Enam

7.5K 714 60
                                    

And when you’re gone, I feel incomplete
So if you want the truth

I just wanna be part of your symphony
Will you hold me tight and not let go?
Symphony
Like a love song on the radio
Will you hold me tight and not let go?
Symphony - Clean Bandit Feat Zara Larsson

□□□□

Hatiku merasakan sebuah kehangatan ketika melihat Calista yang dari tadi tidak berhenti tersenyum. Ternyata pilihanku ini tidak membawa sesuatu yang buruk. Malah membawa sebuah rasa senang yang tidak pernah aku temui.

Lisa yang berada di pangkuanku menoleh, "Kak, nanti kita lihat ikan ya! Terus kita foto disana, Lisa mau foto sama Kakak! Ya kak?"

Aku mengangguk, gemas sekali melihat pipinya ini. "Apa yang Lisa mau bakal Kakak turutin."

Lisa bersorak senang saat mendengar ucapanku. Ah! Makin gemas aja ngelihatnya. Jarang-jarang ngelihat yang gemasin kayak gini.

"Bang Henry gak di ajak foto juga?" celetuk Henry.

Lisa menggeleng cepat, "Bang Henry jadi tukang foto aja."

Hahahaha tukang foto. Jawaban Lisa benar-benar membuatku tidak bisa berhenti tertawa. Ini anak bisa ngelawak juga ya.

"Ya udah, kalau gitu Nana naik taksi aja sana!" ngambek Henry.

Aku berdecak mendengar ucapan Henry. Ngambek sama anak kecil.
"Kalau Bang Henry gak mau ngantar Lisa, Kak Kayla siap kok ngantar Lisa kemanapun yang Lisa mau."

Lisa langsung memelukku, dia bersorak gembira. "Sayang Kak Kayla! Bang Henry jahat banget sama Nana! Nanti Nana bilang ke Mama!"

Henry melongo mendengar ucapan Lisa, "Nana juga jahat sama Abang, masa Abang jadi tukang foto aja. Habis jadi sopir terus jadi tukang foto lagi. Mana dari tadi Abang di cuekin mulu, yang di ajak ngobrol cuman Nana aja."

Lisa mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia seperti tidak mengerti maksud dari perkataan Henry, "Kan Nana cuman bercanda, habisnya Nana juga udah sering foto sama Bang Henry. Nana kan jadi bosan."

Aku menahan tawaku saat mendengar ucapan Lisa. Lucu banget!
"Lisa gak usah dengerin yang Bang Henry bilang ya. Bang Henry cuman asal ngomong aja."

Lisa mengangguk lucu, ia tersenyum lebar. "Nanti temani Lisa makan es krim ya, Kak?"

"Siap!!"

Henry memukul setir mobilnya pelan, "Gue beneran jadi sopir, di cuekin mulu."

Aku menaikkan satu alisku, "Lo mau di perhatiin? Jadi kayak Lisa dulu, baru gue perhatiin."

Henry cemberut mendengar ucapanku. Dia tidak membalas ucapanku dan mungkin melupakan kemauannya. Yang dia lakukan hanya memfokuskan dirinya ke jalan.

Lisa mendongak melihatku, "Bang Henry kenapa, Kak?"

Aku meliriknya, dia juga melirik ke arahku. Dengan senyum jail aku menjawab pertanyaan Lisa, "Ngambek kali, Abang kamu kan suka ngambekan."

Lisa mengerutkan keningnya ketika melihat Henry, "Abang jangan ngambek. Kan Bang Henry yang bilang kalau Bang Henry suka ngambek itu bakalan jadi jelek. Nanti Bang Henry jelek loh."

Henry menoleh ke arah kami sekilas dengan senyum terpaksanya.
"Bentar lagi sampai."

Enak ya kalau ada Lisa. Aku jadi tidak perlu berdebat dengannya. Emosiku juga stabil kalau ada Lisa. Coba aja kalau enggak ada Lisa, aku sama sekali gak yakin kalau keadaan di mobil bakalan tenang kayak sekarang.

Be My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang