Fair

273 55 39
                                    

Karena nyawa, juga harus dibalas dengan nyawa





Park Chanyeol kini hanya menatap dingin keadaan ruang keluarga yang berada di hadapannya. Genangan darah juga beberapa potongan tubuh menjadi pemandangan tak biasa kali ini. Oh tentu saja, ia sadar penuh dengan apa yang terjadi kali ini. Park Chanyeol telah membunuh, ia tahu itu.


Pria itu lantas berusaha berdiri dan berjalan pelan menuju tengah ruangan. Kemeja putihnya telah berubah warna menjadi merah pekat. Aroma anyir yang mendominasi tak lagi mengganggu baginya.


Dengan begitu santai, ia melangkahi bagian tubuh yang berserakan, lalu berhenti tepat di samping sofa. Tempat di mana terdapat kepala yang masih segar di ingatannya bagaimana ia memenggalnya tadi sore.


Park Chanyeol lalu menutup matanya sejenak dan air matanya keluar perlahan.


"Maaf..." ujarnya perlahan. Kata itu berulang kali ia ucapkan sebelum ia terjatuh lalu bersimpuh di hadapan kepala hasil karyanya.


Ia menangis dengan keras selama beberapa menit, lalu membawa kepala itu dan bangkit meninggalkan ruang tengah.


Perlahan tapi pasti, ia meniti tangga sembari menenteng kepala. Beberapa kali ia mengusap air matanya kasar. Sedikit perasaan bersalah mulai menggeluti batinnya.


Tiba di tangga paling atas dan dihadapkan oleh sebuah pintu berkayu, Park Chanyeol mendorong pelan dan mulai memasukinya.


Suasananya begitu dingin, sedingin hatinya sekarang. Mata sayunya mulai menilik ranjang besar yang berada di tengah ruangan. Dengan seorang wanita yang terbaring rapi dengan pakaian putih yang dikenakannya, kulitnya juga putih pucat.


Park Chanyeol melangkah hati-hati mendekati ranjang dan tersenyum sesampainya di sana.


"Tiff..." ia berujar lirih lantas merapikan poni yang menutupi wajah ayu wanita di hadapannya.


"Tiff, kau pasti senang 'kan?" pria itu lalu tertawa kecil.


"Aku sudah membunuhnya Tiff, membunuh dia yang telah membunuhmu juga. Kau... Pasti bangga denganku, 'kan?"


Chanyeol lantas mengangkat kepala yang sedari tadi ia bawa. Kepala yang jauh lebih kecil dari kepalanya itu telah membiru. Kendati begitu, masih terlihat jelas beberapa bagian wajahnya begitu menyerupai Chanyeol, seperti telinga juga bibir. Sedangkan mata dan hidung, Chanyeol asumsikan lebih menyerupai Tiffany.


"Tiffany, bayi keparat ini bisa hidup sedangkan kau harus mati demi melahirkannya. Jadi aku membunuhnya sekalian."


Chanyeol meletakkan kepala bayinya di samping Tiffany lalu mengelus lembut pipinya.


"Karena Sayang, jika mata dibalas dengan mata, tangan dibalas dengan tangan, maka nyawa juga harus dibalas dengan nyawa."


Pria itu lantas tersenyum lalu mencium kening Tiffany. Ia arahkan wajahnya ke telinga wanita itu dan membisikkan sesuatu di sana.


"Aku hanya bersikap adil, kau tahu? Selamat malam Sayang."


FIN



Jadi awalnya mau bikin fict yg fluff kiyoot gituu, tp entah kenapa yg keluar justru beginian '-'

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang