13 || Sebatas Sahabat

2.1K 110 3
                                    

"Ma.. maaf? Apa kata kakak?" Tanya Eliana yang mungkin ia telah salah dengar.

Reza mendesah, "oke.." jedanya, "gue mau bilang.. kalo.. gue.. maksud gue.. apa boleh gue cinta ke lo?"

Eliana meneguk ludanya gugup, ia saling menautkan jarinya, "eng.. gimana ya.. eng.. aku bukan mau sok jual mahal. Tapi ka, aku nganggep kakak itu sahabat sekaligus kakak aku. Bukan yang lain" ucapnya sambil menunduk merasa bersalah.

Jleb.

Sakit. Itulah kata yang pas dengan apa yang dirasakan Reza sekarang. Jadi begini ditolak oleh seseorang yang dicintainya, dulu, ia lah yang selalu menolak perempuan, dan sekarang ia yang ditolak. Uhh, menyakitkan.

Reza tersenyum paksa, "oke. Gapapa. Makasih atas kejujuran lo ya, dan maaf. Gara gara gue keadaan nya jadi.." gantungnya.

Eliana menengadahkan kepalanya lalu menggeleng, "nggak kak. Ayo silahkan dimakan" ucapnya sambil tersenyum lebar tanpa paksaan sekalipun.

Reza tersenyum simpul melihat ketulusan Eliana dalam tersenyum, namun di dalam matanya Reza bisa menangkap binar binar kekecewaan, kesedihan, dan kesakitan, yang Reza tidak tahu apa maksud binar itu.

*¤*

"Ini kaya gini, El" ujar Naufal sesabar mungkin.

Eliana menggaruk tengkuknya, ajaran kali ini sungguh menyulitkan dirinya. Benar benar memusingkan. Tapi, Eliana tidak ingin kerja keras Naufal dalam mengajarinya sia sia. Tidak mungkin kan jika Eliana berbohong, bisa bisa Naufal kecewa saat melihat nilai Eliana yang begitu buruk nantinya. Akan lebih baik Eliana jujur bahwa ia masih belum mengerti materi Matematika kali ini.

Eliana menjatuhkan kepalanya ke meja belajar Naufal. Ya, Eliana selalu belajar di rumah Naufal, karena ia kan tidak punya rumah lagi. Melainkan apartemen Faisal, itulah satu satunya tempat tinggalnya.

"Susah banget kak. Masa dari sini, ke sini, terus kali ini, bagi ini, terus sederhanain sih. Susah. Rumus matematika itu bukan satu atau dua, kak. Tapi banyak" sebal Eliana karena sedari tadi ia diberi contoh soal selalu Naufal yang mengajarinya setelahnya. Apalagi Eliana kan paling bodoh soal menyederhanakan bilangan. Menyedihkan memang.

Naufal menutup buku bukunya. Eliana mengernyit, lalu ia menoleh ke arah Naufal yang tanpa sengaja Naufal juga menoleh padanya. Mata mereka bertemu membuat Faisal salah tingkah, sedangkan Eliana mengenyit.

"Kenapa kak?" Tanya nya polos.

Naufal menepuk jidatnya, "gapapa" ucapnya sabar, lalu menarik pergelangan tangan Eliana menuju ke luar rumah.

"Kak, kita mau kemana?" Tanya Eliana saat mereka sudah sampai di garasi mobil.

Naufal menoleh ke belakang, mendapati Eliana yang menatapnya penuh tanya, "mau main. Menjernihkan pikiran lo yang udah jelek karena MATEMATIKA" tekannya.

Eliana menyengir lalu ikut masuk ke mobil Naufal. Ia pun menoleh ke arah Naufal yang sedang menyalakan mobilnya dan hendak mengeluarkan mobilnya dari garasi.

"Walaupun aku gapunya temen temen yang baik.. aku bersyukur punya sahabat yang paling aku sayangi kaya kak Vino, kak Reza, dan kak Naufal. Itu udah buat aku bisa tersenyum lagi. Terima kasih tuhan, atas kebahagiaan yang kau berikan" gumamnya.

Naufal menoleh, "lo ngomong ke gue?"

Eliana menggeleng, "nggak, aku lagi nginget nginget jadwal besok aja" ucapnya sambil tersenyum tulus.

Naufal mengangguk lalu mulai menjalankan mobilnya menuju jalanan ibu kota yang padat.

*¤*

"Makasih ya kak" ucap Eliana sambil menundukkan kepalanya ke jendela mobil Naufal.

Why Did Everyone Avoiding Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang