I hate you, I love you
I hate that I love you
Don't want to but I can't put nobody else above you
I hate you, I love you
I hate that I want you
You want her, you need her
And I'll never be her
Gnash; Olivia - I Hate U I Love U****
"Jika kamu ingin mengerti akan kesetiaan, tanyakan pada jantung dan segala detaknya. Jantung selalu setia ketika berbunyi, bahkan dia selalu berdetak dengan bunyi yang sama walau kita melakukan hal berbeda. Jantung hanya berhenti berdetak, ketika waktunya tiba dengan bunyi yang sama ketika detakan terakhir."
- Kayla Adonia Sangster.
******Beberapa kali aku menghela napas, entah untuk apa. Aku tidak punya alasan yang jelas. Yang jelas hanya perasaanku yang tidak menentu ini. Bahkan perasaanku tidak jelas. Semua ini salah dia! Lihat, aku sampai tidak bisa berkonsentrasi dengan tugas akhir yang diberikan Ibu itu!
"Kay," Kepalaku terangkat melihat Bryan, pasti wajahku sudah seperti orang tidak makan satu tahun, "gue antar lo pulang sekarang ya."
"Tapi 'kan tugasnya belum selesai," tolakku, walau sebenarnya aku ingin mengiyakan ucapannya itu.
Bryan tersenyum tipis, "Biar gue yang ngerjain semuanya, entar lo pahami bagian lo. Kalau nggak ngerti, lo bebas nanya ke gue."
"Lo benar-benar perhatian Ry," Aku menepuk pelan mulutku ketika salah mengucapkan nama, "maksud gue, lo, Yan."
Lagi-lagi Bryan hanya tersenyum. Dia membereskan barang-barang yang kami bawa dan membayarkan makanan yang tadi kami pesan. Bahkan dia tidak memperbolehkan aku untuk membawa salah satu barang-barang yang kita gunakan. Sangat-sangat perhatian dan ini sebenarnya yang pacar aku itu siapa ya? Bryan atau cowok itu?!
Sekitar pukul 7 malam, aku sampai dengan selamat. Macet di jalan memang sangat melelahkan dan menyebalkan. Mataku ini bahkan sempat-sempatnya terlelap ketika berhadapan dengan macet. Bryan dengan sangat baik baru membangunkanku saat kita sampai di rumahku.
"Makasih ya, Bryan. Sorry gue jadi ngerepotin lo, kalau ada hal yang bisa gue buat, bilang aja ya," ucapku sebelum turun dari mobilnya.
"Lo tidur aja, istirahat yang banyak." Bryan hanya mengatakan itu dan langsung pergi.
Ketika satpam di rumah membukakan pintu, ada sebuah kejutan yang sepertinya sudah menungguku dari lama. Well, Henry berdiri tepat di depanku dengan wajah kesalnya. Apa disini aku yang salah? Bukannya aku sudah meminta izin ke dia?
"Udah berapa kali gue bilang, jauhi dia!" kesal Henry.
Mataku mengerjap mendengar luapan kekesalan Henry, "Hello!! Bukannya tadi yang bilang iya itu lo?! Kenapa jadinya sekarang lo yang marah?! Seharusnya lo ngelarang gue dari tadi, bukan sekarang!!!"
Tatapan Henry menajam mendengar teriakanku,"Terserah lo, jangan nyesal untuk kedepannya, ini terakhir kali gue ingati lo! Jauhi dia!"
Aku mencoba mengatur emosiku, tidak baik jika dua-duanya dalam keadaan emosi seperti ini. "Boleh lo kasih tahu alasannya?"
Henry terdiam. Dia tidak terlihat seperti sebelumnya, membuatku ingin tertawa melihat dia yang seperti itu. Aneh, sangat aneh. Apalagi sifatnya ini, awalnya dia sendiri yang memperbolehkan dan sekarang dia yang marah.
Aku tersenyum tipis, "Kalau lo diam, gue nggak akan ikut diam. Gue punya alasan nggak akan ngejauhi dia, karena dia teman gue, gue nggak akan jauhi dia!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Baby
Fiksi Remaja"Gue akui lo tampan, tapi bukan berarti gue bisa suka sama lo! Ingat itu! Dan jangan macam-macam sama gue kalau lo nggak mau gue bunuh!" -Kayla Adonia Sangster "Lo cantik dan pastinya gue suka lo. Satu hal lagi, gue bakalan buat lo suka sama gue kal...