Witness

335 52 8
                                    

Malam itu, kala cuaca sedikit dingin dan berangin, Do Kyungsoo pergi keluar dari flatnya untuk membuang sampah. Suasana sepi dari komplek tempat tinggalnya itu harus terganggu ketika ia melihat dua orang yang terlibat adu mulut. Matanya memicing untuk memastikan, cahaya di sekitar flatnya ini remang-remang, sulit baginya untuk melihat jelas keadaan saat itu. Belum lagi kacamata bulat miliknya telah ia tanggalkan sebelum keluar flat tadi.


Ia melihat dalam minimnya pencahayaan, seseorang tengah mengangkat tangannya dan berayun menuju ke arah bawah. Dan setelahnya, terdengar teriakan yang ia yakini suara seorang wanita. Kejadian itu terus berulang hingga lebih dari tiga atau empat kali, seingatnya.


Do Kyungsoo berteriak dan mendekati dua orang itu, salah satunya berlari menjauh kala melihatnya. Dan pria itu hanya bergidik ngeri melihat apa yang ia temukan.




"Lalu?" Kyungsoo menatap resah wanita di depannya. Tangan pria itu bergetar dan napasnya memburu.


"Aku...aku melihatnya. Wanita itu, te-tewas. Ada darah, seluruhnya merah, ak-aku jadi pusing melihatnya. Ak—"


"Katakan dengan jelas Tuan, jangan gugup!" wanita cantik di hadapannya memberikan penekanan, membuat Kyungsoo merasa terintimidasi. Matanya lantas mengobservasi keadaan sekitar, tak ada apa-apa di sana. Benda mati yang dapat ia temui hanyalah meja, gelas karton berisikan kopi, juga kursi yang ia duduki. Atensinya lalu ia alihkan kembali pada orang di depannya.


"Aku melihatnya...sa-sayatan itu, me-memanjang dari dada hingga ke perut. Aku bahkan bisa melihat darah yang masih mengalir. Lalu, lalu aku menelponnya. Polisi, aku menelpon Polisi setelah itu."


Wanita di depannya menatap tajam Kyungsoo, lantas mengangguk setelahnya.


"Lalu, apa yang terjadi setelahnya? Kau melihat atau mendengar sesuatu?" Do Kyungsoo mengerjapkan mata lantas mengambil gelas kartonnya, meminum isinya sedikit.


"Y-ya aku mendengar sesuatu. Suara motor, milik pengantar pizza kurasa. Aku melihatnya dari kejauhan, meninggalkan komplek." wanita di hadapannya menghela napas sebentar sebelum mengaitkan jemarinya. Lamat-lamat ia menatap mata resah Kyungsoo.


"Apa kau mengenal korban?"


"Tidak!"


Reaksi cepat dari Kyungsoo membuat wanita itu mengernyitkan dahi.


"Benar kau tidak mengenalnya?" Kyungsoo yang mendengar itu lantas menatap nyalang.


"Apa maksudmu? Kau tidak sedang menuduhku 'kan?" wanita itu tersenyum tipis.


"Siapa tahu? Reaksimu menunjukkan hal yang berbeda." Kyungsoo menunduk dan mengatur napasnya yang kembali memburu.


"A-aku, ak-aku benar-benar tak mengenalnya, sungguh. Ak-




BRAKK




Kyungsoo hampir saja berjingkat kala mendengar gebrakan meja yang di lakukan oleh orang di hadapannya.


"Jangan gugup! Kau itu bisa akting tidak sih?"


Pria itu menghela napas lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi. Matanya menatap datar ke arah wanita depannya. Tangannya lantas tergerak mengambil kacamata bulat yang ia sematkan di kerah depan kaosnya.


"Aku harus bagaimana lagi?"


"Natural! Aktingmu itu buruk sekali! Kau mau Polisi menangkapmu, hah?" wanita itu mendengus pelan sebelum kembali duduk.


"Dengar, semua bukti telah aku singkirkan. Kau harus bisa meyakinkan mereka dengan cerita karanganmu itu, kita sudah berlatih sekeras ini. Polisi akan tiba dalam sepuluh menit dan kau harus bersiap untuk semuanya."


Kyungsoo menunduk sebentar lantas tersenyum tipis. Ditatapnya mata indah di hadapannya itu.


"Terima kasih Tiffany."


Ia menjeda sejenak sebelum melanjutkan.


"Dan maaf, seharusnya aku bisa menghabisi Luna sebelum ia sempat menelfon Polisi."



FIN


ugh, kesayangan aku Do Kyungsoo 😘😘

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang