18 || Membantu

1.7K 96 0
                                    

Brak..

"Da.. va?"

Dava tersenyum sumringah, "wah kayaknya ada tamu nih. Lo siapanya Eliana? Temen, sahabat, atau.. pacarnya?" Sergah Dava dengan nafas tersenggal. Ia tersenyum miring kearah Vino yang menatapnya datar.

"Kayaknya, gue udah gaperlu disini, gue balik kelas aja ya, bye El, gue DULUAN" sahut Dava lagi dengan tutur kata yang sangat manis.

Eliana meneguk ludahnya, apa Dava mendengar percakapannya dengan Vino tadi, terlihat dari wajah Dava, nampak bahwa pria itu kecewa. Tanpa babibu lagi, Eliana berlari untuk mengejar Dava, meninggalkan Vino yang menatap keduanya dengan tatapan tidak suka kepada Dava dan Eliana yang kini mengejarnya dan malah meninggalkannya.

"Dav, Dav tunggu Dav!" Seru Eliana sambil menggapai gapai punggung Dava yang menghilang di koridor kelas 10.

Eliana tertinggal cukup jauh, namun tak mengurungkan niatnya untuk tetap menemui pria itu, ia pun berjalan perlahan agar tidak mencurigakan dan tidak membisingkan kelas 10 yang sedang belajar. Sampai akhirnya tiba di kelasnya, Eliana berjalan menuju pintu kelas itu dan mengetuknya.

"Loh, Eliana? Bukannya tadi kamu ga enak badan, kenapa balik lagi kesini?" Tanya bu Rahma. Nafas Eliana tersenggal, ia gelagapan saat semua pandangan mengarah kepadanya kecuali Dava yang terlihat santai.

"Saya mau ngambil uang saya yang tadi di titipkan ke Dava, bu, untuk membeli sarapan untuk saya, bu, maaf, permisi" sahut Eliana sambil berjalan memasuki kelas dan menuju bangkunya.

"Kamu mau kembali lagi ke UKS, Eliana?" Tanya Bu Rahma yang sudah kembali ke kursinya.

Eliana menggeleng, "gausah bu, terlanjur. Disana juga saya sudah istirahat" dusta Eliana.

Bu Rahma mengangguk, "jika tidak kuat di pelajaran, kamu bisa izin untuk pulang, Eliana"

Eliana mengangguk lagi sebagai jawaban lalu menundukkan kepalanya diatas meja. Karena berlari dan akhirnya kelelahan, kepalanya jadi pusing, malah lebih pusing dari beberapa saat lalu di kelas.

Eliana menggoyang goyangkan lengan Dava lalu berbisik, "Dav, pusing Dav"

Dava menoleh, "gausah bohong deh. Kalo lo mau ketemu pacar lo langsung izin aja ke toilet"

Eliana menggeleng lemah, "tolong Dav, gue serius, ini sakit.." lirih Eliana sambil memegang kepalanya.

Dava menoleh, hendak membantu namun gengsi, sampai tiba tiba, Eliana beranjak dari kursinya dan berlalu ke luar tanpa izin ke bu Rahma yang mengajar di depan kelas.

Dava menatap pintu yang sudah tertutup dengan pandangan tak percaya, perasaannya tidak enak, "maaf bu, tadi Eliana minta izin ke toilet lewat saya. Saya juga mau izin lihat dia, bu, permisi" sahut Dava lalu melenggang meninggalkan kelas dan berlari menuju toilet wanita dan menunggu Eliana di luar.

"Huek.." terdengar suara dari salah satu bilik toilet wanita dan suara seorang gadis yang teramat ia kenali. Perasaan Dava berkecamuk, ia pun menoleh ke kiri dan kanan dan setelah dirasa aman, ia berjalan menuju bilik wanita tersebut dan menemui seorang gadis yang tertunduk di bawah westafel.

Dava mengenali gadis itu. Dia gadis yang duduk bersamanya di kelas, dan setelah melihat apa yang dikeluarkan Eliana, mata Dava langsung membulat begitu melihat cairan berwarna pekat itu meluncur dari mulut Eliana. Dava kini menoleh ke Eliana yang menahan sebuah sakit yang teramat luar biasa itu menyerang kepalanya.

Setelah membasuh cairan merah pekat itu dengan air keran dan mencuci mulutnya, Eliana berjalan tertatih keluar dari toilet lalu berjongkok begitu sudah berada di luar toilet.

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang