Pink? Cewek Polos Tapi Sinis?

196 12 2
                                    

"Tenang. Jangan mikir yang aneh-aneh sama gue. Gue nggak biasa-biasanya loh baik sama orang. Apalagi baru kaya lo" seakan bisa membaca apa yang dipikirkan Pink, Davin percaya diri.

"Tuh. Katanya 'gue nggak biasa-biasanya baik sama orang' ya gimana gue bisa percaya sama lo" balas Pink ketus sambil menekankan apa yang Davin katakan.

Jleb. Serba salah jadi cowok. Davin menghela nafasnya. "Oke, pokoknya gue harus nganterin lo keliling sekolah ini. Tapi pas pulang sekolah aja, soalnya sekarang udah masuk. Yuk ke kelas" Davin mengalihkan pembicaraan.

Pink masih terdiam di tempat sambil kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Kalo lo nggak mau. Gue bakalan teror lo dan gangguin lo terus. Oke? Jadi lo pilih mana?" ucap Davin yang melihat sifat keras kepalanya Pink.

"Huhhh" Pink mengacak rambutnya gusar. "Iya, ya udah!" jawab Pink pasrah dengan nada judes.

"Jangan ngacak-ngacak rambut lo. Ntar jelek" Davin menghampiri Pink lalu membereskan rambut Pink.

Sontak Pink langsung menepis tangan Davin dan langsung berjalan di depan Davin, "gue emang jelek!" ucap Pink yang tiba-tiba menengok kembali ke arah Davin sinis.

"Lo cantik" ucap Davin langsung.

"Bodo!" jawab Pink santai.

Jleb2. Jawaban yang tak pernah Davin dengar. Setau dia, semua cewek akan blushing ketika dia bersikap seperti itu. Ternyata Davin salah. Pink beda. Davin senyum lalu geleng-geleng dan menyusul Pink yang sudah berjalan agak jauh didepannya.

Bel pulang berbunyi. Seisi kelas seletika ramai. Bel surga! Yah jelas. Pasti semua murid menginginkannya.

Tapi entah kenapa bel pulang hari ini, sangat keramat bagi Pink. Pink memikirkan seribu cara untuk pulang tanpa sepengetahuan Davin.

"Pink sini dulu deh" mampus!. Temannya menahan Pink.

Pink menoleh ragu-ragu, "ya?"

"Gue mau nanya sama lo bentar" ucap Rysa.

"Ada apa?" Pink yang sudah berdiri kembali duduk.

"Ntar deh tunggu semua pulang dulu" ucap Talitha.

"Lah? Emang kenapa?" ucap Pink polos.

"Yah nggak enak aja gitu kalau sampai ada yang denger" jawab Talitha.

"Gue ke ruang OSIS dulu yah, ada rapat. Tapi tetep jadi kok!" ucap seorang di belakang Pink.

Mampus! Lagi! Pink sangat mengenali suaranya. Cowok yang sangat menyebalkan. Davin, pasti dia. "Hm" jawab Pink seadanya. Rencana kabur? Gagal! 100%!.

Davin berlari ke arah luar kelas.

"Nah sekarang udah sepi" ucap Rysa.

"Lo ada hubungan apa sama Davin?" ucap Rain kepo.

Pink melebarkan matanya, "nggak ada" jawab dia kemudian dengan santainya.

"Serius?" tanya Rain lagi.

Ugh. "Nggak ada. Gue nggak ada hubungan apa-apa sama cowok ngeselin kayak dia. Lagian juga gue nggak mau ada hubungan sama cowok" jawab Pink.

"Awas lo benci sama cinta itu beda tipis" goda Rysa.

"Gue nggak benci sama Davin. Dan gue nggak suka sama Davin. Udah? Ada lagi pertanyaan aneh berikutnya?" jelas Pink dengan kesal.

Temannya saling bertatapan heran.

"Oke. Sekarang ganti topik" ucap Talitha.

"Lo tadi di panggil sama cowok di pojok kantin kan? Waktu lo beli minum?" tanya Rain.

"Iya" jawab Pink cepat.

"Menurut lo mereka orangnya gimana?" tanya Rysa.

"Biasa aja" jawab Pink cepat.

"Terus? Cuma biasa aja?" ucap Rain sangat penasaran.

"Nakal" jawab Pink cepat.

Semua temannya melongo.

"Pink lo sadar ga sih! Mereka tuh ganteng! Most wanted di sekolah ini! Incaran para cewek! Dan lo tau? Tadi lo disapa kan sama Gerry kan? Yang itu loh, yang duduk di pinggir meja" jelas Rain.

Pink ingat. Pink hanya mengangguk.

"Ada kemungkinan lo di jadiin bahan mainan" ucap Talitha to the point.

"Hah?!" Pink tidak mengerti.

"Ya, mereka tuh kalo udah nyapa satu cewek, itu artinya mereka suka dan mereka akan ngejar orang itu sampai dapet. Apalagi Gerry, dan tadi Gerry nyapa lo. Dan kemungkinan besar kalau lo cuma memikat di awal dan bakal sama kayak cewek-cewek yang lain alias alay, lo bakal ditinggal. Tapi kalau lo bisa terus-terusan buat Gerry tunduk sama lo, dia bakal setia sampai dia bosen" jelas Talitha panjang lebar tinggi.

"Udah biasa" jawab Pink enteng.

P.I.N.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang