Langkah Pertama

263 16 15
                                    

"Pak Umar, hari ini aku pulang jam berapa ya?", tanya Pink kepada Pak Umar, sopirnya.

"Oh emangnya non belum dikasih tau sama mama?", tanya balik Pak Umar.

"Aku lupa nanya Pak"

"Hari ini non pulang jam 14.00"

"Oke deh jangan lupa jemput ya Pak, jangan telat. Aku nggak mau lama-lama disekolah"

"Iya non"

"Ya udah kalau gitu aku sekolah dulu ya Pak Umar"

Pink membuka pintu mobil dan langsung menutupnya kembali.

Seketika semua mata tertuju pada Pink. Ada yang tatapan sinis, kebingungan, berdecak kagum, dan lain sebagainya. Mungkin karena Pink murid baru. Namun Pink sudah terbiasa dengan hal ini.

Dari luar sekolah saja sudah dipandangi dengan tatapan-tatapan cewek tak bersahabat. Lagi-lagi hanya itu yang dipikirkan oleh Pink ketika hari pertama di sekolah baru.

Pink menutup matanya ketika ingin melewati pagar sekolah dan berkata dalam hati "memulai semuanya dari awal, lagi". Pink membuka mata lalu melangkah masuk dari pagar sekolah sambil membuang napasnya perlahan.

Hari pertamanya di SMP Cahya dengan segala peristiwa yang akan terjadi akan dimulai detik ini juga.

Pink berjalan mencari ruang guru. Dia kesal. Dari sekian banyak orang yang memandanginya hanya melihat, berbisik, lalu pergi. Apa tidak ada seseorang yang ingin bertanya mau kemana aku? Gumam Pink dalam hati.

Duk. Pink menabrak orang yang entah siapa di depannya sekarang. Ya Tuhan, semoga aku tidak melakukan kesalahan di hari pertamaku.

"Maaf...", ucap Pink yang langsung berlalu, tanpa memperdulikan orang yang saat ini menatap Pink heran karena Pink tidak berniat sama sekali untuk membantu orang itu mengumpulkan bukunya yang jatuh akibat Pink menabraknya.

"Tunggu!", ucap seseorang yang tadi di tabrak Pink dan sekarang sedang menarik lengan Pink untuk tidak pergi, orang itu malah mengabaikan bukunya yang berserakan.

"Ya... ada apa...?", Tanya Pink gugup.

"Sepertinya lo murid baru. Lo bingung? Lagi nyari apa?"

Ya Tuhan akhirnya...

"Ya, saya disini murid baru. Saya sedang mencari ruang guru"

"Hei, jangan menunduk seperti itu. Bersikap biasalah. Akan gue antar lo ke ruang guru, kebetulan gue mau kesana juga", ucap siswa tak dikenal itu sambil menaikkan dagu Pink supaya dapat bertatapan langsung.

"Terimakasih", ucap Pink sambil membungkukkan tubuhnya.

"Tunggu dulu ya, gue mau beresin buku gue dulu", ucap siswa itu sambil membalikkan tubuhnya untuk mengambil buku yang tadi siswa itu tinggal.

"Buku?", tanya Pink heran karena Pink merasa siswa itu sejak tadi tidak memegang buku.

Mendengar pertanyaan Pink, siswa itu membalikkan tubuhnya ke arah Pink lagi. "Jadi lo nggak nyadar kalau tadi lo nabrak gue, buku yang gue bawa semuahnya jatuh?", tanya balik siswa itu.

Pink hanya menggeleng di tempat sambil menampilkan wajah polosnya.

Siswa itu ikut menggeleng, lalu membalikkan tubuhnya lagi untuk membereskan bukunya.

Pink tersadar dari kebodohannya saat siswa itu jongkok untuk membereskan buku yang benar-benar berantakan. Pink langsung menghampiri siswa itu dan ikut mengambil buku-buku yang berserakan. "Maaf", ucap Pink sambil menunduk sementara tangannya masih membereskan buku yang tersisa di bawah.

"Lo kayanya grogi banget ya sampai nggak sadar kalau buku gue jatuh gitu?", bukannya menjawab permintaan maaf Pink, siswa itu malah mempertanyakan hal lain.

Pink mendongakkan kepalanya untuk melihat mata siswa itu. "Hm.. sedikit..", ucap Pink kemudian lalu mengalihkan tatapannya kembali ke buku-buku.

Siswa itu mengangguk mengerti. "Udah kan, sini bukunya", ucap siswa itu meminta buku yang ada di tangan Pink untuk dikembalikan ke tangan siswa itu.

"Saya aja yang bawa, nggak apa-apa kok", ucap Pink tulus menatap mata siswa itu.

"Haduh natapnya jangan gitu dong, nggak kuat gue lama-lama. Udah ya gue aja yang bawa", ucap siswa itu mengalihkan pandangannya dari mata Pink dan langsung merebut buku yang dipegang Pink tanpa persetujuan Pink.

Pink hanya melebarkan matanya heran dengan kelakuan siswa itu.

"Udah yuk ke ruang guru, bentar lagi bel masuk", ucap siswa itu setelah memandang wajah heran Pink, lalu berjalan mendahului Pink yang masih melongo di tempat.

Pink hanya mengangguk cepat setelah siswa itu berjalan mendahului, dan sedikit berlari untuk menyejajarkan posisi Pink dengan siswa itu.

"Gue ketua OSIS disini", ucap siswa yang masih tidak diketahui namanya itu memecah keheningan ketika sedang jalan mengantar Pink menuju ruang guru.

Pink hanya mengangguk.

"Nah kita sudah sampai. Kalau lo ingin tau tempat-tempat di sekolah ini, lo bisa dateng ke kelas gue aja minta bantuan. IXA ya", ucap siswa itu masuk ke ruang guru mendahului Pink untuk menaruh buku-buku yang sedari tadi siswa itu bawa ke salah satu meja guru.

Pink hanya mengangguk setelah siswa itu berlalu.

"Permisi", ucap Pink sopan ketika masuk ke ruang guru, setelah beberapa detik diam di depan pintu.

Kepala sekolah menghampiri Pink, "Oh kamu Pink ya, anak baru kan?"

"Iya pak"

"Mari ikut bapak"

Pink mengangguk.

"Ini adalah berkas-berkasmu.
Jangan sampai hilang ya, berkas-berkas ini berlaku sampai kamu lulus", ucap kepala sekolah ketika sampai di ruang kepsek yang berada di dalam ruang guru.

Pink mengangguk mengerti.

"Kamu kelas IXA. Kamu ikut dengan Bu Rahma saja. Nanti dia yang akan membimbing kamu ke kelas. Kebetulan dia sedang bagian mengajar di IXA. Dia guru IPA. Nanti saya panggilkan."

Pink mengangguk lagi.

Pink berjalan keluar dari ruang guru bersama Bu Rahma di depannya, tepat saat bel masuk berbunyi.

Tiba-tiba Pink merasa tubuhnya gemetar dan tangannya dingin. Pink berpikir jika dia tidak akan segugup ini karena sudah terbiasa. Tapi entah kenapa rasanya sulit untuk menetap di sekolah ini selama satu tahun.

Tubuh Pink masih gemetar. Ia masih berjalan menuju lantai 2 sekolah tersebut. Dan mulutnya tidak berhenti untuk berdoa agar dia mendapat kelas yang damai dan tidak banyak masalah. Masalah, hal yang paling tidak disukai Pink. Walaupun semua orang pasti memiliki masalah, Pink selalu memiliki segala cara untuk menghindarinya. Entah dia anak alim atau anak ajaib, pasti saja Pink bisa menghindari dirinya dari segala masalah.

Pink menghentikan langkahnya. Sekarang Pink sudah berada di depan kelasnya. Dia tidak boleh masuk sebelum guru memanggilnya. Hal kuno yang sering Pink lakukan ketika pindah sekolah.

"Pink. Silahkan masuk." Panggil Bu Rahma dari dalam kelas setelah beberapa detik Pink menunggu.

Perlahan Pink melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas.

P.I.N.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang