Memasuki minggu kedua Desember udara kian menusuk dengan dingin yang kentara. Bahkan surya saja sudah kehilangan banyak kuasa atas langitnya. Huh, abu awan terlalu cepat menginvasi. Salju saja sudah diturunkannya lebih awal, rasa-rasanya dampak cilimate change begitu nyata di depan mata.
Seperti pagi ini, bertemankan secarik kertas yang memuat jadwal ujian tertulis dan pengumpulan take home*, Sooyeon duduk di pojokan lobi utama fakultas Ekonomi.
Tiga ujian tertulis, satu pengumpulan via online, dan tiga pengumpulan hard copy alias take home. Surga baru. Setidaknya ia hanya butuh beberapa malam saja untuk menyelesaikan ujian, setelahnya akan ada banyak waktu luang.
"Park Sooyeon!" atensinya menangkap pergerakan seorang lelaki dengan mantel hitam dari arah barisan tiang penyangga gedung, nampaknya dia baru tiba.
"Oh, Jin oppa!"
Kim Seok Jin, salah satu dari karib Namjoon yang sejak awal semester lalu jarang ia temui karena tugas akhirnya.
"Oppa sedang senggang? Sudah lama kita tidak mengobrol," Sooyeon membantu lelaki itu dengan mengambil alih ransel besarnya, membawa benda berat itu mengisi bangku panjang di sisi kirinya.
Jin baru saja selesai dengan mantel, kini menyisakan kemeja putih berlengan panjang lengkap dengan dasi hitam yang senada pula dengan celana bahan dan pantofel. Ugh, tampan dan rapi.
"Tidak juga, aku senggang setelah ini... sepertinya." Satu gulungan kertas Jin keluarkan sembari menimpali pertanyaan Sooyeon.
"Ujian?!" Jin terkekeh mendapati reaksi keterkejutan Sooyeon. Pasti gadis Park itu sedang menimbun banyak pertanyaan perihal tugas akhirnya, seperti____
"Oppa sungguh sudah selesai? Astaga! Karena itu aku jarang melihat oppa di kampus? Ya ampun, tapi Namjoon hilang oppa sering mendatanginya untuk memaksa si jangkung itu memasak, bagaimana bisa? Judul apa yang oppa ambil?____"
"Yeon, aku ini si tampan yang cerdas lagi pandai. Isu terbaru yang kau berikan saat makan malam tahun baru lalu jadi inspirasiku, lho. Kau masuk dalam daftar special thanks to ku juga, mau lihat?"
Jin memotong pertanyaan Sooyeon lebih lanjut dengan membawa keluar sebuah buku besar bersampul biru dongker, ada lambang almamater kebesaran Marline disana, lengkap dengan judul besar karya ilmiah dan nama lengkap Kim Seok Jin di bawahnya.
Gadis bersurai kelam itu kian antusias kala halaman pertama dibuka. Foto ukuran 3x4 menjadi pemandangan paling menarik matanya.
"Benar, oppa tampan." Gumamanya sembari menahan pergerakan tangan Jin untuk membalik halaman selanjutnya.
"Balik," katanya kemudian setelah puas memandangi foto dengan latar belakang senada sampul skripsi.
"Big thanks for Alkatraz's members, huuu..." Sooyeon berseru saat membaca daftar ketiga teratas, nama Namjoon dan lima tengil lainnya dicetak menggunakan huruf kapital beserta format bold.
"PCH?" Sooyeon mengerenyitkan dahi, berpikir keras tentang pemilik inisial yang juga dicetak kapital. Sementara itu, Jin hanya tersenyum dengan pandang menerawang. Terbayang paras malaikat cantik di seberang benua sana.
"Park Cheonsa." Ucapannya mantap yang seketika menghadirkan hangat dari peluk singkat Sooyeon. Ya, si karib Namjoon ini tahu banyak tentang para penghuni Alkatraz*.
"Oppa, lihat ada namaku disini!"
Bersebelahan dengan Park Cheonsa, satu gadis Park lain yang memberi pengaruh baik pada hidup seorang Kim Seok Jin ikut tertera. Park Sooyeon. Karena bagi Jin, Sooyeon bukan sekedar sahabat dari sahabatnya. Sooyeon bukan hanya kesayangan bagi Namjoon seorang, Park Sooyeon adalah gadis istimewa di Alkatraz. Semua orang menyayangi Sooyeon layaknya Namjoon.
Senyum sumringah lengkap bersama semburat merah muda menghiasi pipi tirus Sooyeon, makin sempurna lagi dengan Jin yang serta merta mengusap agak kasar puncak kepalanya.
"Terimakasih. Sungguh, ide mu malam itu memberiku jalan berpikir terbaik."
Mereka berpelukan sebentar sebelum akhirnya melanjutkan bacaan pada daftar ucapan terimakasih Jin sepanjang satu halaman.
"..."
Sooyeon membatin.
"Nama ini... sama."
Tinta biru langit dengan lambang bintang di sampingnya. Sooyeon masih ingat dengan jelas guratan pena karya lelaki Illsan itu. Tertulis tebal dan kaku.
"Bahkan bagi mereka dia juga bagian terpenting.Apa benar... kalau waktu tidak selalu jadi tolak ukur?"
"Yeon, kau melamun?" Jin sedikit mengguncang bahu kecil Sooyeon yang tertegun di sebelahnya. Lantas pandang si bahu lebar mengikuti fokus manik almond itu.
"Oppa... tadi bicara apa? Maaf, aku hanya____"
"Mau ikut aku setelah sidang? Gerombolan manusia tengil itu berkumpul disana, sedang mengerjakan ujian online."
Ada penekanan yang mengisyaratkan kekhawatiran dari cara bicara Jin barusan. Apa dia begitu gugup? Pikir Sooyeon tatkala pandang keduanya bersitrubruk, lantas ia mengangguk setuju.
"Naiklah, jangan terlambat. Aku tunggu disini sampai oppa selesai."
__________________
*take home: sejenis ujian yang pengerjaannya di rumah lalu dikumpulkan pada hari H tanggal ujian atau sesuai dengan ketentuan bersama dosen/pengajar.
*Alkatraz: sebutan untuk markas atau tempat kumpul Namjoon dan kawan-kawan.
Chapter 8
xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Love Song (ON HOLD)
FanfictionInginku adalah agar semuanya tak berubah. Akan dan selalu sama. Karena sungguh, perubahan membuatku canggung bahkan untuk sekedar bernapas saja. -knj-