6 || Pergi

2.7K 140 0
                                    

"Suara kamu serak, kamu kenapa dek?" Tanya orang tersebut di dalam telfon membuat Eliana menangis kencang.

"Kak, hiks.. a.. aku.. aku.. mau ikut.. mau.. ikut.. kakak.. hiks.. hiks.." gagap Eliana yang sesenggukan.

"ta.. tapi-"

"Tolong kak, aku ga kuat, mereka ga peduli! Mereka sama sekali ga peduli! Hiks.. tolong jemput aku kak, aku mohon"

"tapi apa yang terjadi?"

"Kakak bakal kaget denger hal ini. Nanti aku ceritain, kakak jemput aku dulu!"

"Oke, kakak bakal nyelinap nanti"

"Kalo udah sampe, tolong kasih tau aku kak, aku muak disini!" Sahut Eliana lalu memutus sambungan telfonnya.

Eliana pun berjalan lemas menuju kamarnya, ia melihat semua yang ada di kamarnya. Sudut sudut ruangan yang selalu Eliana dan kakaknya main dulu, tempat dimana Eliana selalu menghabiskan waktu dengan orang orang tersayang nya dulu, tak terasa air matanya kembali mengalir melalui pipinya, Eliana pun berusaha kuat lalu menghapusnya kasar, ia pun segera mengambil koper besarnya di bawah lemari.

Eliana menyimpan koper tersebut di atas kasur lalu membukanya, koper kosong itu langsung diisi oleh baju baju dan peralatan lainnya yang Eliana punya, lalu menutup resletingnya setelah selesai.

Setelah selesai berkemas, Eliana kembali menahan nafasnya. Ia berjalan menuju meja belajar nya yang dibuat dari kayu jati membentuk sebuah meja yang pinggir nya tak beraturan agar dibuat seperti alami dan kursi yang juga dibuat dari kayu jati itu.

Dulu ia selalu senang begitu duduk di bangku ini, karena dengan duduk disini, ia akan dengan mudah belajar dibantu oleh keluarganya, namun tempat ini menjadi sebuah meja belajar biasa sekarang, tempat yang dulu mengasikkan menjadi tempat yang sudah tak dipakai lagi.

Eliana mengambil sebuah buku kosong lalu menyobek bagian tengahnya dan mulai menulis sebuah surat untuk kedua orangtuanya nanti.

'Mom, dad, aku ga tau saat aku udah nulis ini, mom sama dad bakal mendatangi kamar ku atau tidak. Aku berharap mom dan dad bisa membaca surat ini dan bisa sadar dengan apa yang aku ucapkan kemarin malam.

Aku berharap, mom dan dad membaca surat ini sebelum mom menandatangani surat cerai itu. Aku meminta kepada kalian untuk tak mencari ku saat aku pergi.

Aku akan pergi, ya pergi. Tak akan menemui kalian berdua lagi sebelum akhirnya kalian menyadari dimana kesalahan kalian sebagai orang tua. Sebelum aku kembali, aku ingin kalian membawa kak Faisal kembali ke rumah dahulu sebelum mengajak ku kembali.

Aku minta maaf atas perlakuan ku yang kasar kemarin, aku benar benar tidak bisa mengontrol emosiku. Semuanya keluar begitu saja. Aku tidak berniat menyakiti hati kalian berdua dengan omongan pedasku kemarin, aku hanya ingin semata mata kalian sadar akan kesalahan kalian. Namun perkataan kalian semalam sudah diambang batas. Kalian akan segera bercerai tanpa memberitahu kakak dan aku, bahkan kalian tidak meminta pendapat kami, apa itu ciri khas orang tuaku? Mengambil keputusan sepihak tanpa membicarakan nya dulu dengan orang yang bersangkutan?

Hah, sudahlah. Aku tidak ingin mood ku kembali buruk dan menangis kembali saat mengingat hal hal seperti itu. Terima kasih mom, dad atas semuanya. Aku sayang kalian, aku pasti kembali suatu saat nanti. Menjadi orang yang tidak dihina hina lagi dan diinjak injak lagi oleh orang lain. Aku berjanji bahwa aku akan bangkit, aku juga akan berusaha semampu ku untuk menjadi kebanggaan kalian kelak. Aku sangat menyayangi kalian, selamat tinggal.

Dari : Eliana Quietta
Untuk : kedua orang yang kusayangi

setelah selesai menulis suratnya, Eliana segera bergegas ke luar rumah untuk menemui kakaknya yang tadi sudah mem-misscall kepadanya. Setelah semua barangnya diperiksa dan tidak ada yang tertinggal, Eliana segera turun kebawah dengan langkah yang terdengar pelan dan hanya bisa di dengar oleh pemiliknya sendiri. Setelah memastikan semuanya aman, Eliana menarik kopernya lalu berjalan ke luar rumah untuk menemui kakaknya yang telah menunggu di mobil.

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang