Promise Me

233 42 16
                                    

"Yakin tak ikut denganku saja?" Aku menghela napas mendengar pertanyaan serupa yang Chanyeol lontarkan sebanyak lusinan dalam seharian ini. Pria itu tadi siang membawa bermacam-macam makanan serta menemaniku menonton film Hansel and Gretel di apartment.

Park Chanyeol enggan beranjak dari sofa kamarku kendati ponselnya tak berhenti berdering dari tadi. Panggilan dari atasannya, orang rumah, bahkan clientnya pun tak membuat ia beranjak.

"Ayolah, Chan! Aku ingin istirahat!" Pria itu tak bergeming. Tetap duduk bersila dengan tangan yang terlipat di depan dada. Belum lagi tatapannya yang begitu datar.

Aku bukannya tak suka dia berada di sini. Demi Tuhan, aku pasti akan menyuruhnya menginap kalau bisa. Tapi untuk malam ini, aku benar-benar tak bisa. Besok orang tuaku datang mengunjungi, aku bahkan tak bisa membayangkan reaksi Ayah jika mengetahui putri kesayangannya membolehkan seorang pria menginap di apartmennya.

Hey! Bisa-bisa penyakit jantung Ayahku kambuh dan jelas itu bukanlah sesuatu yang bagus!

"Ayolah Chan, besok orang tuaku akan datang. Aku tak mungkin membiarkanmu menginap di sini. Setidaknya untuk malam ini."

Nihil. Park Chanyeol yang keras kepala itu tak mengubah posisinya barang se-inchi pun. Membuatku jengah melihat kelakuannya.

"Oke-oke! Kau mau apa sekarang?!" Ia mendongak. Mengangkat alisnya sembari menatapku. Masih bersendekap, pria itu menanyakan hal yang sama lagi.

"Aku menginap di sini, atau kau menginap di tempatku. Pilih salah satu!" Dengan sembarang, kududukkan diriku di sampingnya. Menatapnya frustasi dengan napas yang berkali-kali kuhela.

"Tidak keduanya, Channie! Ayolah jangan kekanakan!" Aku tak tahu bagaimana lagi membujuknya. Ini bukan seperti biasanya. Pria itu tak pernah merengek seperti ini sebelumnya.

"Memang kau tak takut, Sweetie? Kau tak takut kalau penyihir akan datang menemuimu? Seperti yang ada di film tadi!"

Mataku berotasi mendengar hal itu. Park Chanyeol, dua puluh lima tahun, seorang Arsitek muda yang penuh daya khayal tinggi. Jangan heran, dia dari dulu memang selalu menanggapi hal dengan berlebihan.

"Astaga Chanyeol itu hanya film! Jangan gunakan alasan konyol semacam itu lagi! Aku mau tidur, sungguh."

Mataku memohon padanya. Berharap ia akan luluh melihatku begini. Hingga bisa kulihat, Park Chanyeol yang menghela napasnya.

"Baiklah-baiklah aku akan pergi!"

Aku segera menghambur ke pelukannya lalu mengecup pipinya singkat.

"Maaf ya, ini cuma sehari, kok!" Chanyeol hanya bergumam sambil menganggukkan kepala. Ia lantas menatapku sebentar lalu menghela napasnya, lagi.

"Benar tak apa-apa?" Aku menggelengkan kepala dan merapikan kerah kemeja Chanyeol yang sedikit berantakan.

"Tidak apa-apa, sungguh."

Park Chanyeol makin menatapku intens. Pria itu menampakkan wajah yang kecewa sebagai usaha terakhir demi membujukku.

"Kau tak menyesal?"

Aku hanya mengernyitkan dahi lalu memandangnya remeh. Apa yang perlu disesali? Toh, esok hari aku masih bertemu dengannya.

"Tidak akan, Sayang. Kau itu kenapa, sih? Kita bisa bertemu dilain waktu. Menghabiskan waktu bersama pula, kenapa begitu khawatir?" Chanyeol sebenarnya selalu khawatir tentang banyak hal. Tapi kali ini adalah kali pertama ia berlebihan seperti ini.

Berlebihan itu tak bagus 'kan?

"Aku hanya khawatir saja."

Lihat 'kan? Dia itu memang berlebihan dengan segala hal bernama kekhawatiran. Membuatku harus berkali-kali memberikan pengertian padanya.

"Sudahlah, aku hanya akan pergi tidur setelah ini. Tak perlu ada yang dikhawatirkan!"

Kudorong punggung Chanyeol menuju pintu kamar. Membukanya dengan tak sabar lalu menarik pria itu menuju pintu depan.

"Hey! Jangan menarikku seperti ini, aku bisa jalan sendiri!"

Tangannya kulepas ketika telah sampai di depan pintu. Membuat pria itu menatapku tak suka.

"Aku akan beristirahat setelah ini, aku janji!" Park Chanyeol tak bereaksi. Ia justru mengunci pandanganku dengan tatapan mendalam darinya.

Aku juga mendengar tarikan napas darinya sebelum ia meraih kedua lenganku.

"Oke, aku akan pulang setelah ini." Senyumku terulas. Akhirnya, ia menyerah juga!

Park Chanyeol lantas mendekat dan meremas kedua lenganku. Mata pria itu terpejam sesaat sebelum kembali menatapku.

"Aku akan pulang tapi berjanjilah satu hal padaku," ujarnya dengan yakin. Membuatku makin mendekat ke arahnya. Menatapnya penuh minat dari bawah dagunya.

Park Chanyeol makin meremas kedua lenganku sebelum mendekatkan wajahnya pada telinga kiriku.

"Berjanjilan padaku, jangan pernah mengintip ke kolong ranjangmu barang sebentar pun..."

Chanyeol menghentikan kalimatnya sesaat guna mengambil napas sebelum melanjutkan..

"...karena dia tak suka diperhatikan."

Bisikan dari Chanyeol barusan membuatku terdiam. Keringatku mendadak bercucuran dengan jantung yang sekarang menampakkan debaran abnormalnya. Belum lagi napasku yang tiba-tiba tercekat.

Aku bahkan hampir limbung jika saja Chanyeol tak mendekapku.

Sial! Aku lupa kalau Chanyeol itu Indigo!



FIN


Sebelum tidur jangan lupa cek kolong kasur yaa :')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang