Order

823 105 32
                                    

Siang itu, kala kedai kopi tengah ramai-ramainya, Tiffany Hwang menjatuhkan pilihan pada meja di luar ruangan. Berhadapan langsung dengan jalan raya.


Menghampiri meja sembari membawa frappuccinonya, gadis itu berjalan dengan anggun. Lantas duduk dengan tenang. Udara kali ini tak terlalu panas hingga ia tak perlu khawatir akan sengatan sinar matahari.


Ia bukanlah peminum kopi ulung sebenarnya, tapi barista di sini sudah hafal betul jam-jam kapan gadis itu akan mengunjungi. Efek terlalu seringnya ia datang, mungkin.


Tiffany tersenyum kala lagu In Love milik A Himitsu mengalun memenuhi pendengarannya. Lagu yang beberapa waktu terakhir ini menjadi favoritnya.


Atensinya tersita ketika seorang barista menyajikan secangkir latte padanya.


"Milik siapa?" barista tersebut tersenyum hangat setelah menyelesaikan tugasnya.


"Milik nona, seseorang memesankannya untukmu." dan tinggallah Tiffany sendiri. Dengan secangkir latte di mejanya. Matanya memicing kala melihat sebuah note tertempel di bagian lain cangkirnya.



'Kau cantik'



Gadis itu tersenyum. Mungkin hanya orang iseng, pikirnya. Tiffany lebih memilih fokus pada frappuccinonya ketimbang latte di hadapannya. Seolah tak memiliki hak untuk sekedar mencicipi.


Menghabiskan beberapa waktu hanya untuk bersenandung mengikuti lagu, barista tadi kembali menghampiri mejanya. Membawa piring berisikan sepotong pie susu yang terlihat menggiurkan. Tiffany mengernyit.


"Apa lagi ini?" barista wanita itu tersenyum tipis.


"Aku hanya mengantar pesanan, nona."


"Tapi aku tidak memesan!" Tiffany sedikit gemas juga saat ini.


"Seseorang memesannya untukmu," lantas barista itu beranjak dari sana. Meninggalkan Tiffany yang masih ternganga. Gadis itu mengalihkan perhatian pada penjuru kedai. Mulai mengobservasi dan mencari kali saja menemukan orang iseng yang memberinya pesanan-pesanan ini. Namun sayang, tak ada orang yang mencurigakan baginya.


Atensinya ia alihkan kembali pada pie susu tadi. Dan lagi-lagi note itu tertempel di bagian lain piringnya.



'Boleh berkenalan?'



Gadis itu menghela napas lalu menjauhkan piringnya agar lebih ke pinggir. Tak terlalu tertarik lagi mengingat note-note iseng yang ia terima.


Tiffany mengeluarkan sebuah buku lantas menuliskan ide-ide yang muncul di kepalanya. Ia seorang penulis amatir sebenarnya. Berharap sebuah debut sebagai penulis profesional segera ia dapatkan.


Langit mulai menggelap dan cuaca mulai tak bersahabat. Tetesan-tetesan air itu membuat Tiffany panik bukan kepalang. Bukunya, kopinya, dan mungkin...notenya?


Ia harus segera menyelamatkan itu semua.


Ia tak mau membuat basah bukunya.


Ia tak mau membuang kopinya.


Ia tak mau notenya lu—


Ohh, sudah berhenti?


Gadis itu tak mendapati tetesan-tetesan air membasahi tubuhnya lagi. Kendati suara hujan masih terdengar jelas.


Tiffany lantas mendongak. Sebuah payung berwarna biru melindunginya. Di sertai seorang pria tinggi yang tengah tersenyum ke arahnya.


Gadis itu ikut tersenyum pula. Manis, batinnya.


Lalu, tangan kanan itu terulur. Mengajak Tiffany untuk berjabat tangan.




"Aku Kim Taehyung, kau siapa?"




FIN

Ini fluff bukan sih? 😧

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang