Don't Cry

419 68 26
                                    

Don't cry, I'm here for you


Rintik hujan pagi ini seolah ikut mengantar kepergianmu. Tangis air mata dari orang terdekat mengisi keheningan pemakaman ini.

Kutatap gundukan tanah di depan dengan pandangan kosong. Air mata tak pernah berhenti mengalir sedari tadi.

"Sudahlah, jangan menangis Sayang. Semuanya akan baik-baik saja," tangisku semakin kencang kala mendengar itu. Ibu mengelus kepalaku dan memberikan pelukannya.

Di sana, keluarga beserta temanmu datang untuk memberikan doa. Tetangga juga orang yang tak pernah aku lihat turut mengiringimu menuju peristirahatan terakhir.

Beberapa temanmu juga temanku berusaha menenangkan dengan berbagai cara. Mereka mengusap air mataku, memelukku, bahkan menyalamiku kala tangan ini tak berhenti bergetar sedari tadi.

Beberapa menatapku iba, beberapa menguatkanku. Mencoba menghiburku.

Samar-samar kulihat kau berdiri di sana. Menatap batu nisan lantas membungkuk sebentar, seolah memberikan penghormatan. Aku tahu, itu hanya ilusi saja. Tapi tak apa, setidaknya aku masih bisa melihatmu di sini.

Kau menoleh ke arahku, lalu tersenyum tipis. Dan perlahan menghilang, menyisakan derai hujan yang mulai mereda.

Kutenggelamkan wajahku pada kedua tangan. Mulai menangis lagi.

Mereka mengerubungiku. Memberikan kata-kata semangat. Ayah mengelus lenganku, Ibu memelukku, serta teman-temanku menyemangatiku.

"Kuatkan dirimu."

Aku mendongak kala mendengarnya. Dengan mata memerah karena air mata, kuteliti siapa yang berada di hadapanku.

Dan tubuhku jatuh begitu saja ke pelukannya. Menangis dengan keras di sana.

"Dia pergi Hun, dia sudah pergi."

Kurasakan gerakan-gerakan halus dari tangannya yang mengusap lembut punggungku. Dengan menahan tangis, ia juga turut menenangkanku.

"Kau juga harus kuat Tiff. Jangan menangis, aku ada di sini untukmu," samar-samar kudengar orang di sekelilingku menyuruh agar aku berhenti menangis. Mereka bilang, kau tak akan suka jika aku menangis sedih untukmu.

Kata-kata manis terucap dari mereka. Pelukan juga kasih sayang mulai mereka berikan.

Aku kembali menangis mendengar itu semua.

Menangis bahagia lebih tepatnya.

Aku senang karena pada akhirnya semua kasih sayang dari orang terdekat ini aku dapatkan. Terutama dari seorang Oh Sehun.

Kutenggelamkan kepalaku pada dada bidangnya.

Jika tahu begini, seharusnya kubunuh saja Irene sejak dulu.

FIN

Kusayang Airin padahal :")

Btw, ceritanya gacocok sama covernya masa :"")

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang