Invasi udara dingin mengurungkan niatan awal Sooyeon untuk menurunkan kaca jendela mobil, terlampau menusuk untuk ukuran siang menuju sore. Tidak sehat juga untuk kondisinya.
Sesaat, ia menoleh Chanyeol yang tengah mengemudi. Kakaknya itu kini berubah bak supir pribadi saja, antar jemput kegiatan kampusnya. Padahal, Namjoon berulang kali menawari tugas itu karena memang mereka berada di kampus yang sama, walau dengan fakultas berbeda.
"Yeol, aku rindu ibu." Sooyeon berucap pelan dengan arah fokus yang belum berubah, menatap Chanyeol.
Senyum tertahan terpatri di wajah tirus sang kakak, "Aku pun, merindukan ibu seperti suatu keharusan bagiku."
"Kadang aku iri padamu, Yeol. Lima belas tahun, sedang aku hanya punya dua belas tahun." Sooyeon tersenyum kecut, mengalihkan pandangnya pada hamparan antri lampu lalu lintas. Crowded.
Sentuhan hangat dari telapak tangan besar Chanyeol menyapa kening Sooyeon pelan, sebelum akhirnya menarik dagu runcingnya guna kembali menghadap sang kakak.
"Ayah lah yang jauh lebih beruntung dalam ukuran waktu." Chanyeol sedikit membenarkan kerah bomber yang adiknya kenakan, "Jangan pikirkan apapun yang membebani mu, toh ibu selalu memberikan cinta yang sama besar meski kita punya porsi yang berbeda untuk waktu bersama."
Sooyeon tersenyum, membenarkan sekaligus mengamini apa yang Chanyeol ucapkan. Ya, karena ibu begitu tulus untuk cinta dan kasihnya.
"Yeol, apa iri itu manusiawi?"
Sooyeon kembali bersuara ketika mobil melaju pelan melewati garis batas pemberhentian lampu merah.
Chanyeol terkekeh, walau Sooyeon sudah melewati usia 20 tahunnya pertanyaan polos masih saja jadi kebiasaan si bungsu kesayangan.
"Kau manusia, jadi tentu saja manusiawi. Kita bukan bangsa malaikat yang diciptakan tanpa nafsu, Yeon. Iri, marah, cemburu, bahagia, manusia punya emosi yang beragam untuk menunjukkan bahwa ia manusia."
Getir Sooyeon tersenyum. Kembali mengamini ucapan si sulung.
"Jadi ini sikap yang manusiawi?"
Gadis itu tutup mulut, kembali meniti jalanan yang beberapa sisinya terlihat ditumpuki gundukan putih.
Teringat ia akan interaksi singkatnya dengan lelaki Illsan itu satu jam yang lalu.
"Yeol, aku mau pasta."
________________
Chapter 6
xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Love Song (ON HOLD)
FanfictionInginku adalah agar semuanya tak berubah. Akan dan selalu sama. Karena sungguh, perubahan membuatku canggung bahkan untuk sekedar bernapas saja. -knj-