New Friends

569 78 31
                                    

Aku tak tahu apakah nasib tengah mempermainkanku saat ini. Kemarin, adalah tepat seminggu aku bekerja pada salah satu perusahaan finansial di Seoul. Dan aku sudah tak betah saja. Aku memang tipikal gadis pendiam, bahkan aku menyebut diriku sendiri adalah anti sosial.


Aku benci dengan interaksi. Kegiatan yang mengharuskan aku berhubungan dengan orang banyak tak kusukai sebenarnya. Banyak hal yang mendorongku menjadi seperti ini. Tumbuh dengan orang tua yang over protective, larangan ini-itu, bahkan aku harus home schooling karenanya.


Dan saat ini, aku diharuskan untuk bekerja yang membuatku banyak bertemu orang-orang baru.


Bukan masalah sebenarnya, lagi pula ini akan membuatku lebih terbuka akan dunia. Yang aku masalahkan adalah, teman pria yang bersebelahan dengan mejaku.


Park Jimin namanya, ia bilang sudah dua tahun bekerja di sana. Dan yang menggangguku adalah kebiasaannya.


Bukan hanya dia sebenarnya, dua orang lainnya yang kuingat bernama Seulgi dan Chan... Chanyeol bukan sih? Juga memiliki kebiasaan aneh.


Bukan tentang mereka yang cukup berisik ketika bekerja. Bukan pula tentang kegiatan bergosip yang sebenarnya cukup menggangguku. Namun kebiasaan makan mereka yang aneh. Mereka...memakan sesuatu yang tak lazim!


Pada waktu makan siang, mereka akan mengajakku pergi ke kantin perusahaan dan memakan bekalnya masing-masing di sana. Awalnya aku sedikit canggung harus berada di tempat ramai, namun ketika aku melihat bekalnya, salivaku tertelan begitu saja. Napasku tercekat dengan keringat yang sedikit demi sedikit mengucur.


Mereka menikmatinya. Menelan dengan nyamannya. Dan mencium aromanya seakan itu makanan layak. Aku bergidik ngeri mengingatnya.


Aku mulai berpikir, apakah ini alasannya kenapa mereka lebih memilih meja di pojok kantin?


Setelah kejadian itu, aku lebih memilih memakan bekalku di bilik meja. Kendati Park Jimin sialan itu masih saja memaksaku untuk bergabung dengannya. Ia juga terkadang ikut makan siang di bilik mejanya, yang bersebelahan denganku.


Dan demi Tuhan! Aku tak nyaman berada dengan radius sedekat itu.


Sepulangnya, mereka juga memaksaku untuk ikut dalam pesta minum yang diadakan di rumah Seulgi. Dan lagi-lagi aku melihatnya, mereka memakan makanan aneh itu.


Mengiris dagingnya lantas memanggang di atas bara api. Aku bergidik ngeri melihatnya. Aku bahkan hanya sanggup minum jus jeruk yang Seulgi sediakan untukku.


Setelahnya, aku berpamitan pulang lebih dulu. Tak lagi kuat melihatnya.


Kejadian itu terus berulang keesokan harinya, dengan seorang Park Jimin yang masih saja memaksaku untuk ke kantin.


"Ayolah, kau 'kan anak baru. Apa tak mau lebih mengenal orang kantor sini?" aku masih ingat rengekannya itu. Setiap hari Jimin akan datang dan mengatakan hal yang sama. Dan aku juga selalu menjawabnya dengan kalimat yang sama.


"Aku tak perlu mengenal mereka," Jimin akan berakhir dengan mendengus kesal dan kembali duduk pada mejanya. Membuka bekal dan ikut makan di biliknya—sama sepertiku.


Dia juga terkadang menawariku bekal yang ia bawa, dan sudah pasti aku akan menolak tegas itu.


Pernah suatu hari aku mengorek tempat sampah ketika Chanyeol membuang sisa makanannya. Aku mencari-cari dan menemukan tulang itu di sana. Napasku hanya tercekat sesaat lantas segera menuju mejaku.


Aku mengingat kenangan mengerikan itu lalu mengalihkan atensi pada komputer depanku. Surat pengunduran diri sudah rapi kuketik, tinggal mencetaknya saja.


Aku tak mau bekerja di sana lagi. Mereka membuatku gila dengan segala kebiasaan anehnya.


Aku beranjak dari kursi ruang kerja dan menuju dapur. Mengingat tentang kebiasaan makan mereka membuatku lapar juga.


Kubuka kulkas dan tersenyum senang mendapati berbagai bahan makanan yang membuat rasa laparku semakin membuncah.

Kubuka bagian freezer dan menemukan da—


Oh, ini daging bagian apa? Lengan milik bocah lima tahun tetangga ujung komplek atau paha tunawisma yang baru kudapat kemarin?


Aku mengangkat bahu tak perduli. Setidaknya, aku bisa makan-makanan lazim tak seperti teman-teman kantorku itu.


FIN


Komplit udah, kemarin judulnya Old Friend sekarang New Friends :"))

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang