketika menyapa Pink.
"Dasar lo! Mulai deh." Seorang cowok disebelahnya menoyor kepala cowok yang sedari tadi berkata.
"Ranz plis deh. Lo tuh juga dulu sering mainin cewe! Ga usah sosoan deh" ucap cowok tadi kepada cowok yang menoyor kepalanya, yang rupanya bernama Ranz.
"Gerry, itukan gue yang dulu!" ucap Ranz menahan emosi.
"Iya iya" ucap cowok bernama Gerry. "Kira-kira namanya siapa ya?" Gerry mengalihkan pembicaraan tentang masa lalu Ranz, yang sedari tadi temannya yang lain sudah melototi Gerry. Semua temannya sangat takut ketika membahas masa lalu Ranz karena itu akan membuat Ranz sangat marah. Dan kalau Ranz marah, yah tidak bisa dideskripsikan seramnya.
"Pink" jawab Ranz cepat.
Temannya langsung melebarkan matanya tak percaya. Karena semenjak Ranz bangkit dari masa lalunya yang kelam, Ranz tidak pernah lagi mau berurusan dengan cewek. Tapi barusan?
"Jangan salah sangka. Gue kenal dia karena dia anak baru di kelas gue. Cuma sekedar tau nama" ucap Ranz cepat yang ketika itu melihat mata teman-temannya yang ingin copot karena kaget.
"Gue kira" ucap salah satu cowok yang duduk di depan Ranz.
--
Pink menaruh minumannya dimeja dan kembali duduk, "belum dimulai kan, gosipnya?" ucap Pink polos.Semua temannya terkekeh pelan.
"Okeh kita mulai. Jadi---" ucap Rain bersemangat yang kemudian terpotong.
"Pink!" panggil seorang cowo yang memotong pembicaraan Rain.
"Kamu?" ucap Pink kaget ketika menoleh ke arah cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
P.I.N.K
Teen Fiction"Saat pertama kali Gue lihat Lo, entah kenapa ada suatu perasaan asing disana yang mengisi sebuah kekosongan. Hingga Lo menjadi orang pertama yang bisa membuat Gue untuk ngasih segalanya. Terutama kebahagiaan Gue" -Davin "Lo adalah satu-satunya oran...