17 || Penjelasan

1.9K 95 0
                                    

Eliana terkesiap, mengapa Dava menanyakan hal se-sensitif itu kepadanya? Padahal Dava tau akan keluarganya yang hancur bukan? Tapi terang terangan Dava malah bertanya tanpa ragu?

"El? El? ELIANA!!" Seru Dava.

Eliana terlonjak, ia pun menatap Dava yang menatapnya kesal, "apa?" Sahut Eliana datar.

Dava terdiam, Eliana berbicara seperti itu padanya? Apa dia marah karena ia bertanya hal seperti itu padanya? Uh.. tentu saja ia akan marah bukan? Dia sudah menyakiti hati Eliana, betapa bodohnya Dava.

"Eng.. so.. sorry El, maksud gue, gue bukan maksud buat.. buat lo sedih kayak gini. Maafin gue, kalo gue udah salah ngomong ke lo" sahut Dava.

Eliana menoleh lalu tersenyum tipis, ia pun menepuk nepuk pundak pria yang duduk di sampingnya, "bukan masalah, Dav. Cuman gue agak sensitif aja kalo ngebahas soal itu"

Dava tersenyum, "thanks. Eh, mau jalan gak?"

Eliana berfikir, "kemana?"

Dava menghendikkan bahu, "terserah lo"

Eliana memukul bahu Dava pelan, "lo yang ngajak kok jadi ke gue, sih!" Protesnya.

Dava tertawa, "haha oke oke, gimana kalo taman aja? Atau Cafe.. mungkin?"

Eliana berfikir, lalu mengangguk setuju, ia pun berdiri dan menepuk nepuk pundak Dava dua kali lalu segera pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.

"Dandan yang cantik yo!!" Seru Dava. Sedang, Eliana terkekeh mendengarnya.

Eliana pun bersiap dan berganti baju dengan sebuah kaos kebesaran berwarna putih yang panjangnya mencapai lututnya. Untuk rambutnya, Eliana biarkan digerai dengan hiasan bando berwarna hitam di kepalanya.

Sempurna.

Eliana pun berjalan keluar dari kamar untuk menemui Dava yang tengah memainkan ponselnya.

"Woy!" Sahutnya sambil menepuk bahu Dava.

Dava menggeram kesal, karena tepukan di bahunya, permainannya berakhir kan, uhh.. dasar menyebalkan.

"Bisa ga sih lo ga kaya gitu? Gara gara lo, games gue jadi kalah!" Sebal Dava sambil mengacak rambutnya frustasi.

Eliana mengangkat sebelah alisnya, "terus? Udahlah, ayo cepet! Pergi!  Nanti keburu sore!" Sergahnya sambil mendorong dorong tubuh Dava ke luar apartemennya.

Daca berdecak, "ah elah, gue bisa jalan sendiri!"

Eliana pun mengalah, lalu melepaskan dorongannya dan berjalan terlebih dahulu menuju ke luar apartemennya. Sedangkan Dava yang melihatnya hanya menggeleng gelengkan kepala, "dasar aneh"

*¤*

"Gue mau ngomong sama lo?"

Eliana mengernyit saat tangannya ditarik oleh pria yang kini berada di hadapannya. Wajahnya mengilatkan kemarahan pada Eliana. Eliana merasa takut tapi tidak mungkin juga kan ia harus memperlihatkannya kepada orang yang ada di depannya ini?

"Mau kemana-" belum sempat Eliana bertanya lebih lanjut, tangannya langsung ditarik oleh orang tersebut menuju gedung utama sekolah.

Eliana hendak berontak tapi melihat pria di depannya benar benar marah, Eliana hanya menurut saja.

"Maksud lo apaan sih?!" Sergah Vino dengan kilat marah yang bisa dilihat jelas.

Eliana mengernyit, "maksud? Justru gue yang harusnya tanya, maksud lo apa bawa gue kesini-"

"Gausah BEGO El, gue tau lo bahan bullyan di sekolah dulu. Tapi bukan gini caranya! Lo boleh bersikap bagaimanapun ke orang orang yang bully lo! Tapi jangan ke REZA sama NAUFAL juga!"

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang