20 || Masa lalu

1.6K 88 0
                                    

"Gue tadi liat ada kak Faisal disini, El!"

Eliana meneguk ludahnya, perasaannya tidak enak, "kenapa kakak kesini?"

Dava mengatur nafasnya yang masih tersenggal, "gue denger, dia kesini mau liat nyokap lo, katanya nyokap lo pingsan sewaktu mau naik tangga"

Deg..

Benar kan? Firasatnya buruk, dan sekarang semuanya telah terjadi. Eliana menutup mulutnya menahan tangis, tanpa berlama lama lagi, Eliana segera bangkit dari kursi rodanya dan berusaha berlari walau sangat sulit. Pikirannya sekarang bukan tentang kepalanya yang mulai nyeri dan kakinya yang terasa kram, tetapi, pikirannya melayang ke sebuah pengalaman yang ia alami bertahun tahun yang lalu, semua yang ia lewati bersama kedua orangtuanya termasuk mom-nya, wanita yang melahirkannya.

Eliana tidak benci, ia hanya kecewa pada perlakuan sang mom kepadanya itu, ia menyangi mom nya, sangat menyayanginya, tapi pikirannya kembali melayang pada kejadian 9 tahun lalu, dimana mom dan dad nya mulai bersikap ketus dan dingin kepadanya. Dan itu adalah hal yang membuat Eliana menangis berhari hari, ia sudah tidak dianggap oleh semua temannya karena otaknya yang tidak berjalan dengan sempurna, kini, bahkan orangtuanya pun bersikap seperti itu padanya.

"El, El tunggu!" Seru Dava mulai menyusul langkah Eliana yang menghilang di balik koridor rumah sakit.

Eliana tak peduli lagi dengan semua rasa sakitnya, ia terus berlari hingga akhirnya menemukan seorang pria yang sangat ia kenal berdiri di depan sebuah ruangan dengan perasaan.. sedih.

Eliana tahu bagaimana perasaan Faisal yang mendengar mom jatuh dari tangga dan dilarikan ke rumah sakit, sama sepertinya, perasaan keduanya campur aduk, Eliana terdiam, menatap Faisal yang tak menengok ke manapun selain melihat ke dalam ruangan lewat kaca di pintu itu.

Dava memegang bahu Eliana membuatnya tersentak, "lo jangan pergi kesana, El. Apa lo mau kesana dengan pakaian lo yang kayak gini? Sedangkan lo bilang ke kakak lo, kalo lo lagi nginep di rumah temen, ga mungkin kan kalo kakak lo ga curiga pas liat lo sama gue. Lo bisa pergi, lo bisa pergi saat Faisal juga udah pergi. Lo tenang aja, lo dirawat disini, sedang Faisal nggak kan?"

Saran yang bagus, sepertinya Eliana memang harus menurut pada Dava yang peduli padanya. Eliana mengangguk, lalu berjalan mengikuti Dava yang berjalan di depannya sambil sesekali mencuri lirikan kecil pada Eliana yang berada di belakangnya. Dava merasa miris pada kejadian yang dialami sahabat kecilnya itu akhir akhir ini. Ia mencuri lirikan kepada Eliana karena khawatir akan kondisi gadis itu, tatapan gadis itu kosong entah kemana, dan tubuhnya mulai mengurus semakin hari. Dava khawatir, sungguh khawatir.

*¤*

Eliana menatap kosong selimut yang dipakainya hingga mencapai batas kaki. Pikirannya terus berputar ke kejadian beberapa tahun lalu, saat pertama kali ia dibully, tak dianggap, kedua orangtuanya mengacuhkannya, dan kakak nya yang memutuskan pergi dari rumah. Tidak bisa dielakkan lagi, Eliana stress berat saat itu, ia masih menginjak jenjang sekolah menengah pertama, tapi masalah yang dilaluinya sudah sangat rumit, apa benar ia sebodoh itu? Hingga semuanya bersikap buruk padanya.

Dava sudah mencoba menghibur Eliana, namun nihil, Eliana tak menggubris semua candaan yang dilontarkan kepadanya dari Dava.

Eliana menangis dalam hati, kenapa sesulit itu untuk bertemu dengan kedua orangtuanya? Ia merindukan mom nya, dad nya, dan rumahnya. Ia merindukan semuanya,  semuanya.

Flashback

Eliana kecil berlari menuju garasi rumahnya untuk mengambil sepedanya, ia membawa sepedanya menuju garasi luar lalu mulai menduduki sepedanya itu. Eliana sangat menyayangi sepedanya karena, sepedanya itu adalah pemberian terakhir yang diberikan oleh kedua orangtuanya saat ia berulang tahun yang ke 8 tahun.

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang