32 || Epilog

3.5K 129 10
                                    

Seorang pria dengan kemeja putih yang dibalut jas biru dongker nya berjalan menuruni tangga dengan langkah tergesa gesa. Ia melewati meja makan tanpa melirik siapapun.

"Faisal" panggil seorang wanita paruh baya.

Sang pemilik nama itu menghentikkan langkahnya, tapi tak kunjung mengalihkan pandangannya hanya untuk melihat wanita itu.

"Faisal, nak. Mom mohon, maafin mom. Mom tau mom salah, tapi.. 8 tahun. Mom ga sanggup kalo kamu terus pergi ninggalin mom kaya gini. Kalo adik kamu ada disini, mom yakin, dia gak akan suka" sahut Tia dengan air mata yang kembali menetes.

"Saya tau Eliana ga akan suka. Tapi saya juga telah mengikuti kemauannya dengan tinggal bersama mom juga dad. Saya juga telah mengikuti kemauannya yang lain dengan membantu dad di perusahaan, apa itu masih kurang?" Tanya Faisal sinis.

"Kamu hanya mengikuti kemauannya! Tapi bagaimana dengan mom?! Mom terus meminta maaf ke kamu, tapi kenapa kamu tidak mau menuruti keinginan mom barang satu pun?! Mom ga mau mengatakan hal ini pada kamu, tapi sungguh, mom kecewa sama kamu! Adik kamu memaafkan mom! Tapi kamu?!"

Faisal berbalik, nampak sekali ia kesal dengan perkataan Tia. "Eliana sudah meminta dan memohon pada kalian! Tapi apa?! Kalian tidak pernah mendengarnya! Bahkan dad menamparnya! Apa mom lupa?! Atau perlu saya ingatkan?! Mom sendirilah yang menginginkan anaknya meninggal! Ingat itu! Keinginan seorang ibu memang akan terwujud. Dan saya sebagai putra sulung mom tidak akan memaafkan mom! Aku benci dilahirkan dari rahim mu! Aku membencinya! Dan untuk kekecewaan?! Eliana sudah merasakan kecewa lebih besar dari apa yang mom rasakan! Dia tinggal disini bersama mom selama bertahun tahun! Dan dia kecewa! Dia selalu kecewa! Ingat itu! Kekecewaan yang mom rasakan tidak sebanding dengan kekecewaan yang kami alami! Karena ini belum seberapa mom! Belum seberapa!" Tutur Faisal lalu melenggang pergi meninggalkan Tia yang terduduk sambil menangis.

'Maafkan mom Eliana, Faisal. Mom memang bukan seorang ibu yang baik. Mom bahkan mendoakan agar kamu pergi dari kehidupan mom Eliana. Dan karena itu juga lah, Mom menyesal sekarang. Mom menyesal dengan perkataan mom. Semuanya memang terlambat. Penyesalan memang datang terlambat. Mom minta maaf.' Batin Tia lirih.

*¤*

Tok tok tok

"Masuk"

Pemuda itu mulai memutar kenop pintu ruangan yang tadi ia ketuk, nampak senyum merekah saat melihat pria yang jauh lebih tua diatas dirinya sedang berkutat dengan berkas berkas di mejanya.

"Halo kak Faisal" sapa pemuda itu.

Faisal yang tadi sedang membaca sebuah berkas pun langsung mendongak. Ia tersenyum tipis melihat siapa yang menghampiri kantornya itu.

"Lama gak ketemu lo ya! Gimana kabarnya?"

Pemuda itu nampak tersenyum, lalu duduk di hadapan Faisal dengan santai, seolah kantor itu adalah miliknya.

Faisal menggeleng gelengkan kepalanya, melihat sikap pemuda di hadapannya ini yang tak jauh berbeda dari terakhir bertemu, "baik. Gimana kabar lo? Dan kabar nya orangtua lo?"

Faisal kembali duduk, "baik baik aja. Gimana kabar lo sama si Rita?"

Pemuda itu nampak tertawa, "baik baik aja. Isi lagi"

Faisal tertawa, "gila. Udah nikah muda, istri lo isi lagi? Anak kedua berarti ya? Dapet banyak ya lo!"

Pemuda itu terkekeh kecil, "yoi.. lo gimana? Udah tua begini masih jomblo akut. Kasian banget, ck ck.. kalah lo sama yang muda"

Faisal menggeleng gelengkan kepalanya. "Yaelah Dava, Dava. Jodoh mah ga akan kemana, gue gamau cepet cepet nikah, gue gamau kaya lo, baru pacaran 1 minggu udah main nikah aje. Bisa bisa pernikahannya ancur! Kan bahaya" sahut Faisal.

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang