Hari yang Panjang

140 8 0
                                    

Ranz melebarkan matanya tak percaya, namun tak lama kemudian ia tersenyum menyeringai. "Iya tante, kita udah saling kenal" ucap Ranz kemudian sambil tersenyum miring.

"Oh ya? Bagus dong" ucap Katrin senang.

Pink hanya bisa tersenyum kecut. Cobaan macam apa ini, batinnya berkata.

Katrin melirik jam tangannya, "Ranz, kamu bisa antarkan Pink ke rumah?" ucap Katrin enteng.

"APA?!" ucap Pink tak percaya.

Ranz semakin menunjukan senyuman miringnya, "bisa tante, kebetulan aku udah tau rumah tante karena kemarin mommy minta aku antar ke rumah tante" ucap Ranz sesopan mungkin.

"Oh ya? Kenapa kemarin kamu nggak ikut masuk ke rumah tante?" ucap Katrin mengabaikan omongan Pink.

"Aku nggak enak tante takut lagi ngomongin hal penting" jawab Ranz.

Katrin mengangguk mengerti.

"Oke kalau gitu bagus dong. Pink hari ini mommy mau ke kantor dulu, mommy lagi buru-buru. Maaf ya, kamu sama Ranz dulu. Ranz anaknya baik dan mommy percaya sama dia untuk anterin kamu pulang" ucap Katrin santai.

"Tapi mom?" Pink masih tak bisa percaya dengan sikap mommy nya.

Katrin melirik jam tangannya lagi, "mommy buru-buru sayang" ucap Katrin sambil mengacak-acak rambut Ranz dan Pink lalu meninggalkan mereka berdua sambil tersenyum.

Katrin sudah memasuki taksi yang baru saja lewat di depannya.

"Ah menyebalkan!" ucap Pink sambil menatap tajam ke arah Ranz.

Ranz mengangkat bahu dan menunjukkan wajah tanpa dosa nya.

Pink berjalan dan berniat untuk meninggalkan Ranz.

Ranz menggenggam tangan Pink, "mommy lo udah nitipin lo ke gue, gue nggak mau ngehilangin kepercayaan orang lain. Apalagi mommy lo yang baik banget sama gue" ucap Ranz yang masih menggenggam tangan Pink.

Pink melepaskan genggaman tangan Ranz kasar. "Gue bukan barang yang bisa dititipin!" ucap Pink kesal.

"Udah buruan ikutin gue! Gue sibuk!" ucap Ranz dan langsung berjalan ke arah parkiran tanpa memperdulikan Pink.

Pink mengambil kesempatan dan lari menuju pinggir jalan untuk memberhentikan taksi. Satu taksi sedang menuju ke arahnya. Akhirnya, batin Pink berkata sambil berniat memberhentikan taksi.

"Ehem! Mau coba kabur?" suara orang yang sangat dikenali di sebelah Pink berhasil mengangetkan Pink.

"Bisa nggak sih lo nggak ganggu hidup gue?!" ucap Pink kesal ke arah orang yang berhasil mengagetkan Pink.

"Gue cuma mau ngejalanin amanah mommy lo" ucap orang itu sambil menarik paksa tangan Pink.

"Ranz! Gue bisa pulang sendiri!" ucap Pink yang sedang berusaha melepaskan genggaman tangan orang bernama Ranz itu.

"Udah berapa kali gue bilang! Ah udahlah lo susah amat jadi orang! Tinggal pulang bareng sama gue! Gue nggak akan ngajak lo jalan atau ngapa-ngapain lo! Gue juga nggak mau kali! Gue masih waras!" Ranz sudah kesal dengan sikap keras kepalanya Pink.

Pink terdiam.

Ranz menarik tangan Pink dengan paksa.

Pink kali ini tidak berusaha memberontak lagi.

Sekarang mereka sudah berada di dalam mobil. Hening. Itulah suasana di dalam mobil Ranz sekarang. Tidak ada satupun yang ingin membuka pembicaraan. Ranz sedang sibuk dengan kemudinya sedangkan Pink sedang sibuk memainkan HP nya. Namun lama kelamaan Ranz kesal karena Pink yang selalu sibuk dengan HP. Ranz semakin geram, dan ketika jalanan sedang sepi Ranz menarik HP yang selalu di mainkan Pink itu. Pink membulatkan matanya dan kesal.

P.I.N.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang