27 || Bersama

1.7K 104 0
                                    

Eliana berjalan dengan bantuan kursi roda, menyebalkan, semua orang juga menatapnya aneh, tapi, Eliana indahkan, lututnya ia sengaja dibalut dengan sebuah perban yang sudah ditetesi betadine, sehingga menghasilkan bahwa Eliana baru mengalami kecelakaan, dan kening yang terpaksa ia tempelkan perban juga.

"El, lo kenapa?" Tanya seseorang. Eliana menoleh ke asal suara, dan mendapati Emma yang menatapnya ngeri.

Eliana benci ditatap seperti itu, itu sama saja bahwa Emma kasihan padanya.

Eliana memaksakan sebuah senyum, "ini? Gapapa kok. Gue jatuh dari tangga waktu itu, ya akhirnya gini. Lutut gue sakit, jadinya.. ya.. kepaksa pake kursi roda"

Emma tersenyum tipis, "ohh, oke.. gue anterin ke kelas ya" ajaknya.

Eliana menatap kursi roda yang ia pakai, lalu menatap Emma lagi sebelum tersenyum, "oke. Tapi gapapa?" Tanya Eliana ragu.

Emma menggeleng gelengkan kepalanya, "gue kan nawarin El, ya iyalah ga apa apa" sahutnya lalu mulai mendorong kursi roda menuju kelasnya.

"Kaki lo sakit banget ya, sampe harus pake kursi roda, emang tongkat ga bisa?" Tanya Emma sambil terus mendorong kursi roda Eliana.

Eliana gelagapan, "i.. itu.. kata dokter cedera nya cukup parah. Jadi ya.. gini, harus pake kursi roda. Sebenarnya gue udah nyoba pake tongkat, tapi ya.. ga bisa"

Emma mengangguk, "oh ya, rambut lo beda ya kaya biasanya, warna rambut lo ini warna nya item kelam. Tapi rambut lo kan coklat"

'Ya iyalah! Ini kan cuman wig! Lagian bawel amat sih!' Batin Eliana menggerutu.

"Ini.. gue cat rambut. Ya jadinya gini" balasnya berusaha tetap sabar.

"Tumben lo pake bando"

Rasanya Eliana ingin mengutuk Emma yang tak berhenti bertanya itu, ia sudah kesal dengan pertanyaan sebelumnya, tapi ia semakin dibuat kesal hari ini.

Eliana mendengus pelan, "Ya.. ini dikasih sama kakak gue" sahut Eliana malas malasan.

"Tap-"

"Gue duluan ya Em, ini udah di kelas. Makasih udah bantuin gue" potong Eliana cepat, dan tanpa menunggu apapun lagi, Eliana cepat cepat membawa kursi roda nya memasuki kelasnya.

Untung keadaan kelasnya masih kosong, ia jadi bisa berpindah kursi dan segera menyimpan kursi rodanya di lantai dengan posisi berdiri.

Tak lama setelahnya, murid murid lain pun mulai berdatangan dan saling menyapa Eliana bergantian. Dava juga datang, membuat Eliana menghela nafas lega.

"Loh, lo gapake ku-" buru buru Eliana menutup mulut Dava dengan kedua tangannya, karena hampir saja Dava memberitahu semua orang yang ada disana.

Eliana buru buru menyuruh Dava duduk lalu menunjuk kursi rodanya yang ada di bawah kakinya. Dava mengangguk sekilas akan hal itu, lalu memfokuskan dirinya ke ponsel yang ia ambil dari saku nya beberapa detik yang lalu.

"Untung sabar" gumam Eliana.

Dava menoleh, lalu mengendikkan bahunya acuh, saat ia tak sengaja mendengar gumaman Eliana.

*¤*

"Anak anak, setelah ini kalian ke lapangan ya, ada beberapa pengumuman yang harus kalian dengar disana!" Suara insterupsi dari bu Lisa terdengar jelas lewat telinga para murid kelas 11 IPS 1.

Eliana menganga, apa ia harus pergi kesana dengan membawa kursi roda? Dan Dava, ia sama sekali pergi begitu saja tanpa mendengar ucapan nya sama sekali. Bagaimana ini?

Eliana mencoba berdiri, walau kaki nya benar benar sangat sakit untuk digerakkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya, baru satu langkah, Eliana kembali terduduk dengan ringisan kecil.

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang