Tujuh belas

6K 426 37
                                    

Because your love, your love, your love is my drug
Your love, your love, your love
I said your love, your love, your love is my drug
Your love, your love, your love
Kesha - Your Love Is My Drug

****

Selama tujuh tahun kurang, Aku dan Henry hanya menjalin hubungan tanpa status. Atau biasanya disebut mereka teman tapi mesra. Ya begitulah. Kita juga tidak terlalu sering bertemu karena menghindari sebuah kehebohan yang mungkin akan tercipta jika kita bertemu. Kehebohan yang di maksud di sini adalah sebuah berita gosip dan sebagainya. Kita tidak bisa mengelak dengan banyak alasan, apalagi dengan alasan tidak sengaja bertemu.

Ini semua karena Azka yang tidak ingin pulang ke Indonesia. Padahal dia sudah menyelesaikan kuliahnya dan Mama sudah menyuruh dia untuk pulang. Apa salahnya kalau bekerja di sini? Seriously, mau di sana atau di sini itu sama aja. Di sana juga sudah ada yang mengurusnya, ya seharusnya dia kembali ke Indonesia dan memberi kesempatan ke orang lain untuk memegang jabatannya itu. Kalau membicarakan topik tentang dia, itu benar-benar membuatku emosi. Dia sangat-sangat menyebalkan.

"Kay." Aku menoleh saat mendengar suara yang sudah sangat aku hafal. "Ini pesanan kamu tadi, benar, 'kan?"

Aku menghela napas dan menerima minuman itu malas-malasan. Hanya air putih dengan PH yang 8, bukan minuman lainnya. "Makasih ya."

"Hari ini kamu kayaknya lagi badmood ya? Kata fotografer kamu, photoshoot kali ini nggak menghasilkan sesuatu yang waw kayak biasanya."

Kenalkan dia, perempuan ini adalah manajer sekaligus asistenku, namanya Michel. Sudah menjadi manajerku sejak aku terjun di dunia hiburan alis sejak aku jadi model dan berlanjut menjadi aktris.

Aku cemberut. Karena sudah ketahuan ya tidak masalah jika menampilkan perasaan yang sesungguhnya. "Aku juga nggak tahu kenapa badmood tiba-tiba."

Bukan tidak tahu, hanya saja malas memberitahu. Hari ini itu seharusnya menjadi hari istimewa untuk aku dan Henry. Walaupun kami tidak jadian atau pacaran, kami tetap menetapkan tanggal istimewa untuk kami. Semacam tanggal jadian tapi ini bukan tanggal jadian kami karena kami tidak jadian. Ya, begitulah.

"Karena kembaran kamu yang nggak angkat telepon tadi?" tebak Kak Michel.

"Nah! Itu bisa jadi!" Aku semakin badmood ketika melihat para kru untuk pemotretan kali ini sedang menyiapkan latar belakang yang baru. "Habis ini aku ngapain lagi, Kak?"

Kak Michel langsung membuka HP-nya, "Jam empat kamu jadi bintang tamu di salah satu stasiun TV, terus jam enam kamu ke gala premier film kamu terus jam sembilan lewat kamu di undang ke perilisan sebuah dokumenter."

"Ha?" Aku cepat-cepat mengubah ekspresi terkejutku ketika melihat beberapa orang langsung menatapku. "Maksudku, itu seriusan? Aku nggak punya jadwal kosong gitu? Terus itu kok waktunya dekat-dekatan? Emang Kakak nggak takut kita kejebak macet apa?"

"Tenang aja kalau itu, tempatnya cuman beda jarak 5 KM kok. Jadi nggak perlu takut macet, kalau macet juga palingan nggak makan waktu banyak, sopir kita juga tahu jalan yang nggak macet parah," ucap Kakak sangat tenang.

Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Mataku fokus ke kaca, melihat pantulan penampilanku yang baru saja selesai di rias. Dengan suara sangat pelan aku bergumam, "Kapan aku bisa ketemu sama Henrynya?"

"Tadi kamu ngomong ke aku?" Aku langsung menoleh ke arahnya dan menggeleng dengan ekspresi meyakinkan. Dia mengangguk dan langsung mengulurkan HPku, "Ini kembaran kamu nelepon balik."

Aku menerima HP itu dengan perasaan kesal. Ketika melihat fotonya muncul di layar, kekesalanku bertambah. Ingin rasanya aku memukulnya.

"Kenapa?" Aku mencoba tersenyum untuk mengurangkan kekesalanku ketika mendengar suaranya.

Be My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang