1 || Prolog

8.1K 257 1
                                    

"Mom!! Dad!!" Panggil Eliana dari lantai atas kamarnya namun tidak ada yang merespons nya sama sekali. Terpaksa Eliana pun berjalan menuju ke kamar orang tuanya dan mendapati kedua orang tuanya yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaan nya masing masing. Eliana menghela nafasnya, selalu begini, tidak punya waktu untuk kedua anaknya, pantas saja kakak tertuanya pergi karena orangtua yang tidak pernah peduli kehadiran anaknya.

"Mom, dad" panggil Eliana pelan untuk kedua kalinya, namun nihil, kedua orangtuanya tidak menyahut dan masih sibuk berkutat dengan semua pekerjaannya. Eliana pun akhirnya menutup kembali pintu kamar orangtuanya dan berjalan ke kamar dengan langkah malas.

Ting.. ting.. ting..

Suara dering ponsel akibat notifikasi di ponsel Eliana sedikit mengganggu aktifitas Eliana yang tadinya hendak tertidur. Raut wajah yang tadinya kesal berubah menjadi senang. Suara itu berasal dari notifikasi grup kelas 11 IPS 1. Setelahnya, Eliana pun memutuskan untuk ikut menimbrung dalam acara gosip tentang kelas sebelah.

ElianaQ.M : Malam teman temanku. Masih pada on ya ternyata.. aku boleh nanya gak? Besok ada PR apa?

Hening.

Tidak lagi ada bunyi notifikasi dari grupnya itu. Cukup lama Eliana menunggu balasan hingga akhirnya memutuskan untuk mematikan ponselnya, karena ia tahu mereka pasti tidak akan membalas chat grup nya.

Eliana menghela nafasnya pasrah, setelah itu menyalakan alarm agar pagi nanti tidak kesiangan lalu mematikan lampu kamarnya dan beranjak ke kasur untuk tidur.

*¤*

Pagi harinya.

Eliana sudah selesai bersiap, ia pun segera menuju ke meja makan untuk sarapan bersama kedua orangtuanya. Namun, setibanya di meja makan, Eliana mengerutkan keningnya melihat tidak ada kedua orangtuanya di meja makan.

'Semoga ga sendiri lagi' batin Eliana.

"Mbok, mom sama dad kemana?" Tanya Eliana penuh harap.

"Oh, tuan dan nyonya sudah berangkat dari subuh tadi. Katanya ada pekerjaan penting dan gabisa ditunda. Mari non, mbok sudah siapkan sarapannya" ucap mbok Mira, salah satu pembantu di rumahnya itu kini membuat Eliana menghela nafasnya pasrah, selalu begini.

Eliana pun memakan sarapannya dengan tidak nafsu, moodnya memburuk akibat kedua orangtuanya yang pergi tanpa memperdulikan Eliana yang masih hidup di dunia ini.

Selesai sarapan, Eliana segera berangkat dengan menggunakan mobil BMW nya menyusuri jalanan ibukota yang masih lenggang. Suasana dingin menyelimuti Eliana yang sedang menyetir karena kaca yang dibuka setengah.

Sesampainya di sekolah, Eliana langsung memasuki kelasnya setelah memarkirkan mobilnya. Sesampainya di kelas, pandangan yang asalnya memperlihatkan keceriaan, berubah menjadi sendu melihat semua temannya yang memandangnya seperti orang yang jijik akan sesuatu. Eliana pun berjalan menuju ke bangkunya yang berada di barisan belakang karena semua siswa yang ada di kelas ini memang termasuk dalam golongan yang pintar dan karena itulah, semuanya sibuk dengan bukunya masing masing.

Seperti biasa, sendiri, Eliana pun merogoh saku roknya dan segera mengambil ponselnya lalu mulai mengutak atiknya dan setelah itu mengambil earphone yang berada di bagian tas paling depannya, menyolokkannya pada lubang earphone, lalu menyumpal telinganya dan segera menyetel sebuah lagu dengan volume keras, agar Eliana tidak usah repot repot mendengar hinaan yang dikeluarkan oleh semua teman temannya.

Jam pelajaran telah dimulai, hari ini adalah jadwal ulangan harian matematika, pelajaran yang paling dibenci Eliana dari semua pelajaran yang ada. Memikirkan keluarga dan teman temannya saja sudah pusing apalagi harus mengerjakan 20 soal yang membuat Eliana harus menghitung dan menjawab soal soal tersebut.

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang