Perubahan

160 9 0
                                    

"Davin..." lirih Pink kepada cowok bernama Davin yang tadi menahan tangan Ranz.

"Gue ada perlu sama cewek ini. Lo jangan ganggu dia" ucap Davin ke arah Ranz sambil melepaskan tangannya dari tangan Ranz dengan kasar.

Mata Pink berkaca-kaca. Sekarang pikirannya sedang bercampur aduk. Secara tidak langsung Pink menyeret dirinya sendiri kedalam masalah besar. 'Masalah', Pink berharap semuanya dapat terlupakan begitu saja.

Davin yang melihat mata Pink berkaca-kaca dan pikirannya yang sangat berantakan langsung menarik lengan Pink.

"Erghh!" Ranz geram.

Sementara teman-teman Pink hanya melongo melihat kejadian barusan. Seperti sedang menonton drama yang mereka tidak tau permasalahan dan bagaimana alurnya.

Ranz menatap teman-teman Pink tajam.

Teman-teman Pink hanya bisa menunduk.

Ranz pergi mengambil tasnya yang tadi tertinggal di atas mejanya ketika dia ingin pulang, tanpa sepatah kata pun lagi.

---
Entah apa yang terjadi dengan Davin dan Pink kemarin, selalu menjadi pertanyaan teman-teman Pink. Karena entah apa yang mereka bicarakan setelah meninggalkan teman-temannya dan Ranz, entah Davin membawa Pink kemana sebelum mengantar Pink pulang dengan mengendap-endap, dan entah satu hal apa yang membuat Pink berubah. Intinya semenjak kejadian kemarin, Pink menjadi lebih pendiam. Bahkan Pink tidak ingin mengeluarkan sepatah kata pun. Baik dengan si ketua OSIS, Ranz, ataupun teman-temannya. Pink hanya akan berbicara ketika ada yang membahas tentang tugas sekolah.

Sekarang Pink benar-benar berubah. Dia kembali menjadi dirinya yang dulu lagi. Menjadi Pink yang pendiam, senyum kaku yang hanya tercetak satu atau dua kali di wajah cantiknya, Pink yang selalu ingin sendiri, Pink yang hanya memikirkan prestasi tanpa bergaul, dan Pink yang memiliki sifat individual tinggi.

Hari semakin berlalu. Besok SMP Cahya mengadakan perpisahan. Lalu bagaimana dengan Pink? Dia masih tetap sama. Masih dengan sifat lamanya. Dan niat awal untuk mengawali hidup dengan segala pembaharuan semakin gelap, tak ada yang bisa diharapkan. Pink tidak ingin memasukkan dirinya lebih dalam lagi ke masalah yang entah itu dapat dikatakan masalah atau tidak. Mungkin itu yang terbaik, dan dengan begitu Pink bisa mengubur masa lalunya tanpa halangan. Walaupun masa lalu itu tidak ingin ia lupakan, namun mau tidak mau ia harus melupakannya. Karena masa lalu itulah penyebab hal buruk yang Pink ciptakan di dalam dirinya sendiri.

"Nggak terasa yah besok sudah mau pisah" ucap Rysa dengan nada melemah.

"Iya nih, nggak nyangka 3 tahun berlalu dengan secepat ini" sambung Talitha.

"Eh kalian pada mau SMA dimana? Bareng lagi yuk, biar kita bisa selalu bersama lagi. Eaaa wkwkwk" ucap Rain mencairkan suasana, karena Rain tau jika sudah membahas kata 'perpisahan' banyak orang yang berpikir bahwa mereka seakan-akan tidak bisa berjumpa lagi selamanya.

"Yuk!" ucap Rysa dan Talitha dengan kompak dan mata yang berbinar-binar.

"Hmmm kita pikirin deh dimana SMA bagus sekitar Jakarta" ucap Rain sambil berfikir.

"SMA Allstar!" jawab Rysa, Talitha, dan Rain kompak setelah beberapa detik berpikir.

"Setuju yah?! Oke?" ucap Rain bergembira sambil memeluk kedua sahabatnya.

"Setuju!" ucap Rysa dan Talitha kompak dan membalas pelukan Rain.

"Kita ke salon yuk! Persiapan buat besok perpisahan, gimana gimana?" ucap Rysa tiba-tiba.

"Yuk!" ucap Talitha dan Rain kompak, sambil langsung mengambil tas mereka masing-masing.

"Udah siap?" tanya Talitha dibalik kemudinya kepada temannya yang saat itu sudah berada di dalam mobil Talitha.

"Siap dong! Jalan!" ucap Rysa dan Rain bersemangat.

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai. Dan sekarang mereka sedang duduk santai di sebuah salon sambil menunggu perawatan rambut mereka selesai.

"Eh, Pink apa kabar ya?" ucap Talitha di sela-sela ketika temannya sedang membaca majalah.

"Kangen banget gue sama dia" ucap Rysa sambil menghela nafasnya.

"Berubah banget sumpah semenjak kejadian hari itu. Nggak ngerti gue" ucap Rain.

"Gimana kalau kita kerumahnya?" ajak Talitha.

"Kalau kita tau rumahnya, dari semenjak kejadian hari itu juga kita bakalan samperin kerumahnya, Tali" ucap Rain.

"Iya juga sih" ucap Talitha sambil memikirkan sesuatu.

"Semenjak kejadian itu, dia berubah banget jadi cewek dingin. Sampai-sampai gue hampir nggak ngenalin dia. Padahal dalam satu hari dia duduk sama gue, gue udah nyaman dengan gue ngobrol sama dia bahkan sesekali gue curhat sama dia dan jujur dia penasihat yang baik, dan kalau gue lagi kesusahan tentang pelajaran pun dia juga mau jelasin ke gue dengan sabar sampai gue ngerti. Tapi semenjak kejadian itu setiap gue ngomong, curhat, nanya, atau mengeluarkan suara dan ekspresi apapun cuma dibales sama senyum cantiknya doang" curhat Rysa.

"Dia juga sekarang jarang ke kantin, main, atau jalan bareng kita di sekolah. Apalagi sekarang kayaknya kita susah banget nemuin atau mau ngajak ngomong dia gara-gara dia ikut banyak olimpiade dan ngejar beasiswanya di luar negeri" tambah Talitha.

"Gimana kalau kita besok ngadain surprise buat Pink? Gue juga walaupun baru-baru ini kenal Pink entah kenapa gue ngerasa kita kurang lengkap, yah kaya ada yang hilang aja gitu" ucap Rain.

"Jadi gimana caranya?" ucap Rysa kebingungan.

"Si mantan ketua OSIS itu tau kan dimana rumah Pink?" tanya Rain.

"Iya. Terus?" ucap Talitha bingung.

"Oke bagus. Kalau gitu sepulang dari salon kita samperin ke rumah Davin terus kita baru deh siapin surprise nya gimana?" ucap Rain sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Emang lo tau dimana rumah Davin?" tanya Talitha.

"Tau lah, secara gue gitu loh" ucap Rain sambil mengedipkan matanya kembali.

***

Hai ketemu lagi ^^
Gimana ceritanya? Semoga suka yah, apalagi bacanya di Malam Minggu hehehe.
Jangan lupa vote and comment nya 😘

P.I.N.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang