Dasar Cowok!

199 13 0
                                    

"Eh" ucapan Pink terputus, "maksudnya, lo? Kok ada disini?" lanjut Pink.

"Pink, ini tempat umum di sekolah ini, ya jadi gue bebas dong mau kesini kapan aja. Emangnya gue harus izin dulu sama lo?" ucap cowok itu.

Pink terdiam. Bego!. Satu kata yang hanya bisa Pink ucapkan dalam hati. "Eh... em... iya juga sih..." Pink membuka mulut dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ayok!" ucap cowok itu tanpa basa basi sambil mengulurkan tangannya.

"Ngapain?" ucap Pink polos.

"Ngajak lo jadian" ucap cowo itu tanpa dosa.

"Hah!" ucap Pink kesal.

"APA?!" ucap ketiga orang yang sedari tadi diam menyusul dengan suara yang melengking sehingga semua mata tertuju pada meja mereka sekarang.

"Apa-apaan sih ini!" Pink mulai kesal. Ia bangkit dari tempat duduknya, berniat pergi.

Cowok itu langsung menahan lengan Pink. "Ya enggak lah, gue baru kenal sama lo beberapa jam yang lalu. Ya kali sih gue ngajak lo jadian hari ini. Nggak secepat itu" ucap cowok itu.

Pink mengacak rambutnya gusar. "Huh..." Pink menghela nafasnya perlahan kemudian melanjutkan ucapannya, "oke, nggak usah basa basi. To the point aja deh tujuan lo ke gue mau apa?"

"Gue mau nepatin janji gue" ucap cowok itu.

"Janji apa? Sesuai yang lo bilang tadi, kita baru kenalan beberapa jam yang lalu, dan lo udah ada janji ke gue? It's impossible" ucap Pink yang sudah tidak bisa menahan emosinya.

"Gue mau nepatin janji gue yang tadi pagi buat nemenin lo, memperkenalkan tempat-tempat di sekolah ini" jelas cowok itu.

"Semuanya nggak gue anggep janji. Jadi lo bisa pergi" ucap Pink ketus.

"Bagi lo nggak tapi bagi gue itu janji gue" nada bicara cowok itu semakin tinggi sehingga membuat semua mata tertuju pada meja mereka lagi.

Pink kesal. Karena ini hari pertamanya di sekolah, jadi Pink tidak ingin dijadikan bahan omongan dan pusat perhatian yang tidak baik. "Oke, kita bicarakan di tempat yang sepi. Gue nggak mau buat masalah di hari pertama gue di sekolah baru" ajak Pink yang emosinya kembali menurun.

"Ayok! Gue tau tempatnya" ucap cowok itu bersemangat.

"Eh! Eh! Eh! Tunggu! Davin, nggak biasanya" ucap Rysa penasaran.

Davin. Oh, jadi itu nama si ketua OSIS. Ucap Pink dalam hati.

"Iya biasanya kan lo itu selalu disibukkan dengan kerjaan sekolah elu. Bahkan ngobrol sama lo aja harus ngomongin tugas dan kalo ngomongin yang lain mana mau lo tanggepin. Gue aja yang udah sekelas dua tahun sama lo nggak pernah ngomong sama lo. Yah lo tau kan, gue nggak pernah ngomongin tugas karena males. BWAHAHA" cibir Rain.

"Kesambet apa dah lo mau ngomong hal nggak penting. Apalagi sama anak baru" Talitha ketus.

Pink yang sudah bangkit dari duduknya sejak tadi dan berniat pergi tertunda karena temannya. Dan sekarang Pink dibuat mematung dengan pernyataan-pernyataan yang dilemparkan oleh temannya.

"Jangan-jangan lo---" ucap Rain asal. Namun langsung terpotong omongannya karena Davin sudah terlebih  dahulu memelototinya.

Davin tahu kalau Rain sudah ngomong 'jangan-jangan' pasti ada hal aneh di otaknya.

Pink semakin dibuat bingung.

"Jangan-jangan lo mau mengundurkan diri dari ketua OSIS. Oh iya lo juga kan udah mau lengser bulan depan. BWAHAHA" lanjut Rain asal sambil tertawa ngakak. Namun tawanya langsung terhenti ketika melihat wajah Davin yang kembali datar yang bisa membuat orang menjauh seperti biasanya.

"Udahlah jangan dengerin omongan mereka. Gue pergi dulu" pamit Davin kepada teman Pink, dan langsung menarik lengan Pink.

"Gue pergi" izin Pink yang langsung terseret karena Davin.

"Oke, sekarang lo bisa pergi" ucap Pink setelah sampai di tempat sepi yang dijanjikan Davin, yaitu tempat penyimpanan alat-alat olahraga.

"Kok gitu? Tadi lo yang mau ketempat ini ngomongin sesuatu, tapi lo malah nyuruh gue pergi?" Davin bingung.

"Gini deh, semua yang lo omongin tadi pagi, anggep aja semuanya nggak pernah lo omongin. Lagipula itu kan bukan janji, dan gue emang ga anggep itu janji" jelas Pink yang sedari tadi sudah kesal.

"Pink" panggil Davin lembut kemudian Davin menaruh tangannya di bahu Pink.

"Ck" ucap Pink langsung sambil melepaskan tangan Davin dengan kasar.

"Gue cowok, gue nggak mau makan omongan gue sendiri. Apapun yang gue omongin menurut gue itu bukan cuma omong kosong atau angin lalu atau apalah itu. Melainkan hal yang harus gue jalanin" tatapan Davin melembut yang bisa membuat siapapun yang melihatnya bisa terdiam bisu dan melemah.

Pink hanya menatapnya sinis. Apa omongannya bisa dipegang? Kok kayanya gue nggak asing yah sama kata-kata dia. Yap, jelas ga asing. Omongan yang selalu diutarakan kebanyakan cowok diluaran sana. Yang menganggap janji dan kata manis hanyalah obat penenang. Cibir Pink dalam hati.

Yah, mungkin hanya Pink satu-satunya cewe yang memiliki hati sekeras batu. Bahkan ketika Davin memberi tatapan lembutnya.


P.I.N.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang