IX A

223 14 4
                                    

Pink sudah berdiri di depan semua murid di kelas IXA. Dan seketika matanya terjebak karena bertatapan langsung dengan orang yang tak asing bagi Pink. Ketua OSIS itu! Pink kaget dan membulatkan matanya. Pink melamun sesaat, dan ia teringat bahwa ketua osis itu berkata bahwa... dia kelas IXA.

Sebenarnya Pink tidak masalah dengan hal itu dan tidak peduli juga. Namun kejadian pagi itu Pink menabrak si ketua OSIS, kebodohan yang Pink lakukan karena kegugupannya, serta ucapan ketua OSIS yang suli Pink cerna sudah sangat memalukan baginya. Mungkin bagi sebagian orang menganggap hal itu hal yang biasa karena ketidaksengajaan. Tapi lain halnya untuk orang polos yang memiliki gengsi super tinggi seperti Pink. Pink sekarang sedang berusaha keras untuk tidak mengingat kejadian pagi itu. Karena semakin diingat, semakin Pink merasakan dirinya sangat memalukan.

"Pink" panggil seseorang.

Oh tidak! Pink baru sadar ternyata sedari tadi ia sedang melamun dan bermonolog dalam hati. "Oh iya ada apa bu? Maaf" hanya itu kata yang bisa Pink ucapkan.

"Pink ada apa? Ada hal yang mengganggu? Atau kamu tidak nyaman?" tanya Bu Rahma.

"Oh tentu tidak bu. Saya hanya melamun" ucap Pink beralasan.

"Baiklah. Sekarang kamu bisa memperkenalkan diri kamu"

"Selamat pagi teman-teman" ucap Pink mengawali perkenalannya.

"Pagi" jawab seisi kelas.

"Nama saya Pink. Mohon bantuannya untuk beradaptasi ya teman-teman" Pink menunjukkan senyum manisnya.

Seluruh murid menjawab dengan jawaban yang berbeda dan seketika ramai.

"Baik. Tenang semuanya." ucap Bu Rahma di tengah keramaian.

Kelas kembali hening.

"Pink kamu boleh duduk di kursi kosong yang berada di sebelah cewek atau cowok---" belum selesai berbicara, Bu Rahma dibuat kesal oleh satu murid yang sekarang sedang tertidur pulas dengan earphone yang tersumpal di telinganya.

"Ranz!" bentak Bu Rahma dengan nada suara yang tinggi.

Cowok itu tidak bangun.

Bu Rahma menghampiri Ranz yang duduk bersama kursi kosong di bagian paling belakang pojok kanan kelas.

Bu Rahma melepas earphone yang digunakan cowok bernama Ranz itu dari telinganya.

Ranz terbangun. Dengan setengah sadar Ranz berkata "ibu selalu deh ganggu disaat aku lagi mimpi indah"

Bu Rahma kesal sedangkan murid lainnya sedang berusaha menahan tawa.

"Ranz sekali---" ucap Bu Rahma terpotong.

"Lagi kamu tidur di dalam kelas hari ini kamu akan dihukum di lapangan. Baik bu, saya minta maaf." ucap Ranz yang sepertinya sudah hafal dengan apa yang akan dikatakan Bu Rahma.

"Merepotkan" ucap Bu Rahma pelan.

"Baiklah, Pink kamu boleh duduk" ucap Bu Rahma lagi.

"Baik bu" jawab Pink.

Pink melihat-lihat dua tempat duduk yang kosong. Yang sama cewek, ceweknya urakan. Dan yang sama cowok, sama aja. Tapi lebih baik sama cewek, putus Pink.

Pink berjalan ke kursi kosong yang berada di samping cowok bernama Ranz itu dan langsung duduk.

"Hai" sapa cewek yang duduk di sebelah Pink.

Ternyata orangnya ramah, tidak seperti tampilannya. "Hai juga" jawab Pink dan tersenyum manis.

Pelajaran dimulai.

Bel pelajaran ke 3 berbunyi, tanda pergantian pelajaran. Seperti pada biasanya, setiap pergantian pelajaran pasti ada waktu kurang lebih 5 menit untuk mengobrol, berisik, dan lain-lain. Untuk menunggu datangnya pergantian guru mata pelajaran.

Pink mengeluarkan buku mata pelajaran Bahasa Indonesia yang akan dipelajari pada jam pelajaran ke 3 ini.

"Pink" panggil seorang cewek disebelahnya.

"Ya?" jawab Pink sambil tersenyum.

"Nama asli kamu?"

"Pink"

"Cuma itu?"

"Ya"

"Warna kesukaan kamu?" tanya seorang cewek disebelah Pink lagi.

"Pink" jawab Pink santai.

Cewe itu menghela nafasnya, "namaku Rysa, salam kenal"

"Iya salam kenal juga"

Betapa polosnya anak ini. Nama Pink, warna kesukaan pink, tas pink, tempat pensil pink, alat tulis yang serba pink, mungkin jika sepatu, kaos kaki, baju, bahkan rok dibebaskan, apakah dia akan memakai warna pink? Segitu cinta kah dia dengan warna pink? Hah sudahlah. Rysa bermonolog dalam hati sambil geleng-geleng.

P.I.N.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang