[Christmas Edition] - Meet You

182 33 2
                                    

Dua puluh empat Desember. Seharusnya aku masih berada di rumah, menghias pohon natal atau paling tidak membungkus kado untuk esok hari, bukannya di sini, di kursi taman kota dengan mantel tebal membungkus tubuhku.


Kepulan asap akibat hawa dingin terus menerus terembus dari bibirku. Kristal putih itu juga kembali berjatuhan kali ini, setelah sore hari tadi membuatku sedikit kerepotan karena jalanan mendadak licin.


Mengobservasi keadaan sekitar, aku lega ada begitu banyak orang di sini. Menandakan aku masih terkategorikan manusia normal yang pergi keluar rumah sehari menjelang hari natal.


Beberapa dari mereka membawa keluarganya, sebagian lagi pergi bersama pasangannya.


Dan diriku? Kulirik kursi panjang di samping kananku lantas menghela napas dalam. Kau, seharusnya ada di sini 'kan?


Atensiku kembali tersita pada beberapa anak kecil yang berlarian dengan begitu riang. Saling berteriak dan juga tertawa, sedang di ujung sana, sekumpulan orang dewasa mengamatinya dengan senyuman teduh.


Di bagian lain dari taman ini, aku bisa menemukan sebuah pohon yang dihias dengan sedemikian rupa. Membuatku teringat padamu. Pada dirimu, yang akan menatap dengan begitu lama karena kagum akan kerlap-kerlip lampu natal.


Atau, pada boneka kecil yang terbuat dari salju di sana itu. Kau dulu akan memaksaku untuk membuka sarung tangan demi membuat boneka seperti itu dan menghiasnya dengan ranting-ranting pohon.


Atau juga, aroma kue jahe yang kali ini menginvasi indra penciumanku. Kau akan merengek membeli kue jahe meskipun aku bisa membuatkannya untukmu.


Aku menghela napas berat setelahnya. Tak kusangka, aku kembali merindukanmu setelah sejauh ini.


Mantel coklat yang membungkusku kueratkan demi mendapat kehangatan lebih. Surai panjangku juga kebersihkan dari sekumpulan salju yang berjatuhan.


Jika saja ada di sini, kau pasti akan memelukku erat dengan ungkapan-ungkapan manis terucap pada bibirmu. Kita akan berbagi kehangatan bersama hingga membuat semua orang di dunia ini iri karena melihatnya.


Arloji di tanganku kini kuperhatikan dengan seksama. Oh, sudah waktunya ternyata. Sudah waktunya aku pergi, atau sudah waktunya kau kembali?


Berikan aku jawabannya.


Aku lantas berdiri seusai mengalami pergulatan batin yang cukup hebat. Dengar, merindukanmu itu cukup sulit. Jadi, kuharap kau tak akan keberatan jika akhirnya aku lebih memilih untuk menemuimu lagi. Kendati kau telah meninggalkanku.


Jika kau tak kembali padaku, ijinkan aku yang kembali padamu.


Helaan napas kembali terembus sebelum aku melangkah meninggalkan taman. Menyusuri jalan setapak menuju pinggiran kota.


Senyumku terulas dengan langkah kaki yang begitu ringan. Ingatan-ingatan tentang kebersamaan kita dahulu kembali terputar di otakku. Menambah kesan bahwa aku begitu merindumu.


Pikiranku melayang dengan segala hal kemungkinan yang ada. Bagaimana denganmu nanti? Akankah kau senang jika kita bertemu lagi? Atau justru, kau menolak kehadiranku karena telah menemukan pengganti?


Apapun itu, aku penasaran!


Rasa membuncah di dadaku kembali bergeliat kala melihat hiruk pikuk kota di malam hari ini. Suara kendaraan yang mendominasi membuatku semakin tak sabar untuk menemuimu.


Bagaimana kabarmu?


Apakah kau tengah mempersiapkan perayaan natal sekarang?


Jika iya, bolehkah aku bergabung denganmu? Sekedar membantu untuk menata berbagai kado di bawah pohon natal.


Realita kembali menyadarkanku. Aku mengobservasi sekali lagi area sekitarku. Ramai, padat, dan aku menyukainya.


Zebra cross di hadapanku itu masih penuh oleh para pemilik kendaraan. Orang-orang yang ingin menyebrang saling berdesakan guna mendapat tempat terdepan.


Hingga lampu pejalan kaki berubah warna menjadi hijau, ratusan orang saling bersebrangan. Jantungku kali ini semakin memberikan debaran yang begitu keras.


Para pejalan kaki semakin menyusut hingga kini hanya diriku yang berdiri sendiri di sini. Lantas, lampu kembali berubah warna menjadi merah dan para pemilik kendaraan yang berganti menginvasi jalanan.


Dan seolah menunggu untuk sekian lama, aku berlari dengan begitu semangat ke arah jalanan sebelum akhirnya sebuah mobil menghantamku.


Tubuhku terlempar cukup jauh sebelum terjatuh membentur aspal. Aroma anyir darah yang keluar dari kepalaku begitu mendominasi. Suara teriakan dari pejalan kaki juga begitu jelas kudengar.


Aku tersenyum kala mendapati langit malam yang bertabur bintang kali ini. Seolah, mereka merestuiku untuk segera bertemu denganmu.


Para pejalan kaki berkumpul di sekitarku. Mereka berteriak, menanyakan keadaanku, hingga mengharap bantuan pada yang lainnya.


Aku tersenyum samar mendengarnya. Suara orang-orang yang mengelilingiku seolah menjadi pengantar tidur kali ini. Begitu merdu, hingga perlahan menghilang dari runguku. Mataku begitu berat, dan rasa kantuk yang hebat segera menyerangku.


Senyum tipis kuulas sebelum akhirnya kupejamkan mataku untuk selamanya.


Tunggu aku. Sebentar lagi, kita akan segera bertemu, Oh Sehun.



FIN


Merry christmas bagi yang merayakan 😘

Kalo udah natal gini, itu tandanya film Home Alone dari yang pertama sampai keempat akan menginvasi tv kalian guys 😂✌

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang