Without Him

333 51 54
                                    

Park Jimin menghela napas kasar melihat pemandangan di hadapannya. Area pemakaman yang persis di belakang komplek tempatnya ia tinggal itu tampak sepi pada sore hari ini. Sedangkan tak jauh darinya, Tiffany Hwang yang masih berbalutkan seragam sekolah, meraung-raung tak jelas demi menangisi satu makam yang masih baru.


Bukannya tak mau bersimpati, tapi Park Jimin mencoba tahu diri. Apapun yang ia katakan, tak akan didengarkan oleh gadis itu. Tiffany pasti akan berdalih bahwa Jimin tidak tahu apa-apa tentangnya, jadi ia hanya akan diam. Tak mau memposisikan dirinya menjadi orang yang serba salah.


Tiffany masih meratapi makam yang bahkan usianya belum ada sehari itu. Bunga yang tertabur rapi pagi tadi, telah menjadi tak beraturan. Sepintas, seperti ada yang mengacak-acak, yang tak lain dan tak bukan seorang Tiffany lah yang menjadi pelakunya. Gadis itu masih menangis, meskipun tak separah tadi.


"Kita baru bersama selama satu tahun tapi dia meninggalkanku, bukankah dia kejam?" Jimin meringis mendengarnya. Baginya, gadis di hadapannya itu terlalu berlebihan. Dan ia tak suka itu.


Park Jimin melangkah mendekat, helaan napas berat terhembus begitu lancar kala ia telah berada di samping Tiffany.


"Aku terakhir bertemu dengannya kemarin sore, dan...dan pagi ini..."


Tiffany kembali menangis. Telapak tangannya menggenggam kuat tanah makam. Jimin kembali mendekat lalu meletakkan baby's breath yang-sangat-terpaksa ia beli dengan uang sakunya sebelum kemari tadi.


Lamat-lamat ia mengamati Tiffany dari samping, memastikan apakah temannya itu berada dalam keadaan yang cukup baik untuk ia ajak pulang.


"Bagaimana bisa aku tanpanya, Jim?"


Kembali, sikap Tiffany barusan begitu hiperbola di mata Jimin. Ia lantas mendongak dan memperhatikan langit jingga yang mulai mendominasi. Ia harus segera pulang, bisa-bisa Ibunya khawatir nanti.


"Aku bahkan tak sempat mengucapkan salam perpisahan dengannya. Tak mengantarnya ke pemakaman tadi pagi, aku...aku..."


"Tiff..."


Gadis itu bergeming, masih betah menatap nanar makam di hadapannya.



"Lagipula itu hanya anjing, aku akan membelikannya lagi untukmu nanti. Jadi, ayo kita segera pulang, aku tak mau dimarahi Ibu."


Tiffany mengusap wajahnya kasar lalu mendekap tas totoronya erat. Mata sembapnya menatap netra jernih milik Jimin.


"Janji ya Jim belikan aku pengganti Prince!"


Park Jimin mengangguk pasrah. Oh, tamatlah sudah uang sakunya, memang membeli anjing itu murah? Lagipula, apa yang bisa diharapkan dari murid kelas empat sekolah dasar sepertinya? Tak ada!


FIN


Hehe lagi gabut ajasih :")

Btw, SMTown hari ini ada exofany moment gasih? '-'

NorepinephrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang