Aku ikhlas jika ini jalan terbaik, semoga dialah nama yang tertulis di Lauhul Mahfudzku
Prilly PoV
Aku mantapkan hatiku untuk menjalani pernikahan ini. Pilihanku bukan saja membantu menyenangkan orang tuaku tapi juga dapat mengurangi beban dosa yang mereka tanggung karenaku. Pernikahan adalah bentuk ibadahku terhadapNya. Ya Allah, ridhoilah pernikahanku kelak. Meskipun aku hanya menjadi kedua aku juga ingin pernikahan yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
"Nak.." suara bunda membuyarkan lamunanku
"Iya bunda, ada apa?"
"Di ruang tamu ada keluarga calon suamimu dan juga calon suamimu. Cepatlah temui mereka"
"Iya bunda. Bunda tunggu saja dibawah ya"
"Baiklah, jangan lama-lama"
Dengan memakai gamis peach syar'i dan hijab lebar yang biasa aku pakai, aku segera menuju ruang tamu. Sungguh, hati ini berdebar tidak karuan. Ini adalah pertama kali aku akan bertemu calon suamiku.
"Nah itu Prilly" ucap ayah sambil melihat ke arahku. Otomatis semua yang berada diruangan itu menoleh kearahku
"Assalamu'alaikum semua, maaf Prilly lama" salamku
"Wa'alaikumussalam. Subhanallah, cantik sekali kamu nak. Aku Resi, mamanya Ali calon suamimu dan calon mertuamu" ucap wanita paruh baya yang ternyata adalah calon mertuaku
"Terimakasih tante"
"Eitts.. kamu harus memanggilku mama. Karena sebentar lagi kamu akan menjadi menantu mama"
"Baiklah tan- eh maksud Prilly mama"ucapku dengan gugup
Aku melihat sosok ikhwan yang tegap berdiri dibelakang mama. Bulu mata lentik, tatapan tajam dan tubuh yang gagah. Astaghfirullah, aku segera menundukkan pandanganku. Bagaimana bisa aku memandang begitu lama ikhwan yang belum menjadi mahramku.
"Nah Prily, ini adalah Ali calon suamimu"
Karena aku dan Ali bukan mahram, kami berkenalan hanya sebatas senyum
"Kalian sepertinya perlu bicara agar saling mengenal. Ajaklah Finza agar kalian tak berkhalwat" ucap ayahku
Finza adalah anak dari tanteku yang kebetulan menginap dirumahku. Aku pun mengajak Finza dan Ali ke taman belakang rumah.
"Ayo Finza sayang, ikut aunty" sambil menggendong Finza. Ali mengikutiku dari belakang.
"Kamu main disini dulu ya sayang" dan diangguki oleh FinzaAuthor PoV
Selama beberapa menit, hanya keheningan yang menyelimuti Prilly dan Ali
"Apa yang membuatmu menyetujui pernikahan poligami ini?" Ali membuka perbincangan
"Saya ingin membahagiakan orang tua saya dan membantu melunasi hutang janji ayah saya kepada almarhum ayah kamu"
"Maaf, karena semua menjadi seperti ini"
"Tak perlu meminta maaf. Ini sudah menjadi suratan takdirNya"
"Jika kamu tidak berkenan dengan pernikahan ini saya akan membatalkannya"
"Jangan, janji tetaplah janji dan harus ditepati. Saya ikhlas menjadi isteri kedua kakak."
"Kakak?" tanya Ali sambil mengerutkan keningnya
"Iya kakak. Kakak tidak suka jika aku memanggil kakak dengan sebutan kakak?"
"Oh bukan begitu. Hanya saja terdengar aneh ditelingaku. Karena biasanya aku dipanggil mas oleh Qilla, istriku"
"Oh ya, dimana istri kakak?"
"Dia dirumah, sedang tidak enak badan"
"Syafakillah buat kak Qilla, laa basa thohurun in syaa Allah. Sudah mempunyai anak berapa?"
"Aamiiin, terimakasih Pril. Kami belum mempunyai momongan itu sebabnya juga mama mengharapkanku mau menikah denganmu, karena beliau ingin menimang cucu"
"Maaf kak, jika saya terlalu lancang bertanya seperti itu"
"Tak apa Pril"
"Jadi mama kak Ali mengharapkan cucu dariku? Apa aku bisa melakukannya sedangkan aku belum mencintai kak Ali?" tanya batin Prilly
Setelah obrolan mereka yang cukup panjang, mereka memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, karena makan malam akan segera dimulai.
Prilly PoV
"Ambilkan nasi ke piring calon suamimu, Pril" perintah ayahku
"Iya yah" aku segera mengambilkan nasi dan lauk ke piring kak Ali.
"Pernikahan akan dipercepat 2 minggu lagi nak" ucap mama kak Ali dan sukses membuatku dan kak Ali terkejut
Uhuukkk.. uhuukk
"Kalian ini, tersedak sampai kompak begitu. Apa mungkin kalian ditakdirkan berjodoh?" kali ini adalah suara bundaku
"Apa tidak terlalu cepat Bun?" tanyaku
"Melaksanakan niat baik tak boleh ditunda terlalu lama nak" jika ayah sudah berbicara maka tak ada yang bisa menolaknya. Baiklah dua minggu lagi aku akan menjadi seorang isteri kak Ali.
Setelah makan malam selesai, keluarga kak Ali pun pulang. Dan aku sekarang berada di gazebo merenungkan pernikahanku yang akan berlangsung dua minggu lagi.
Ayah menghampiriku dan menepuk pundakku
"Nak"
"Iya yah"
"Ayah tahu apa yang kamu rasakan sekarang ini. Sejujurnya ayah juga merasa bersalah. Andai saja ayah tidak menjanjikan apapun kepada almarhum Syarief pasti semua tidak akan seperti ini"
"Ssstt.. ayah tidak boleh berkata seperti itu. Prilly ikhlas menjadi isteri kedua kak Ali. Apalagi kak Ali orangnya kan baik, in syaa Allah shalih, menantu idaman ayah"
"Terimakasih nak, kamu telah membantu ayah melunasi hutang janji ayah"
"Tidak perlu berterimakasih yah, ini sudah kewajiban Prilly sebagai anak untuk membantu ayah dan bunda"
Ayah mengusap puncak kepalaku dan aku memeluknya. Sebentar lagi aku akan meninggalkan ayah dan bunda beserta rumah ini. Rumah yang 20 tahun menjadi saksi bisu tumbuh kembangku dan momen momen bersama keluargaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga yang Kedua
FanfictionMungkin, dialah yang dituliskan sang Maha Cinta di Lauhul Mahfudz untukku. Meskipun aku menjadi yang kedua untuknya ~Afsheenia Prilly Adeeva~ Pernikahan kedua yang tak pernah aku harapkan sebelumnya menjadikan aku seorang suami yang memiliki dua ora...